Bagian 1 | One (Teman Lama)

2K 96 5
                                    

Naruto meletakkan laptop dalam pelukannya dengan penuh hati-hati keatas meja. Disusul dirinya yang duduk dikursi putar. Ekspresi wajahnya tampak datar, tidak seperti biasanya. Mulutnya terkatup dan tatapannya hanya fokus menuju layar laptop, sedangkan jemarinya diam-diam bergerak halus diatas touchpad laptop silver miliknya. Seharusnya Naruto masih berada dikelas. Jadwal mengajarnya bahkan belum habis. Kalau tidak salah, ia baru menghabiskan sekitar dua puluh menit dari empat puluh lima menit waktu mengajar yang dimilikinya.

"Sudah selesai, Kak?"

Sakura menghampiri meja Naruto. Berdiri didepan pintu masuk bilik meja kerjanya.

"Sudah. Mereka sepertinya sudah pada pintar, jadi gak perlu belajar." Jawab Naruto dengan nada sinis dan menekan kata 'pintar' dalam ucapannya.

Penghuni ruangan yang lain hanya mendengarkan samar-samar sambil mengerjakan tugasnya masing-masing.

"Kelasnya Konohamaru bukan?"

"Hmmm ...."

Sakura menghela napas. "Yang sabar deh ngadepin kelas itu, kak."

"Mau masuk kesana?"

"Iya, mau memberitahu soal kunjungan ke Rumah Sakit nanti."

Naruto melepas pandangan pada layar laptopnya. Beralih pada Sakura diambang pintu. "Jadinya dimana?"

"Sama seperti sebelumnya. Kalau di Rumah Sakit Jiwa Hatake kejauhan, kasihan anak-anak nanti."

"Tanggal berapa?"

"Kemarin hasil rapat tanggal 25 Oktober. Mudah-mudahan gak diundur lagi."

Sudah dua kali tepatnya tanggal kunjungan Rumah Sakit diundur. Pertama karena tempatnya belum jelas, lalu yang kedua kendala proposal yang belum mendapat acc.

Saat tanda tangan dari ketua Tsunade sudah berada diatas lembar proposal miliknya dua hari lalu, rasanya bisul dalam kepala Sakura seketika pecah saat itu juga.

"Jadwal kunjungan keperawatan paliatif juga sudah fix tanggal 07 November. Kakak lupa tadi menyampaikan, keburu kesel hati."

Sakura sedikit tertawa. "Aku mau kesana nih, mau titip salam gak?"

Sakura mulai beranjak dari sana saat kalimat terakhirnya terucap. Menuju meja kerja untuk mengambil modul yang telah disiapkannya.

"Bilangin aja, Dek, kalau sampai jam sebelas belum dikumpulkan, sekelas gak dapet nilai."

Senyum jahil dilayangkan Naruto dari tempatnya
.
.
.
Suara hentakkan kaki dipermukaan lantai mengiringi langkah Sakura. Dalam genggamannya terdapat sebuah kertas yang berisi panduan berupa pengkajian. Sedang tatapannya lurus menatap lorong yang sepi tanpa kehadiran orang lain.

Langkahnya mematah kekiri. Dalam jarak pandang itu Sakura menangkap dua sosok orang yang berjalan berlawan arah dengannya. Laki-laki, ditangan keduanya menenteng sejenis minuman teh yang sepertinya dibeli dikantin. Salah satu dari mereka memasukkan sesuatu kedalam mulut, sedang tangannya yang lain spontan membuang sejenis bungkusan kecil kedalam tong sampah besar disisi kanan.

Meskipun jarak mereka sekitar sepuluh meter, Sakura bisa mengetahui bahwa mereka tersenyum dan sedikit membungkuk untuk sekadar menghormati. Sebelum setelahnya hilang ditelan oleh sebuah ruang.

Sakura tidak merespon. Ia tetap berjalan hingga langkahnya berhenti tepat didepan sebuah pintu bercat putih. Ini adalah pintu yang dimasuki kedua anak laki-laki tadi.

Ketika pintu terbuka, Sakura membawa tubuhnya masuk lebih dalam.

"Kelas kosong kan?" tanyanya sambil terus berjalan menuju arah meja diujung dekat tembok.

Baby BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang