Thirteen (Pertemuan II)

421 69 1
                                    

Pikiran Sakura berkecamuk. Dunia serasa kembali mempermainkan hidupnya. Seseorang yang sangat tidak ingin dijumpai lagi kembali muncul dihadapannya. Seseorang itu kembali hadir didepan mata Sakura, dengan sosok yang masih terlihat sama. Sakura tidak mau perjuangan lima tahun belakangan ini hancur karena kehadirannya lagi. Sakura tidak mau perasaan yang mengoyak hatinya kembali dirasakan lagi.

Langkahnya menjauh. Dengan kaki yang mulai melemas, dan keringat yang bercucur, serta wajah yang mulai terlihat pucat pasi, Sakura bergerak menuju pintu masuk yang lain. Deru napas Sakura sedikit memburu karena keterkejutannya, ditambah pula dengan langkah kakinya yang bergerak cepat. Tapi ia tidak menyadari itu, hingga dirinya sampai didalam posko.

Orang itu berdiri tepat disisi pintu masuk. Rasa khawatir semakin menyeruak dalam dadanya tatkala sebelah tubuh bagian belakang orang itu terlihat oleh jarak pandang Sakura dari dalam posko. Sakura berharap orang itu tidak menoleh, dan tidak menemukannya disini.

Tangan Sakura mulai berkeringat. Sedikit demi sedikit ia mengatur pola napasnya lagi. Ia berusaha mendamaikan hati dan pikirannya kembali. Sebisa mungkin Sakura berusaha menenangkan dirinya sendiri. Hingga akhirnya sosok itu hilang dari sana. Membuat Sakura perlahan bisa kembali bernapas lega.

Ino datang tanpa suara. Wanita itu menatapnya tanpa bicara. Tatapan matanya seakan bertanya dan meminta penjelasan akan kejadian tanpa diduga tadi.

"Ada apa?"

Tidak. Tidak seharusnya Sakura berkata seperti itu pada Ino. Jelas-jelas mata Ino sedang bertanya suatu hal.

"Kamu gapapa?" Sebelah tangan Ino memegang pundak Sakura.

"Baik, aku udah lebih baik." Sakura menjawab dengan tersenyum.

"Aku gak mau maksa kamu buat cerita. Tapi kalo emang kamu butuh temen buat cerita, aku siap dengerin, kok."

Sakura tahu Ino bukanlah tipe wanita yang selalu ingin tahu urusan orang lain. Namun bila memang harus berbagi, Sakura masih belum siap untuk itu. Ia jadi merasa bersalah karena telah berpikir bahwa Ino akan bertanya macam-macam padanya.

"Kamu keringetan." Ino menatap kening Sakura.

"Kamu sakit?" tangan Ino segera menempel pada dahi Sakura. Mengecek suhu tubuh wanita itu. Wajah Sakura juga terlihat pucat, hal itu semakin menambah kekhawatirannya. Mereka baru sampai, mungkin Sakura masih jet lag.

Sakura sedikit memundurkan langkah. Ia mengusap keringat didahinya dengan selembar tisu yang diambil dari meja dihadapan.

"Gapapa. Aku sehat, aku baik-baik aja. Mungkin karena coat yang aku pakai ini, aku jadi merasa panas." Sanggah Sakura cepat dengan langsung membuka coat maroon yang dikenakan.

Sesungguhnya Ino sedikit merasa janggal. Udara disini bahkan bisa dikatakan dingin. Langit yang tidak memunculkan matahari, dan angin yang senantiasa berhembus tidak akan membuat seseorang merasa kepanasan. Tapi alih-alih menyuarakan keheranannya itu ia malah tersenyum dan memegang lengan Sakura.

"Aku pikir kamu jet lag."

Sakura tersenyum menyambut kalimat Ino. "Aku baik-baik aja."

"Yuina, anak kecil itu?" Tanya Sakura yang tiba-tiba teringat dengannya. Karena rasa terkejut tadi, ia jadi lupa kalau ia ingin bertemu anak itu.

"Disana. Tidur."

Sakura memusatkan pandangan pada seorang anak yang tertidur dalam pangkuan ayahnya. Rasa menyakitkan yang sempat membuatnya menderita dua puluh menit yang lalu sudah tidak dirasakan. Setelah mengucap kata terakhir pada Ino, Sakura akhirnya pergi menghampiri. Namun berulang kali ia membuang napasnya dengan kasar dalam perjalanan menuju mereka.
.
.
.
Puing-puing bangunan rumah yang telah hancur disingkirkan oleh ekskavator. Sasuke beserta timnya memantau pembersihan tersebut. Selepas beristirahat mereka kembali bergerak ke daerah selatan, dimana tim SAR dan para relawan lain sudah memenuhi.

Baby BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang