Suigetsu menghempaskan tubuh keatas sofa dengan kepala yang menyusul untuk disandarkan. Hawa dingin yang sempat menusuk tulang perlahan menghilang, digantikan dengan kehangatan yang langsung menyambut dirinya saat ini. Mandi disaat cuaca seperti ini memang sangat tidak cocok, apalagi ketika kran air hangat mati karena aliran listrik yang terputus. Ditambah dirinya habis menembus hujan yang begitu deras, dengan tanpa perlindungan baju hujan.
Tapi, jauh daripada hal itu, Suigetsu merasa senang. Ia bahagia saat mengingat bahwa kini pencariannya telah menuju titik terang. Sejujurnya, bagi Suigetsu, mencari jejak atas masalah kali ini merupakan hal yang terberat sejauh ia berada dilingkaran profesi ini. Semua bersih. Tidak ada jejak barang sedikit pun.
"Astaga! Suigetsu!"
Suigetsu teringat akan diska lepas yang berada dalam kantung jaketnya. Ia tadi kehujanan. Selepas sampai rumah ia langsung bergegas ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Lupa bahwa ada benda yang tersimpan dalam saku jaket itu.
"Bodoh! Gimana bisa lupa!"
Ia bangkit, segera berjalan menuju kamar mandi untuk melihat keranjang kotor. Bila tadi tubuhnya basah, bisa dipastikan bahwa diska lepas itu juga ikut basah. Betapa bodohnya! Suigetsu berharap bukti rekaman itu tidak rusak.
"Astaga Suigetsu! Kenapa bodoh banget si!" Gumamnya kesal dengan diri sendiri.
Saat benda itu sudah ditangan, ia beranjak. Melangkah cepat ke suatu ruang yang ada dalam kediamannya. Suasana gelap langsung menyambut. Menekan saklar, ruangan itu berubah menjadi penuh cahaya seketika. Dua komputer berdiri tegak diatas sebuah meja, dan Suigetsu menuju kesana setelahnya.
"Masa iya gue harus balik lagi sih kesana?!" Gumamnya sendiri lagi. Masih sangat menyayangkan akan kebodohannya.
"Please, please, bisa." Dengan tatapan penuh harap, Suigetsu bergumam.
Bukti bahwa diska lepas itu ternyata masih berfungsi ketika disambungkan pada komputernya, membuat Suigetsu menghela napas lega. Setidaknya, perjuangannya hari ini tidak terbuang sia-sia.
Ponsel dalam saku celana pendeknya bergetar yang dua detik setelahnya mengeluarkan bunyi.
"Hal--?"
"Gimana?"
Suigetsu menarik ponselnya dari sisi telinga. Menatap jengkel panggilan masuk dilayar itu.
"Setidaknya tunggu sampe gue ucap 'halo ...', kapten." Balas Suigetsu, sedikit meledek diakhir kalimat.
"Ini bukan waktu yang tepat buat bercanda."
"Siapa yang ngajak bercanda? Lo aja yang--"
"Jadi gimana hasilnya?"
Suigetsu menarik napas dalam. Berusaha membuang sedikit emosi yang ada dalam dadanya menanggapi Sasuke.
"Ya, tadi gue udah kesana. Pemilik rumah itu lelaki tua. Beliau cuma tinggal bersama istrinya." Ucap Suigetsu dengan nada suara yang berubah menjadi serius. "Namanya Onoki. Usianya sekitar 70an. Ini udah tahun ke 20 ia tinggal disana."
"Lalu rekamannya?"
"Ada. Gue minta dari sehari sebelum kejadian. Kameranya gak terlalu menyorot pertigaan jalan. Tapi masih bisa kepantau sedikit."
"Posisi lo sekarang dimana?"
"Rumah. Kehujanan gue nih."
"Gak ada yang suruh lo main hujan-hujanan."
"Iya gue yang salah. Gue nerobos hujan sampe kuyup. Untung tuh flashdisk gak kenapa--" Suigetsu langsung menghentikan ucapannya. Sial, ia keceplosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Breath
FanfictionSuatu hari bencana tsunami melanda Kota Kirigakure. Sakura memutuskan untuk membantu dengan mengikutsertakan diri menjadi relawan. Namun dalam perjalanan mengabdikan diri pada negara, luka lama yang belum benar-benar sembuh kembali terbuka. Hatinya...