Forty

712 41 6
                                    

Ketika matahari tenggelam di ufuk barat, Sakura dan Naruto segera mempersiapkan diri untuk kembali melakukan tugas mereka sebagai tenaga medis. Sudah tiga malam berturut mereka melakukan perjalanan ini. Sudah tiga malam pula mereka merahasiakannya dari rekan posko.

Sakura berharap sampai akhir nanti tidak akan ada yang mengetahui apa yang ia dan Naruto lakukan disetiap malam seperti ini. Entah mengapa Sakura sangat memercayai Sasuke. Sakura percaya ketika lelaki itu bilang akan mengurus mereka setelah keadaan pulih. Walau ia tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh lelaki itu nanti.

Keberadaan masyarakat pulau nagi yang tidak diketahui orang pasti akan menjadi masalah serius. Sakura hanya berharap semua berjalan lancar seperti saat ini. Sakura berharap tidak akan terjadi apa-apa, baik itu masyarakat pulau nagi, atau pun Sasuke dan yang lain.

Perjalanan malam ini masih sama. Zabuza pun masih ikut bersama mereka. Bedanya ketegangan yang dirasa Sakura sudah tidak begitu kentara. Tidak seperti malam kemarin. Walau masih tidak ada percakapan yang terjalin diantara mereka.

Selepas sampai, seperti biasa, Sakura segera bergegas membantu yang lain. Mereka semua berpencar. Masing-masing melakukan pekerjaannya sendiri. Kali ini Naruto bersama Zabuza membantu untuk menyalakan perapian disalah satu rumah warga. Sedikitnya hanya ada enam rumah warga dari total lima belas rumah yang sudah berhasil menyalakan api.

Disini tidak ada korek api. Mereka masih membuatnya dengan cara manual. Karena batu dan kayu-kayu basah akibat hujan sore tadi, membuat mereka kesulitan menyalakan api. Untung Zabuza menyimpan kotak korek api emasnya dalam kantung. Setidaknya bisa mempercepat membuat api ketimbang dengan cara manual seperti zaman dahulu.

"Silahkan diminum. Saya membuatkan teh hangat untuk kalian." Suara pemilik rumah terdengar bersamaan keberadaannya dengan membawa senampan minuman. Asapnya masih mengepul. Pas sekali diminum dicuaca seperti ini.

"Terima kasih." Balas Naruto ketika nampan minuman tersebut ditaruh dihadapannya.

"Saya yang harusnya berterima kasih. Kalian membuat rumah saya jadi hangat."

"Boleh saya minum?" Ucap Zabuza.

"Silahkan. Saya tinggal dulu."

Naruto mengangguk singkat. Ia mengikuti jejak Zabuza, menyeruput teh hangat yang manisnya pas.

"Saya ingin bertanya."

Tanpa menolehkan kepalanya, Naruto menyimak perkataan Zabuza. Ia masih menenggak teh tersebut sedikit demi sedikit. Berbeda dengan Zabuza yang baru saja menaruh minumannya kembali.

"Kamu tau kalau Sakura punya anak?"

Naruto tersedak seketika. Sedikit minumannya tumpah karena goncangan tubuhnya. Ia menatap Zabuza dengan menaruh minumannya kembali.

"Apa?"

"Sakura dan Sasuke sudah memiliki anak. Kamu pasti belum tau bukan?"

Kabar mengejutkan apa lagi ini? Anak? Baru saja Naruto mulai berdamai dengan fakta bahwa Sakura sudah pernah menikah dengan Sasuke.

"Kenapa anda mengatakan ini sama saya? Apakah ada maksud dibalik ini?"

Zabuza tertawa pelan. "Untuk apa? Gak ada untungnya buat saya. Saya cuma ingin kamu tau aja. Udah, gak lebih. Bukankah kalau menyukai seseorang kamu harus tau segala tentang dia?"

Naruto menghembuskan napasnya dengan kasar. Hatinya berdenyut. Apakah masih banyak fakta-fakta lain yang belum ia ketahui mengenai mereka?

"Lalu kemana anak mereka? Saya belum pernah melihat Sakura dengan anak itu."

Baby BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang