Selepas menunaikan ibadah siang itu, Hinata menemukan Naruto yang tengah terduduk dikursi depan mushola. Wajah lelaki itu tampak murung. Dalam ekspresinya terlihat jelas seperti memiliki banyak masalah. Hinata sudah merasakannya sejak pagi. Bahkan saat rapat dengan anggota logistik lain, Naruto tidak seperti biasanya. Ia lebih banyak diam. Tidak banyak berkomentar.
Hinata sedikit berpikir sebelum benar-benar menghampiri. Apakah ini waktu yang tepat untuk memulai percakapan dengan Naruto? Lelaki itu seperti tidak dalam mode baik untuk diajak bicara. Tenggelam dalam pikirannya sendiri, Hinata menimbang sesuatu diambang pintu. Hingga senggolan tidak sengaja dari seseorang pada bahunya menyadarkan.
"Maaf."
Hinata tersenyum menanggapinya. Ia tidak berbicara sampai wanita itu kemudian pergi.
"Oh, Hin."
Lagi lagi Hinata sedikit terkejut. Ia beralih pada titik suara yang menyapanya.
"Kak." Balasnya sambil mengangkat sebelah tangan seperti Naruto tadi.
Hinata keluar dari Mushola, dan turun melewati anak tangga kayu. Mushola tersebut memang setinggi bahunya ketika ia berdiri dipermukaan tanah. Untuk mencapai kesana harus menaiki sekitar lima anak tangga yang dibuat persis didepan pintu masuknya.
"Abis solat?"
Hinata menggangguk singkat setelah berhasil memakai kembali sepatunya.
"Kakak lagi apa?" Perlahan, ia mulai menempati sisi kosong disebelah Naruto. Walau hatinya berdegup kencang, tidak menghentikan Hinata untuk menatap wajah lelaki itu dari samping.
"Duduk aja."
"Aku gak ganggu, kan?"
Naruto menoleh sekadar untuk tertawa samar. "Kamu udah kayak sama siapa aja sih."
"Barangkali kakak lagi sibuk."
"Sibuk apa?"
"Melamun. Melamun kan juga pekerjaan." Hinata tertawa diakhir kalimat. Ia hanya ingin mencairkan suasana.
"Benar, kamu." Naruto menoleh kembali. "Capek, ya, melamun itu. Menyita pikiran juga ternyata."
Hinata tersenyum menyambutnya. Mereka kembali diam. Sama-sama menjatuhkan pandangan pada anak-anak yang tengah bermain tidak jauh dari mereka.
"Hin."
Suara Naruto terdengar tanpa tidak sadar. Membuat Hinata menolehkan kepalanya kembali.
"Ya ka?"
Cukup lama Naruto terdiam. Cukup lama juga Hinata menunggu kelanjutan ucapan lelaki itu.
"Gak jadi deh."
"Ada sesuatu yang mengganjal hati kakak?"
Naruto menoleh. Dalam pandangan Hinata lelaki itu seperti menimbang akan sesuatu.
"Sedikit."
"Apa ini soal hasil rapat?" Tanya Hinata, langsung. Sebenarnya Hinata sudah merasakan keanehan Naruto jauh sebelum rapat dimulai. Tetapi ia bingung bagaimana harus mempertanyakannya.
"Bukan." Kepala Naruto kembali dirotasikan.
"Kakak bisa cerita." Hinata mengangkat kedua bahunya. "Kalau kakak gak keberatan."
"Kalau misal kamu bertemu seseorang dari masa lalu kamu ... kamu gimana?"
Hinata meneliti wajah samping lelaki yang amat disukainya. 'Ada apa?' Dua kata yang spontan muncul dalam benaknya. Apakah Naruto bertemu dengan seseorang dari masa lalunya? Apakah itu penyebab lelaki disampingnya ini sedikit berbeda?
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Breath
FanficSuatu hari bencana tsunami melanda Kota Kirigakure. Sakura memutuskan untuk membantu dengan mengikutsertakan diri menjadi relawan. Namun dalam perjalanan mengabdikan diri pada negara, luka lama yang belum benar-benar sembuh kembali terbuka. Hatinya...