Fifty

160 14 5
                                    

Gemericik air sudah terdengar dalam tiga jam terakhir. Sudah selama itu Itachi dan Izumi tetap duduk bersama di atas sebuah batu besar. Setelah proses pencucian uang berhasil, mereka pergi ketempat ini, tepatnya melarikan diri. Izumi sudah tenang kembali, dan Itachi merasa lega karena dapat melihat senyuman lagi di wajah Izumi.

Dalam satu jam pertama mereka sama-sama tidak bersuara. Izumi sedang berusaha menenangkan dirinya, sedang Itachi memberikan waktu dengan ikut terdiam.

Meski tidak berbicara, tetapi Itachi tidak berhenti menatap Izumi dari tempatnya saat ini. Kisah mereka begitu rumit. Rela menghilang dan menjalankan kehidupan seperti ini adalah bukti nyata cinta Itachi untuk Izumi. Itachi tidak menyesal. Ia malah bersyukur mendapat banyak pelajaran dari gadis manis berambut cokelat itu. Walaupun tidak dapat dipungkiri dari dalam lubuk hati Itachi, ia sangat merindukan keluarganya.

"Apa kamu masih betah disini?"

Izumi menengok disertai anggukkan. Matahari perlahan sudah mulai turun menuju langit barat, yang artinya malam akan segera tiba.

"Bisa beri sepuluh menit lagi?"

Itachi mengangguk. Tersenyum.

"Sampai besok pun aku gak masalah. Asal aku selalu sama kamu."

Izumi mencubit hidung Itachi pelan. Begitu gemas karena gombalannya. Lalu pandangannya kembali menuju air terjun dihadapan. Bertahun-tahun melakukan transaksi, baru kali ini Izumi menginjakkan kaki ditempat ini. Tempat yang indah dan menenangkan. Ditambah tidak banyak orang juga.

"Mau aku ceritakan sesuatu?"

Izumi menoleh kembali pada Itachi. Mereka duduk pada batu yang berbeda. Itachi menempati batu yang lebih kecil dibanding Izumi. Meski dinginnya musim gugur menyelimuti kulit, tetap tidak menghentikan mereka untuk menyentuh air yang mengalir dibawahnya dengan kaki telanjang. Kedua sepatu mereka sengaja dilepas untuk merasakan dinginnya air yang mengaliri sungai.

"Tentang?"

"Adikku."

Izumi tersenyum. "Sasuke?"

Anggukkan didapati Izumi. Ia lalu kembali menatap air terjun yang selalu memancarkan percik air kewajah dan tubuhnya.

"Dua puluh tiga juli, adalah hari kelahirannya. Suara tangisannya menggema pada hari itu. Disusul tatapan bahagia ayah dan isakan ibu yang dipenuhi keringat, dia lahir ke dunia. Semenjak kehadirannya saat itu, dunia ku mulai berubah."

Sekumpulan kenangan berbondong masuk dalam kepala Itachi. "Rumah yang tadinya begitu hening, menjadi ramai. Semua sangat senang dengan kelahiran Sasuke. Baik ayah dan ibu maupun kakek dan nenekku.

"Kamu mau tau? Aku selalu merasa takut sebelum dirinya lahir. Aku takut kalau nanti ayah ibu lebih menyayanginya daripada aku. Tetapi ternyata semua keresahan itu menghilang saat aku melihat wajahnya yang sangat imut."

Itachi beralih pandang pada kedua telapak tangannya. "Dia masih sangat kecil saat ibuku memberikannya ke tangan ku untuk pertama kali. Ibu mengatakan, 'ini adalah saudaramu'."

Itachi tersenyum geli membayangkan betapa takutnya ia saat itu. Ia tidak pernah menggendong bayi. Karena itu ia tidak tahu bagaimana cara menggendong Sasuke dalam dekapannya. Itachi sangat takut ia akan menyakitinya dan membuat Sasuke tidak nyaman.

"Aku benar-benar gak tau apa artinya menjadi kakak. Apa yang harus dilakukan oleh seorang kakak. Dan apa yang harus aku ajarkan padanya sebagai kakak."

Kali ini Izumi menoleh. Ia menatap Itachi yang dibalik kelopak matanya terbendung air.

"Aku yakin kamu udah menjadi kakak terbaik untuk Sasuke."

Baby BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang