Yuk spam komentarnya biar jadi suplemen buat cepet updatenya🥺❤️
--
"Astaga, lihatlah wajahnya!"
Tatkala suara tersebut berhasil ditangkap rungunya, langkah Jungkook pun terhenti. Sontak menghela napas beratnya sebelum kemudian menoleh dan melempar tatapan malas kepada seseorang yang baru saja membuatnya berhenti, tepat pada sepuluh meter di samping kanannya, tengah duduk dengan angkuh di sofa mewah pada ruang tamunya. Jungkook pun berdecak malas, sempat menggerutu samar sebelum kemudian memutar tubuhnya menghadap sang ayah. "Apa?" balasnya malas, tampak tidak senang.
"Haisshhh anak ini! Kemari!" ujar Tuan Jeon seraya melambaikan tangannya, menyuruh putranya untuk mendekat seraya mengulas senyumnya kemudian.
Sebelah sudut bibirnya tertarik ke atas, sementara ia beralih menatap tajam dengan satu alisnya yang terangkat hingga membuat Tuan Jeon kian melebarkan senyumnya sebelum kemudian membalas, "Tidak mau, aku sibuk."
Seusai mengatakan demikian, pemuda itu pun kembali menarik langkah, enggan menanggapi sang ayah yang tampaknya sudah bersiap-siap seolah-olah ingin mengatakan beragam keajaiban hingga dapat membuatnya tetap tinggal untuk mendengarkannya. Tetapi jujur saja, terbesit rasa bersalah di dalam sana ketika menyadari bahwa barangkali sang ayah ingin waktu bersamanya. Kendati begitu, kali ini Jungkook benar-benar tengah malas untuk bicara pada siapa pun. Suasana hatinya benar-benar buruk.
Kendati begitu, Tuan Jeon tak juga melepaskannya dengan mudah, seolah-olah ia tahu apa dan bagaimana kondisi serta perasaan putranya. Pria itu pun tergelak diam-diam, menganggukkan kepalanya sejenak sebelum kemudian kembali berujar, "Sudah tidak ditolak lagi, ya?"
Jungkook tetap berjalan menjauh, menaiki anak tangga satu per satu bersama dengan ucapan ayahnya yang terdengar kian melantur untuknya. "Apa maksud Ayah? Jangan coba-coba untuk mengorek informasi tentangku!"
Hentikan! Ia benar-benar malas untuk bicara pada siapa pun, terlebih lagi dengan topik seputar percintaannya.
"Benar, kan?" Kali ini, suara Tuan Jeon sengaja dikeraskan, mau tak mau agar dapat menarik perhatian putranya kembali kendati diam-diam rasanya ingin memasukkan pemuda tersebut ke dalam rahim ibunya kembali. Tetapi bahkan ia sendiri menyadari bahwa putra semata wayangnya itu terlalu berharga kendati menyebalkan, pun karena istrinya telah meninggal. Lantas, rahim siapa lagi?
Oh astaga, benar-benar konyol!
Kembali menghentikan langkahnya, pun lantas menghela napas berat, pemuda itu pun kembali berbalik dan menemukan sang ayah bersama raut menyebalkannya. Andai saja dia bukan ayahku, aku pasti akan merobek mulutnya sebelum kemudian menggantinya dengan mulut ikan!
Tetapi bahkan, pada nyatanya Jungkook tidak seberani itu.
"Dukun itu benar-benar hebat ternyata," gumam sang ayah yang kurang lebih menyerupai sebuah ujaran karena dikeraskan hingga membuat Jungkook dapat mendengarnya.
Hah?
"Apa?" Jungkook pun sontak menatap ayahnya skeptis bersama rahangnya yang merosot dalam seketika. Melongo sesaat sebelum kemudian menggelengkan kepalanya tak percaya. "Du-dukun? Ayah pergi ke dukun?"
Pemuda itu pun lekas menuruni anak tangga dengan terburu-buru hingga membuat sang ayah menyeringai, menertawakannya dalam hati kala menemukan putranya itu lari terburu-buru untuk mendatanginya dengan amarah. "Ayah mendatangi seorang dukun? Kenapa? Ayah serius?"
Berbanding terbalik dengan Jungkook yang tampak seolah-olah ingin meledakkan rumah saat itu juga, alih-alih seperti pemuda itu, Tuan Jeon pun mengulas senyumnya yang tenang, lekas mengangguk pelan kemmudian bersama dengan berhentinya sang putra di depannya. "Benar. Pak Jung yang merekomendasikannya pada Ayah. Katanya, tebakannya jarang meleset."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE REASON
FanfictionDari sekian banyak hal yang telah Jungkook temukan di sepanjang hidupnya, ada satu titik di mana ia ingin menyesali apa yang telah terjadi padanya kendati rasanya mustahil. Setidaknya, ia akan mengutuk Joan Rena yang berhasil mendobrak bentengnya...