Bab Sembilan - The Brown Envelope

22.2K 2.9K 75
                                    

Aku biasanya rajin bersih-bersih kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku biasanya rajin bersih-bersih kamar. Belakangan ini aja kamarku berantakan. Seberantakan hidupku. Setelah seharian kemarin menolak ajakan Anya atau Bang Angga untuk jalan, karena memilih guling-guling nggak jelas di kamar, hari ini aku mulai merapikan kamarku.

Ketika menyusun buku-buku yang tersebar di meja belajar, aku melihat sebuah amplop coklat. Aku mengernyit, amplop coklat dari Yodha?

Aku tiba-tiba ingat dia menyodorkan amplop ini dan kemudian langsung pulang dengan ojek. Aku bahkan nggak inget karena langsung melempar amplop ini ke meja dan sama sekali nggak ingat setelahnya. Sibuk meratapi nasib dan mengobati patah hati.

Aku membuka amplop coklat itu nggak sabaran. Aku penasaran setengah mati. Tumben-tumbenan sih Yodha main surat-suratan.

Dua buah tiket konser sebuah band di ICE BSD dengan Rendervouz sebagai band pembuka atau apalah namanya. Band kesukaanku sejak dulu.

Kemudian sebuah e-tiket pesawat Garuda atas namaku dan sebuah key card. Aku mengecek tanggalnya. Kamis besok. Aku juga nggak sabaran membalik key card, sepertinya apartemen. Aku langsung meraih ponselku mencari daerah yang tertera di aplikasi maps.

Untung aku membukanya sekarang. Untung aku beres-beres sekarang. Kalo seminggu lagi, aku melewatkan semuanya.

Tapi keraguan menyergapku. Ini kan ketika hubungan kami masih baik. Bukan ketika semuanya sudah berantakan seperti sekarang.

"Berangkat aja Rin. Sekalian selesein semuanya baik-baik sama Yodha," saran Anya ketika kami duduk bersama di kantin di sela-sela waktu istirahat.

Aku memesan teh hangat dan nasi bakar sementara Anya es teh dan nasi goreng telur.

"Emang masih ngefek ya aku kesana?" tanyaku bimbang.

Aku ragu alasanku menemui Yodha lagi. Minta maaf? Minta dia kembali? Bilang kalo aku masih cinta? Bilang kalo aku sama Bang Angga nggak ada apa-apa?

"Emang kamu udah nggak pengen ketemu dia lagi? Ketemu ya, bukan liat di tivi atau di channel youtube," ujar Anya tegas.

"Pengen banget lah. Cuma ngapain lagi gitu ketemu dia maksudku," ucapku ragu.

"Peluk-pelukan? Kangen-kangenan? Begging him for a second chance maybe?" jawab Anya asal, "Ya kamu selesein baik-baik dong Rin. Dulu mulai juga baik-baik kan sama dia. Ini tuh kayak masih gantung tau nggak sih. Ini tuh hubungan Karin, bukan jemuran."

Aku mengerang dan berkata, "Yang ada aku ditolak dan berakhir mempermalukan diriku sendiri Nya..Gimana kalo key cardnya udah nggak bisa dipake? Gimana kalo tiketnya udah di batalin sama dia?"

Anya menatapku malas. Dari wajah Anya, aku seperti cabe yang siap untuk diuleg jadi sambel terasi.

"Cek ke maskapainya dong. Key cardnya di tolak, tinggal cari hotel. Hidup kenapa dibuat susah sih Rin. Ada kakakmu yang ganteng juga kan di sana. Lagian bonusnya kan bisa nonton band favorit dari dulu."

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang