Thirty Six

196 31 2
                                    

Entah mengapa Sakura tidak bisa untuk tidak tenang selama perjalanan berlangsung. Semenjak menaiki kapal Sakura sudah merasa begitu risih, tidak seperti malam sebelumnya. Naruto juga lebih banyak diam. Kali ini seseorang yang berada dibelakangnya yang lebih mendominasi suasana. Mungkin karena hal itu, Sakura merasa sedikit tidak nyaman. Ya, karena seseorang itu.

"Malam ini langitnya indah, ya."

Meskipun ia tahu bahwa kalimat tersebut bukan ditujukan untuknya, Sakura tetap beralih pandang menatap langit dari tempatnya. Banyak bintang bertaburan. Berkelap-kelip, memenuhi langit kota Kiri yang terasa amat gelap. Menemani bulan yang bersinar terang tepat diatas kepala.

"Kamu tau, Sas. Konon katanya dibalik langit kota Kiri yang indah, tersimpan banyak misteri didalamnya."

Pendengaran Sakura masih sangat normal. Meski angin laut terus berhembus, ditambah bunyi mesin tempel dari perahu tidak juga menghalangi Sakura untuk tetap mendengar percakapan orang dibelakangnya.

"Salah satunya, pulau yang akan kita datangi ini. Sejak jaman dulu pemerintah mengatakan bahwa pulau tersebut mati. Kamu juga tau hal itu bukan? Pemerintah mengatakan tanpa pernah memberitahu apa alasannya dan kenapa bisa. Semua orang terkejut ketika berita itu muncul. Padahal dahulu pulau tersebut merupakan pulau indah yang sangat menarik perhatian."

Zabuza terus menerawang langit yang membentang. Tatapannya masih terlihat sama. Ekspresi wajahnya pun tidak menunjukkan perasaan apapun. Tidak ada yang mengetahui apa yang sedang dipikirkannya, sama seperti sedia kala.

"Entah ada konflik seperti apa, semua masih menjadi misteri sampai hari ini. Sampai bahkan kita mengetahui sendiri ternyata hal itu tidaklah benar. Bahwa pulau nagi masih dihuni hingga detik ini."

Kepalanya menoleh. Zabuza beralih menatap Sasuke. "Ini sesuatu hal yang rumit dan pasti akan berkepanjangan. Kakak pikir kita gak bisa mengatasi ini sendiri."

"Aku juga berpikir demikian. Tapi untuk saat ini sepertinya keselamatan nyawa orang-orang disana lebih penting. Terlepas bagaimana nantinya, itu urusan belakangan. Aku akan memikirkannya. Kakak tenang saja."

"Kakak senang kalau kamu selalu percaya diri seperti ini. Kakak janji akan mendukung kamu, apapun yang akan terjadi nanti."

Sasuke terdiam ketika mendengar kalimat itu. Mereka masih menatap satu sama lain. Zabuza mengeluarkan senyum. Senyum yang tidak bisa diartikan oleh Sasuke sendiri. Bahkan meski sudah bertahun-tahun mereka mengenal.

"Meskipun ini akan menjadi hal yang merepotkan." Zabuza mengangkat kedua bahunya dengan ringan. "Jika untuk pekerjaan, sepertinya insting kamu bagus."

Zabuza menghela napas untuk memutuskan kontak tersebut. Kedua tangannya menepuk paha dengan tangan yang sebelumnya terkatup erat diatas perut. "Sudah sekitar sepuluh menit kita berjalan. Apakah kita akan sampai?"

"Sebentar lagi."
.
.
.
"Disini benar-benar gelap." Komentar Zabuza saat mereka telah turun dari perahu. "Bagaimana bisa mereka bertahan hingga detik ini?"

Sebenarnya Zabuza hanya berkata apa yang ada didalam pikirannya. Ia tidak menunjuk siapapun untuk diajak bicara. Namun sepertinya Naruto sedikit tertarik untuk menimpali.

"Itulah kekuatan cinta. Karena cinta mereka satu sama lain yang membuat mereka kuat dan bertahan. Memang jika hanya dibayangkan oleh akal sehat semua tidak akan mungkin."

Zabuza tersenyum menghadap Naruto. Mereka sama-sama sudah berada dipermukaan saat ini. "Kamu, teman Sakura?"

"Saya Zabuza Momochi. Komandan dari divisi kesatuan senjata berat."

Tanpa ragu sedikit pun Naruto menerima jabatan tangan yang disodorkan Zabuza. "Naruto. Uzumaki Naruto. Saya relawan dari komunitas peduli bencana, sekaligus teman sejawat Sakura."

Baby BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang