TOLONG SPAM KOMENTARNYA YAWW!!!💜
———
"AYAH! AYAH ADA API! AYAH!"
Kala itu, Jungkook yang masih berumur sebelas tahun pun berteriak histeris kala melihat api yang berkobar dari dapur, yang mana merupakan kelalaian beberapa pelayan di sana. Alih-alih mendekat dan turut berusaha memadamkan api, bocah itu justru berlari seusai berteriak memanggil sang ayah dan berakhir meringkuk di bawah meja makan seraya menyaksikan bagaimana api tersebut seolah-olah bersiap untuk menghampirinya, akan melahapnya lagi hingga tak bersisa.
Tubuh ringkih nan kurus itu bergetar ketakutan, keringat dingin memenuhi seluruh wajahnya, sedang ia terisak-isak dengan sakit. Rasa mencekam itu seolah masih tertinggal kendati telah berlalu, kengerian hebat merangsek hingga sukses membuatnya frustasi. Bayang-bayang akan kekejaman pria itu berputar di dalam kepalanya, teriakan histeris yang takut akan kematian, suara tangis yang mengiris hati, dan rasa panas akan api yang nyaris melahapnya, Jungkook masih dapat merasakan semua hal itu dengan jelas.
"Tidak. Kumohon jangan lakukan itu padaku! Biarkan aku hidup, kumohon! Tolong aku!" lirihnya parau seraya memeluk kedua kakinya.
"Bagaimana ini huwaaaaaa, Ibu... Jungkook takutt hiks... Ayaaahhh! Tolong aku! Kak Joseph... huwaaaaa... "
"Hei, berhenti menangis! Aku... aku... huwaaaaaa... Kakaaaaakkkk... Kakaaakkk tolong Hyun Jae hiks... tolong kamii!"
"Huhu... Ibu... Jungkook takuut... Ayaaaahhh... "
"JUNGKOOK!"
"DI MANA JUNGKOOK?"
"DI MANA PUTRAKU?!"
Ia dapat mendengar kepanikan ayahnya yang tengah mencarinya, pria itu mungkin segera pulang setelah menerima telepon dari pelayan di rumah. Pria itu pun dapat menemukan bagaimana para pelayan dan pengawalnya sibuk mematikan api di dapur, sedang ia bersama dengan kekhawatirannya yang kian memuncak sibuk mengedarkan pandangannya ke sekitar seraya berlari untuk mencari, pun dibantu dengan Pak Jung dan yang lainnya.
"JUNGKOOK! KAU DI MANA, NAK?"
"JUNGKOOK, INI AYAH!"
Kala itu, Tuan Jeon begitu takut, ia ketakutan. Membayangkan seberapa panik dan takutnya Jungkook, ia benar-benar sukses merasakan bagaimana hatinya teriris.
"TUAN! AKU MENEMUKANNYA, DI SINI!"
Mendengar teriakan itu, Tuan Jeon pun lekas buru-buru berlari mendatangi pria itu yang menemukan Jungkook di bawah kolong meja. Dengan segera, Tuan Jeon pun berjongkok dan berhasil menemukan putranya tengah meringkuk ketakutan.
"Jungkook," panggilnya pelan seraya mengulurkan tangannya.
Namun, Jungkook tak kunjung menjawab, masih bertahan di posisinya hingga membuat Tuan Jeon harus mati-matian menahan tangisnya.
"Jungkook, ini Ayah," ulangnya dengan lebih lembut.
"Nak, Ayah di sini. Ini Ayah!"
"Maaf. Maafkan Ayah karena datang terlambat lagi. Jungkook, kemarilah!"
Perlahan, Tuan Jeon pun sontak mengangguk kala putranya itu sedikit demi sedikit mulai mengangkat kepalanya. Pria itu pun tak bisa menahan tangisnya kala mendapati bagaimana wajah putranya yang sudah pucat dengan tatapan sayu miliknya.
"A-ayah?" lirihnya.
Tuan Jeon pun kembali mengangguk seraya mengulas senyum hangatnya, lekas merentangkan kedua tangannya. Melihat itu, Jungkook pun sontak turut mengulas senyumnya dan mulai merangkak lemas menuju sang ayah dengan pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE REASON
FanfictionDari sekian banyak hal yang telah Jungkook temukan di sepanjang hidupnya, ada satu titik di mana ia ingin menyesali apa yang telah terjadi padanya kendati rasanya mustahil. Setidaknya, ia akan mengutuk Joan Rena yang berhasil mendobrak bentengnya...