Happy reading..💓💓💓
Aku bangun pagi dengan segar. Setelah sholat, aku turun ke bawah. Mendapati Yodha meringkuk dengan sarung. Haha. Aku selalu geli melihat Yodha dengan sarung kebanggaannya. Sarung tenun berwarna merah marun.
Yodha tertidur nyenyak dengan mulut sedikit terbuka dan napas yang teratur. Aku menikmati pemandangan di depanku ini. Aku mengambil ponsel di nakas dan mengabadikan wajah Yodha yang tidur nyenyak. Aku bakalan kangen banget sama dia. Karena jadwal ketemuan kami yang nggak tentu. Bisa jadi baru sebulan atau dua bulan lagi kami ketemu lagi. Kesedihan mulai merasuki hatiku. Tinggal beberapa jam lagi waktu kebersamaan kami.
Yodha menggeliat dalam tidurnya, aku jadi geli. Tak lama dia membuka dan mengucek-ngucek matanya, "Jam berapa?" tanyanya dengan suara bangun tidurnya.
"Jam setengah enam. Bangun sih," kataku padanya mengambilkan air putih di dapur, "Biasain minum air putih habis bangun tidur Yodh."
Masih dengan suara mengantuk, "Iya. Duh, mulai besok aku udah nggak ada yang ngurusin lagi nih."
"Manja ih," aku berkata pada Yodha, "Jangan gitu dong ah. Aku aja udah kerasa mellow mau balik ke Jogja."
Yodha tersenyum masam, "Makanya nggak usah balik. Sini aja terus. Boleh nggak sih aku ngerasa kayak gini Karina?"
"Ngerasa kayak gimana?" tanyaku.
"Nggak mau aja jauh-jauh dari kamu lama-lama lagi," jawabnya dengan mata jernih menatapku.
Aku memanyunkan mulutku, "Udah ketularan Val aja kalo ngomong. Manis banget sampe gula darahku rasanya langsung naik."
Yodha tertawa, "Aku serius Karina. Aku sholat dulu ah. Kamu udah?"
Aku mengangguk. Aku berjalan ke dapur. Mau bikin sarapan apa ya. Soalnya Yodha juga kan habis ini seminggu nggak di apartemen. Jadi aku cuma menyeduh air untuk membuat kopi. Aku sih nggak merasa pinter bikin kopi ya, lebih suka kopi di kedai kopi kecil-kecil di pinggir jalan. Tapi Yodha selalu butuh dosis kafein setiap pagi.
Mas Rendy keluar dari kamar dengan celana pendek dan bersiap olahraga, "Ikutan nggak?" tawarnya.
Aku dan Yodha menggeleng, "Nggak sempet kali mas. Bentar lagi siap-siap mau ke bandara."
Mas Rendy mengernyit, "Kan masih siang ntar pesawatnya?"
Aku meringis, "Iya sih. Mau nangis-nangisan dulu mau balik Jogja."
Mas Rendy langsung berpose mau muntah saat itu juga, "Nikah sana gih. Jijay ah dek. Buruan bilang papa, biar boleh pindah kesini. Dah ah, gue cabut duluan. Dha, barang gue yang masih disini, nitip dulu ya. Kapan-kapan gue ambil."
Yodha hanya melambaikan tangan, "Masih pegang key card gue kan lo?"
"Ada. Gue balikin aja," ujar Mas Rendy mengambil dompet di saku belakang kantongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita
ChickLitBagi seorang Karina Lakshita, Yodha adalah dunianya. Satu-satunya laki-laki yang dia jatuhi cinta sedalam-dalamnya. Bagi seorang Ranu Yodha Windraya, Rendervouz, band beraliran pop jazz yang sedang naik daun ini adalah segalanya. Bagi seorang Prad...