Darah dalam tubuh Sasuke mengalir dengan deras. Perasaan yang selama ini ia kubur dalam-dalam seakan kembali mencuat. Hadir tanpa pernah bisa ia kendalikan. Tatapan yang sangat dirindukan dari bola mata hijau yang sangat ia sukai. Sosok yang tidak akan pernah terlupakan kembali hadir didepan mata kepalanya sendiri. Sejuta perasaan berbondong-bondong memenuhi ruang didadanya. Hingga Sasuke bahkan tidak tahu perasaan apa yang kini sedang merasuki hatinya.
Wanita itu memutuskan tatapan, lalu berbalik dan menjauh. Sasuke hanya bisa menatap hampa kepergiannya. Namun hal tersebut tidak serta merta memudarkan perasaan yang telah memenuhi ruang dalam dadanya.
"Kenapa ini bu?"
Perhatian Sasuke teralihkan dengan suara serak dari seorang lelaki berambut kuning yang memiliki tiga garis pada masing-masing pipi diwajahnya. Lelaki itu memerhatikan luka anak yang digendongnya tadi.
"Saya juga gak tau persisnya mas. Tapi tadi kata temennya, mereka lagi pada main kejar-kejaran, terus dia jatuh. Udah gitu kan emang disana becek dan licin, juga banyak batu-batu, mas."
"Ini sepertinya robek. Mungkin perlu beberapa jahitan untuk menutup lukanya."
"Ya allah, gimana ini, nak. Tuh, yang namanya musibah gak ada yang tau. Kamu ada-ada aja si mainnya." Ucap wanita itu kepada anak laki-laki berusia sepuluh tahun dihadapannya. Sedangkan anak tersebut hanya meringis tanpa menghiraukan perkataan sang ibu.
"Tenang bu tenang, gapapa, akan kami tangani segera." Kata Naruto, menenangkan kepanikan yang melanda wanita bertubuh berisi disisinya.
"Iya mas, makasih."
Wanita bertubuh berisi itu berganti menatap Sasuke. Ia bangun dari posisi duduk. Kepalanya menunduk seiring dengan kalimat yang terucap, "makasih mas udah bawa anak saya."
Sasuke tersenyum, ia ikut menundukkan kepala tanpa berniat untuk membalas.
"Kalau saya tinggal gapapa?"
"Iya mas, gapapa. Maaf udah ngerepotin. Sekali lagi makasih, mas."
Sasuke sedikit menundukkan kepalanya lagi dan mulai beranjak dari sana selepas memberikan senyum.
Ia berjalan keluar posko. Diam-diam pandangannya menyapu sekitar, berharap menemukan seseorang. Namun saat tidak mendapati apa yang diinginkan Sasuke merasa sedikit kecewa. Ia mulai bergerak lagi, tidak menuju rekannya yang masih berada didaerah selatan, melainkan menuju posko induk dimana tempatnya tinggal.
Jika dilihat dari ekspresi terkejut Sakura, serta caranya berlari menjauh saat melihatnya, Sasuke kembali mengingat masa lalu. Apakah sebegitu tidak ingin Sakura melihatnya lagi? Apakah sebegitu besar niat Sakura ingin menjauh darinya? Sehingga bertemu dengannya saja membuatnya menghindar.
Kepala Sasuke dipenuhi oleh berbagai macam pertanyaan dan spekulasi. Tentang sikap Sakura yang tidak berubah walau sudah lima tahun berlalu. Perasaan yang membuncah tadi telah hilang, dan kini berganti menjadi perasaan kecewa dalam hatinya. Sasuke kecewa. Bukan dengan sikap Sakura yang masih sama. Tetapi kepada dirinya sendiri. Sasuke kecewa kepada dirinya yang ternyata masih menjadi penyebab sikap Sakura belum berubah sejauh ini.
.
.
.
Langkah Sasuke sampai pada posko induk yang berdiri tepat disisi Mushola. Satu-satunya bangunan yang masih utuh ketika tsunami menghancurkan semua. Ia bergerak menuju kesalah satu velbed paling ujung. Melepas kancing baju loreknya satu persatu. Lalu berganti mengenakan kaus hijau army berlengan panjang yang telah diambil dari dalam tas besar yang berdiri disisi velbed miliknya.Kaus loreng yang dipenuhi noda cokelat bercampur darah itu dilipat asal. Ia menaruhnya begitu saja dipermukaan tanah.
Sasuke menghembuskan napasnya kasar. Ia duduk diatas velbed tersebut. Kedua tangannya disandarkan pada paha kekar yang tertutupi celana berloreng. Lalu pikirannya kembali melayang. Bayangan Sakura yang pergi menjauh ketika melihatnya kembali memenuhi kepala. Sekali lagi dalam waktu kurang dari satu menit, Sasuke kembali menghembuskan napasnya dengan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Breath
FanfictionSuatu hari bencana tsunami melanda Kota Kirigakure. Sakura memutuskan untuk membantu dengan mengikutsertakan diri menjadi relawan. Namun dalam perjalanan mengabdikan diri pada negara, luka lama yang belum benar-benar sembuh kembali terbuka. Hatinya...