Bab Dua Puluh Enam - You're Mine

20.9K 2.7K 66
                                    

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading..💓💓

Aku bangun ketika adzan shubuh terdengar. Aku juga sengaja menyetel weker. Gimana-gimana, malu juga lah kalo kesiangan bangun. Bisa-bisa dicoret dari daftar calon menantu potensial. Nangis darah deh.

Aku melihat Kaylila masih tidur nyenyak dengan selimut menutup sampe ke lehernya. Penyejuk udaranya dipasang dingin sama dia semalem. Selera kami sama berarti. Selesai sholat shubuh, aku berjingkat turun keluar kamar dan menuju dapur.

"Loh, mbak Karin sudah bangun? Ibu belum keluar kamar mbak. Bapak masih di masjid," terang bude Sus, salah satu ART di rumah Yodha.

Aku mengangguk, "Tante capek mungkin. Masak apa bude?"

"Mboten mbak. Kata ibu, manasin lebihan makanan acara semalem aja mbak. Masih banyak. Padahal yo sudah tak bungkus-bungkusin buat bude-bude semua toh mbak tadi malem. Ibu kalo sama tamu nggak kira-kira nyiapin porsinya mbak," ujar bude Sus lagi.

Bude Sus menyodorkan teh panas untukku dan roti tart buah untukku. Aku berterima kasih dan menyesap teh panas. Seandainya Yodha disini, pasti menyenangkan. Rumah ini rasanya penuh dengan aroma Yodha walaupun sudah bertahun-tahun dia tidak tinggal di rumah ini.

"Semalem selesai beres-beres jam berapa bude?" tanyaku.

Jam setengah sebelas malam, aku sudah ngantuk banget, jadi nyusul Kaylila ke kamar. Ngobrol sebentar, aku langsung terlelap.

"Jam dua belasan mbak Karin. Kami sudah biasa, wong bapak sering nggelar acara macem-macem di rumah," jawab bude Sus mulai mengelap meja.

Kama muncul tak lama kemudian, dengan celana pendek dan kaos, wajahnya segar habis mandi.

"Car free day mbak?" tawarnya, "Eh, nggak usah deng, mau kangen-kangenan kan ya."

Aku mengernyit, tapi nggak bertanya, "Sini mau teh dulu ngggak?" tawarku mengajaknya bergabung.

"Boleh deh. Yang manis ya bude," ujar Kama menarik kursi di sampingku.

Bude Sus tersenyum, "Iyo mas dedek. Yang nggak gitu suka manis itu mbak Kaylila. Kalo mamas Yodha sama dedek Kama ini sukanya manis banget mbak."

Aku mengangguk, "Lagi Karin minta mulai ngurangin gula budhe. Habis makan dia itu sukanya es teh manis. Lari pagi dimana dek?"

"Manahan paling mbak. Mbak Kay masih bobok ya? Tau mbak Karin udah turun, kuseret dia buat nemenin lari tadi," ujar Kama. Dia pasti nggak berani masuk ke kamar Kaylila karena ada aku di dalamnya.

Aku nyengir, "Lucu ya kalian itu. Seru kayaknya punya kembaran."

Kama tertawa, "Seru-seru ngeselin sih mbak. Kadang juga jengkel aja kemana-mana dikintilin sama mbak Kay. Paling seru sih kalo sukses ngerjain mamas. Aku lari dulu deh mbak. Keburu panas."

Aku mengangguk dan berencana mandi, jadi aku naik lagi ke kamar Kaylila. Kaylila masih rebahan di tempat tidur, tapi dia sudah bangun. Dia bermain ponsel.

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang