Sakura sedikit tersenyum mendengar lantunan lagu dari westlife berjudul if i let you go yang kini terputar merdu dalam mobil. Tepatnya tersenyum miris. Sakura merasa tersindir dengan lagu yang mendominasi suasana dalam mobil ini.
Setelah menekan tombol kirim pada papan keyboard ponselnya, kepala Sakura bersandar pada kursi mobil. Tatapannya menatap lurus seseorang yang berada dibalik kemudi. Lagu tersebut masih terputar dan Sakura menikmati setiap kalimat yang sangat tepat dengan keadaannya saat ini.
Genap enam tahun sudah perasaan dalam hatinya tumbuh. Tanpa pernah ada orang lain tahu. Tanpa pernah ia mengatakannya pada seseorang itu. Sakura belum pernah merasakan sesuatu seperti ini. Sebuah perasaan yang begitu kuat, yang terus tumbuh dari waktu ke waktu tanpa pernah diminta. Sehingga Sakura sudah tidak memiliki kemampuan untuk menepis rasa yang akhirnya telah mengakar dalam hatinya tersebut.
Bola mata hitam yang sangat pekat berhasil mengunci pandangan Sakura. Dibarisan paling belakang kala itu menjadi tempat pertemuan mereka. Masa ospek yang seharusnya menakutkan berubah menjadi mendebarkan.
"Sak, udah dihubungin?"
Kalimat tanya dari seseorang yang duduk diseberang kursi kemudi mengalihkan perhatian Sakura. Pandangannya beralih menatap kaca yang menggantung didepan sana.
"Udah tadi. Cuma belom dapet balesan lagi. Santai aja." Jawab Sakura yang tidak menggerakkan tubuh sedikit pun.
"Kok gue ngerasa takut ya."
Sakura sedikit mengeluarkan tawa ringan. "Takut ditolak?"
Neji menoleh. Sakura dapat melihat ekspresi yang berbeda dari lima menit belakangan. Dimana wajah Neji tampak gelisah serta tatapannya penuh dengan keraguan. Menyaksikan itu, Sakura perlahan menjauhkan punggungnya dari badan kursi. Kedua sidut bibirnya tertarik membentuk lengkung senyum dengan tangan yang spontan terulur untuk menepuk lengan Neji.
"Santai, Ji. Percaya sama gue. Gue tau semua tentang Tenten, termasuk hatinya." Ucap Sakura penuh dengan keyakinan. Bukan, ini bukan hanya sekadar kalimat penenang yang sengaja Sakura lontarkan untuk Neji. Melainkan karena Sakura memang tahu betul bagaimana dan untuk siapa hati Tenten selama ini. Tiga tahun mengenalnya sebagai sahabat, tiga tahun pula Sakura selalu mendengar nama Neji terucap dalam seluruh cerita Tenten.
Neji masih dalam posisinya menghadap Sakura. Ia sedikit berpikir sebelum akhirnya memutuskan untuk berbalik menghadap depan. Hal tersebut Mengundang tepukan ringan lagi dari Sakura di atas lengannya.
"Kaku banget si. Kayak baru pertama kali nembak cewe aja."
Sontak Neji menoleh ketika Sasuke tiba-tiba berkata demikian. Sejak Sakura berada dalam mobil bersama mereka, Sasuke tidak lagi berbicara. Pandangan lelaki itu hanya fokus menatap badan jalan.
"Beda, ini beda. Rasanya tuh kayak ..." sejenak Neji menggantungkan kalimatnya diudara. "... ah, udah lah. Percuma gue jelasin juga, lo gak akan paham."
Sasuke sedikit menarik sudut bibirnya. "Mau bilang cinta aja udah kayak mau ujian masuk tentara."
"Lo harus rasain sendiri, Sas. Nembak cewe karena cinta tuh beda rasanya sama nembak cewe karna rasa penasaran."
Suara Neji perlahan menghilang diakhir kalimat. Neji merutuki dirinya sendiri yang kelepasan berbicara. Matanya sedikit melirik Sakura dari balik kaca diatas kepalanya. Wanita itu sedang menunduk memainkan ponsel. Neji lupa, ia sungguh lupa bila Sakura juga berada dalam mobil ini.
Tanpa mengucap apapun lagi Neji kembali memandang jalanan dihadapannya. Sakura tidak merespon, entah karena memang tidak mendengar atau sengaja diam dan memilih tidak ingin tahu lebih dalam. Neji berharap asumsi pertamanya yang menjadi kenyataan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Breath
FanfictionSuatu hari bencana tsunami melanda Kota Kirigakure. Sakura memutuskan untuk membantu dengan mengikutsertakan diri menjadi relawan. Namun dalam perjalanan mengabdikan diri pada negara, luka lama yang belum benar-benar sembuh kembali terbuka. Hatinya...