"Bisa minta tolong?"
Kebetulan sekali Sara bertemu dengan seseorang yang dikenalnya disituasi mendesak ini.
"Mas lagi sibuk ya?"
"Gak terlalu. Ada apa?"
"Saya mau membicarakan sesuatu dengan mas. Tapi gak disini."
Sebelum Sasuke menjawab, Sara telah menarik lengan Sasuke lebih dulu untuk melimpir kesamping posko.
"Ah, maaf." Ucap Sara ketika tanpa sadar tangannya telah memegang lengan Sasuke yang terbebas dari baju lorengnya.
"Ada apa?"
Tanya Sasuke kemudian. Dilihat dari wajah Sara yang gelisah sepertinya telah terjadi sesuatu hal yang begitu serius.
"Pak Chojuro menghilang."
Chojuro? Sasuke kembali mengingat nama yang seperti tidak asing dalam telinganya.
Saat ia menatap dalam wajah Sara dengan kerutan didahi, sebuah memori tentang hari dimana seorang pengungsi lepas kendali kembali diingatnya. Chojuro, lelaki yang kemarin menodongkan pisau kepada relawan dihadapannya ini. Ada apa lagi dengan pengungsi itu?
"Sejak sadar dari obat bius tadi malam pak Chojuro gak terlihat sampai sekarang. Saya takut bapak itu melakukan hal yang gak baik seperti halnya kemarin. Saya tau ini bukan hak saya untuk meminta bantuan secara pribadi kepada mas untuk urusan orang lain. Tapi dalam kondisi seperti itu apa saja bisa dilakukan. Entah menyakiti diri sendiri atau orang lain lagi seperti kemarin.
"Untuk mencegah terjadinya sesuatu hal yang serius, Saya dan teman saya yang lain berusaha mencari sejak pagi buta tadi. Namun bahkan sampai sekarang pak Chojuro masih belum ditemukan."
Tepat sekali tadi Sara melihat Sasuke didepan posko. Mungkin bila menambah bantuan untuk melakukan pencarian, Chojuro bisa dapat ditemukan lebih cepat.
"Kami mencari dengan cara diam-diam, sebisa mungkin agar korban atau pengungsi lain gak tau. Takutnya bila mendengar kabar ini bisa mempengaruhi kondisi mereka."
Luka akibat bencana, baik fisik maupun batin masih belum sembuh. Jangan sampai berita salah satu pengungsi yang mengamuk kemarin hilang tersampai ke telinga para korban atau pengungsi lain yang bisa menyebabkan ketakutan berlebih dengan berakhir mempengaruhi kondisi baik fisik maupun psikis mereka.
Itulah mengapa Sara serta relawan lain mencari dengan cara diam-diam.
"Saya akan bantu mencarinya."
"Terima kasih mas, maaf jadi mengganggu gini."
Sasuke sedikit tersenyum. Ia hendak memanggil Gaara dan temannya yang lain, namun mengingat kegiatan mereka yang hendak mencari kembali korban ke daerah selatan membuatnya mengurungkan niat. Sebaiknya dirinya saja yang mencari sendiri. Mencari Chojuro memang penting, tetapi mencari korban lebih penting karena itu memang salah satu tugas mereka saat turun ke daerah bencana seperti ini.
"Udah mencari kemana aja?"
"Saya udah mencari di posko sekitaran shelter, tapi gak ada. Teman saya sedang bergerak menuju pantai, dimana rumahnya yang telah hancur berdiri. Kemungkinan besar pak Chojuro kesana."
"Atap shelter?"
Sara sedikit berpikir sebelum akhirnya menjawab dengan kata, "Belum." Disertai gelengan kepala.
Setahu Sara atap shelter terkunci dan tidak siapapun bisa keatas sana. Gempa susulan masih sering terjadi, jadi untuk mengurangi resiko pengungsi dilarang untuk naik bila memang tidak ada keperluan.
"Saya pikir atap shelter terkunci, tapi gak ada salahnya juga mencari disana. Teman relawan yang lain juga sepertinya belum terpikir untuk mencari kesana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Breath
FanfictionSuatu hari bencana tsunami melanda Kota Kirigakure. Sakura memutuskan untuk membantu dengan mengikutsertakan diri menjadi relawan. Namun dalam perjalanan mengabdikan diri pada negara, luka lama yang belum benar-benar sembuh kembali terbuka. Hatinya...