Sasuke memundurkan kepala. Dengan perlahan kelopak matanya terbuka. Telapak tangan kanan yang berada dikepala Sakura menurun. Tanpa berkata apapun lagi, ia beranjak dari sana. Meninggalkan Sakura yang baru saja membuka kembali matanya.
Sedangkan Sakura, hanya menatap hampa dinding bercat krem yang ada dihadapan. Separuh kesadarannya masih belum kembali. Melihat ketidakberadaan Sasuke lagi entah mengapa membuatnya merasa bodoh. Sakura pikir dirinya sangatlah bodoh. Kenapa ia tidak menghindar tadi? Kenapa ia diam saja, pun malah terhanyut dengan tindakan lelaki itu. Sekarang, Sakura merasa seperti wanita murahan.
Matanya dipejamkan kembali. Kedua telapak tangannya mengepal keras. Dengan hembusan napas kasar dari hidungnya, Sakura beranjak dari sana. Keluar dari perpustakaan dengan perasaan menyesal. Melupakan tujuan awalnya.
.
.
.
Satu minggu berlalu dengan sangat lama bagi Sakura. Sejak kejadian saat itu Sakura tidak keluar barang sebentar pun dari kelas ketika waktu istirahat tiba, kecuali hanya jika ingin ke toilet saja. Sakura malu. Ia hanya takut jika nanti bertemu atau berpapasan dengan Sasuke disuatu tempat. Ia tidak tahu harus seperti apa dihadapan lelaki itu.Melihat perbedaan sikap Sakura, Tenten menjadi heran. Teman wanita yang biasanya ceria dan juga banyak bicara itu, kini menjadi sangat pendiam. Tenten melihat keanehan dari diri Sakura. Entah apa yang telah terjadi padanya hingga membuat Sakura selalu diam di kelas, meskipun waktu istirahat tiba.
"Sak, nanti mau beli apa?" Tanya Tenten dengan tangan memasukkan bolpoint kedalam kotak pensil. Dalam dua puluh detik tidak ada sahutan. Ia merotasikan kepala menghadap Sakura yang duduk disisinya.
"Aku gak dulu, kamu aja."
"Kamu sakit ya?" Melihat wajah Sakura yang berbeda Tenten menaruh telapak tangannya kedahi wanita itu. Memeriksa suhu tubuhnya. Namun Sakura segera menjauhkan kepalanya dengan spontan.
"Aku gapapa."
"Kamu kenapa sih? Dari kemarin kayaknya kamu gak pernah jajan pas istirahat. Lagi diet? Tapi bb kamu udah ideal, kok."
"Aku lagi gak pengen aja."
Tenten tetap memerhatikan Sakura. Bahkan saat Sakura kembali mengalihkan tatapan darinya. Tenten merasa Sakura seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Tidak biasanya Sakura tidak menatapnya ketika berbicara seperti ini.
"Sak, ada apa?" Tenten berucap sangat pelan dan lembut. Ia memusatkan seluruh tubuh bagian depan kehadapan Sakura. "Kamu lagi ada masalah?" Tanya Tenten dengan sangat hati-hati. Siapa tahu Sakura sedang mengalami masalah dalam keluarganya. Bila memang benar, Tenten siap bila Sakura menolak untuk berbicara. Masalah keluarga adalah privasi setiap manusia.
Untuk kali pertama sejak beberapa hari ini Sakura menatapnya dengan lama. Dari tatapan itu menyiratkan banyak arti. Tapi Tenten tidak tahu apa maksud dibaliknya.
"Aku takut." Sakura akhirnya mengeluarkan apa yang sedang dirasakannya dengan dua kata itu.
"Takut apa?" Sambut Tenten cepat. Bahu Sakura yang tertutupi seragam dipegang.
Namun sayangnya Sakura tidak bisa menceritakan. Sakura tidak bisa memberitahukan pada Tenten apa yang sebenarnya telah terjadi. Seperti perkataannya. Sakura takut, pun malu. Sakura merasa bahwa hal seperti ini seharusnya tidak terjadi. Sakura sangat menyesal. Apalagi Sasuke belum ada omongan sampai saat ini. Lelaki itu tetap pada tempatnya tanpa memberitahu Sakura apa maksud dibalik tindakannya hari itu. Sakura merasa seperti diajak terbang tinggi, namun dalam sekejap dijatuhkan kembali. Dan rasanya, sangat sakit.
Sakura menggigit bibir bawahnya. Rasa saat itu masih ada. Namun kini bukan kebahagiaan yang mendominasi hatinya, melainkan kekecewaan dan penyesalan.
.
.
.
Hawa dingin yang tidak menghilang dari tempat itu mendesak Sakura untuk bangun dari alam mimpinya. Hal yang pertama kali dilihat ketika matanya terbuka adalah atap bangunan lusuh. Dimana gentingnya hanya terbuat dari tumpukkan dedaunan kering. Ia mengajak tubuhnya untuk bangkit. Matanya dengan otomatis berkeliling keseluruh titik bangunan. Tidak ada yang terjaga, hanya dirinya sendiri disini. Rasa ingin buang air kecil kembali mengganggunya. Sakura sungguh benci jika berada dicuaca seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Breath
FanfictionSuatu hari bencana tsunami melanda Kota Kirigakure. Sakura memutuskan untuk membantu dengan mengikutsertakan diri menjadi relawan. Namun dalam perjalanan mengabdikan diri pada negara, luka lama yang belum benar-benar sembuh kembali terbuka. Hatinya...