Sudah dua jam berlalu, namun perjalanan masih terasa hening akan pembicaraan. The second you sleep dari Saybia yang saat ini mengisi seluruh sudut ruang. Didalam mobil yang berisikan tiga orang tersebut tidak ada tampak niatan salah satunya untuk membuka percakapan. Baik Sasuke maupun Shikamaru masih tidak membuka suara semenjak mereka masuk kedalam mobil Toyota Rush Ini. Entah karena apa, mereka masih terhanyut dalam pikiran masing-masing.
Saat ini mereka menaiki mobil bersama Zetsu, tangan kanan Madara, yang hendak kembali ke Konoha. Zetsu bilang Madara berpesan Sasuke dan Shikamaru pulang bersamanya saja. Karena tidak ada pilihan lain, akhirnya baik Sasuke maupun Shikamaru menyetujui.
Sedari tadi dalam diam sebenarnya Sasuke selalu memerhatikan Shikamaru dari balik kaca spion yang menggantung ditengah. Posisi mereka memang duduk terpisah. Sasuke berada didepan bersama Zetsu, sedang Shikamaru dikursi kedua, sendiri. Sejak tadi Shikamaru hanya menatap jendela. Sasuke tahu lelaki itu pasti sangat kecewa. Namun tidak ada yang bisa Sasuke perbuat.
"Apa rencana kalian setelah sampai rumah?"
Sasuke melirik Zetsu. Entah itu pertanyaan basa-basi atau ia mau menyindir mereka. Tapi rasanya sangat tidak tepat menanyakan pertanyaan seperti itu saat ini. Mereka tidak sedang berlibur.
"Belom kepikiran." Shikamaru menyahut. Sasuke tidak tahu bahwa lelaki itu akan menjawabnya.
Zetsu mengangguk. Lalu ia menoleh pada Sasuke. "Kalo kamu?"
Sasuke diam beberapa saat. Banyak hal yang harus Sasuke lakukan. Terutama menyelesaikan kasus yang sudah sangat berlarut, yang sampai saat ini masih belum menemukan titik terang.
"Belum tau." Tapi ternyata Sasuke lebih memilih untuk menjawab seperti halnya Shikamaru. Tidak mungkin ia membeberkan apa yang akan dilakukannya setelah ini kepada orang asing.
Lagi-lagi Zetsu mengangguk. Kembali fokus menyetir dibawah kolong langit yang sudah menghitam. "Kalian gak usah khawatir. Letkol kayak gini karena sayang sama kalian. Semoga ada hikmah dibalik ini semua."
"Mau gantian menyetir?" Sasuke malah menawari alih-alih menanggapi perkataan Zetsu. Perjalanan mereka masih panjang. Bahkan belum ada setengah dari arah menuju Konoha. Tapi yang didapat hanya senyuman ringan.
"Gak usah. Kamu istirahat aja. Pasti lelah karena kurang tidur disana."
Sebenarnya Zetsu ini baik. Tapi entah mengapa Sasuke sedikit tidak suka dengannya. Mungkin karena ia adalah tangan kanan Madara, ditambah kebaikan serta omongannya seperti terlalu dibuat-buat. Entah memang sungguhan atau hanya topeng belaka. Yang jelas, Sasuke tidak ingin terlihat akrab juga dengannya.
"Saya sedikit penasaran. Sebenarnya kalian tau dari mana? Pulau itu diketahui udah lama mati dan gak berpenghuni. Apa memang ada yang memberitahu? Gak mungkin juga kalian mencari korban sampai kesana, kan?"
Sasuke menoleh. Perkataan Zetsu sangat aneh. Rasanya seperti ia tahu bahwa memang ada orang lain yang memberitahu tentang pulau nagi padanya. Tapi lelaki itu mengemas dengan pertanyaan yang menjebak.
"Saya dilarang membicarakan pulau itu selepas pergi dari sana. Jadi maaf, saya menolak untuk memberitahu."
Zetsu tertawa ringan, "baik-baik. Maaf kalo gitu." kepalanya terangguk singkat.
"Serapat apapun bangkai disembunyikan pasti akan tercium juga." kepala menoleh pada Sasuke yang masih menatapnya. "Itu salah satu pepatah kesukaan saya."
.
.
.
Sementara itu disisi lain, Zabuza akhirnya bertemu dengan seseorang yang dicarinya sedari tadi. Aburame Shino. Lelaki itu baru saja kembali sehabis kumpul atas intruksi Madara disatu tempat.Masih dalam beberapa langkah Zabuza sudah mulai menaruh atensi pada Shino. Lelaki itu menyadari, dan mereka bersitatap setelah Zabuza sampai dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Breath
FanfictionSuatu hari bencana tsunami melanda Kota Kirigakure. Sakura memutuskan untuk membantu dengan mengikutsertakan diri menjadi relawan. Namun dalam perjalanan mengabdikan diri pada negara, luka lama yang belum benar-benar sembuh kembali terbuka. Hatinya...