Forty One

231 16 6
                                    

Ada perasaan tidak mengenakkan dalam dada Sasuke saat melihat Sakura tengah berbincang dengan seorang pria. Omoi, Sasuke mengenal namanya. Walaupun tidak pernah bertegur sapa. Jika dilihat dari bahasa tubuh dan pandangannya, Sasuke menangkap hal yang lain. Sasuke juga seorang pria, ia tahu bagaimana gerak-gerik ketika pria sedang memiliki rasa.

Tapi, mengapa? Perasaan tidak mengenakkan ini tiba-tiba merambat dalam lubuk hatinya. Masuk dan mengambil alih rongga dadanya, hingga rasanya amat sangat kesal. Sasuke juga tidak mengetahui, mengapa hal itu bisa terjadi.

Mereka teman satu kelas, berbincang adalah hal yang wajar. Tapi melihat Sakura tertawa lepas seperti itu, membuatnya tidak suka. Sasuke tahu bahwa ada yang tidak beres dengan hati dan pikirannya saat ini.

"Lah, malah bengong disini."

Sasuke sedikit terkejut mendapati tepukan dipundaknya. Tepukan itu milik Neji. Neji hendak ke toilet untuk menyegarkan mata, namun malah mendapati teman sebangkunya yang malah terpaku dibalik balkon.

"Liat apa?" Neji menjulurkan kepalanya kearah lapangan dibawah. Dimana terdapat anak kelas lain yang sedang dalam mata pelajaran olahraga. Sedikit menyeringai ketika mendapati sesuatu dibawah sana.

"Sakura cantik ya, Sas. Apalagi kalo tawa lepas gitu."

Mendengar kalimat itu, kepala Sasuke bergulir menghadap lorong lantai dua kembali. Melangkah tanpa mengucap sepatah kata pun untuk membalas ucapan teman sebangkunya itu.

Sasuke sedang disuruh untuk mengambil hasil ujian bahasa inggris dadakan kemarin di kantor guru. Namun saat keluar kelas dan melihat kearah lapangan, pandangannya tidak sengaja menangkap sesuatu yang menarik perhatiannya. Siapa lagi kalau bukan Sakura, seorang wanita yang entah sejak kapan mulai memenuhi isi dalam kepalanya setiap saat.

Mengetahui arah pandangannya tertangkap basah oleh Neji, Sasuke sangat amat malu. Jelas saja Neji tahu siapa yang sejak tadi dilihatnya. Karena hanya Sakura yang sedang duduk di bangku bawah pohon mangga yang tidak berbuah dibawah sana, dengan lelaki itu. Dalam hati Sasuke merutuk, mengapa ia harus berdiam diri lama untuk menatap mereka. Lagi pula, mengapa Neji harus ikut keluar kelas, sih?

Sasuke tidak lagi menghiraukan panggilan Neji dibelakangnya dan tetap fokus menuruni anak tangga untuk mencapai ruang guru disudut lantai satu.
.
.
.
Setidaknya sudah satu minggu Sasuke tidak berbicara dengan Sakura. Semenjak mereka bertemu disalah satu tempat makan siang itu. Berpapas pun sepertinya tidak pernah. Sasuke merasa ada yang aneh. Sakura terasa jauh, Sasuke sadar bahwa memang mereka tidak sedekat itu. Namun kentara sekali bahwa Sakura menghindarinya semenjak malam saat ia berterus terang tentang keadaannya.

Apakah ini karena permasalahan di perpustakaan? Apa karena hal itu Sakura menjadi risih berada dekat dengannya? Bila memang iya, apa yang harus Sasuke lakukan supaya Sakura tidak lagi merasakan seperti itu? Karena jujur, Sasuke tidak begitu suka melihat jarak yang makin membesar diantara mereka.

"Ra."

Spontanitas mulut Sasuke memanggil saat wanita yang sejak tadi berada dalam pikirannya melintas. Sasuke mengikis jarak untuk memperpendek posisi mereka.

Lagi dan lagi mereka dipertemukan dalam perpustakaan yang mungkin akan menjadi sejarah suatu saat nanti. Meski bukan ditempat yang sama, tetapi masih tidak ada orang lain selain mereka berdua disini.

Sejenak mereka terdiam. Sasuke dapat melihat keterkejutan dalam sorot mata Sakura. Sasuke tahu pasti wanita itu kembali mengingat kejadian kemarin.

Baby BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang