Thirty Five

362 43 7
                                    

Malam itu, setelah berhasil memberhentikan laju mobilnya didepan sebuah rumah, Neji keluar tidak lama kemudian. Ia berdiri, sedikit agak lama menengadah kehadapan rumah bercat crem dua lantai tersebut. Tidak banyak berubah seperti terakhir Neji kesini beberapa tahun silam. Bangunannya masih sama, juga masih tidak ada pagar pembatas seperti rumah lain yang berada disini.

Waktu terus bergulir. Karena sudah malam, maka Neji memutuskan untuk kembali melangkah. Dengan tanpa ragu sedikit pun ia menekan bel yang tertempel didinding dekat pintu bercat putih itu. Menekannya beberapa kali. Namun yang didapat hanya keheningan. Ia melirik jam dipergelangan tangan. Sudah pukul delapan. Apakah sedang tidak ada orang? Tidak mungkin Sasuke sudah tertidur dijam seperti ini.

Sekali lagi Neji menekan bel tersebut. Bila yang didapat kembali hanyalah keheningan, Neji telah memutuskan untuk pergi dari sana. Mungkin memang benar sedang tidak ada orang. Atau mungkin ia salah rumah? Neji kembali menoleh ketika sudah lima langkah menjauh. Tidak. Ia masih sangat ingat dengan pekarangan rumah Sasuke. Dengan letak pintunya serta tata bangunannya. Tidak mungkin ia salah mengetuk rumah walau dikompleks ini memiliki bangunan dan warna cat yang sama.

Ia benar-benar berhenti melangkah, meski tubuhnya setengah menghadap rumah itu. Matanya menelisik setiap sudut yang ada. Ketika itu pula, suara terbukanya kunci terdengar. Pandangan Neji fokus pada daun pintu tersebut, tempat dimana sumber suara terdengar. Meski tubuhnya spontan memutar, ia tidak segera bergerak mendekat, ia hanya menunggu seseorang dari dalam terlihat. Barangkali ia memang salah mengetuk pintu rumah orang.

"Siapa disana?"

Suara serak menyambut. Neji mulai melangkah mendekat ketika ia melihat seorang wanita tua keluar dari balik pintu tersebut.

"Mbah Chi."

"Aaa ...." Chiyo belum sempat berkata namun Neji sudah memeluknya dengan erat. Aroma parfum yang melekat pada pakaian Neji tercium sangat jelas dihidung Chiyo.

"Mbah sehat?"

Chiyo mengangguk beberapa kali. Ia masih sedikit bingung mendapati tamu ditengah malam yang ketika dibukakan pintu malah memeluk.

"Siapa kamu?"

"Neji. Mbah Chi lupa sama aku?"
.
.
.
Sasuke bergerak gelisah dalam dirinya ditempat gelap itu. Sudah hampir setengah jam ia menunggu. Sudah selama itu pula seseorang yang ditunggunya belum juga datang. Ia masih sama seperti kemarin, berdiri didepan pohon pinggir jalan yang tidak memiliki penerangan. Meski gelap melanda, tidak menghalangi pengelihatannya untuk menangkap arah jarum dalam arlojinya dipergelangan tangan. Pukul setengah sebelas waktu saat ini menunjukkan. 

Sasuke kembali memutar tubuhnya untuk menghadap jalan yang penuh dengan penerangan, namun disaat itu juga retinanya menangkap sesuatu. Ah, bodoh sekali. Mengapa bisa Sasuke lupa bahwa Sakura pasti akan datang bersama lelaki itu lagi. Melihat mereka semakin memperpendek jarak dengan berjalan bersama membuat Sasuke benar-benar merasa bodoh.

Ia bertukar pandang dengan Sakura ketika wanita itu sampai dihadapannya. Mulutnya sedikit terbuka, seakan ingin mengucap sesuatu, tetapi Sasuke urungkan kembali.

"Bisa kita lanjutkan jalan?"

Terdengarnya suara Naruto menjadi penengah antara kecanggungan yang terjadi disana.

"Iya." Sahut Sakura, mulai melangkah melewati Sasuke. Mereka masih menatap satu sama lain, dan terputus saat Sakura sudah berada didepannya. Tetapi, tanpa diduga, seketika Sakura berhenti dan menoleh.

"Kenapa kamu masih disana?"

Sasuke menatap Sakura dan Naruto bergantian, sebelum kemudian kembali memulai langkahnya yang tertunda sejak tadi.

Baby BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang