"Kita bisa menambahnya dengan 2, di sini jika kita menggunakan 6 maka sulit sekali untuk membaginya pada bilangan yang diminta untuk hasilnya. Jika hasilnya 8, kita bisa membaginya dengan 4 dan barulah sesuai dengan yang diminta, setelahnya kita dapat melanjutkan ke bagian yang ini."
"Ah, benar juga," timpal Taehyung.
Saat Rena sibuk memecah soal, mencoba mengerjakannya untuk menuai hasil baik pada kerja kelompok yang dibuat, Taehyung dan dua lainnya kompak dengan berjalan selaras dengan pemikiran Rena, lantas turut menimpali sesuai dengan hitungan yang telah dibuat oleh gadis itu.
Awalnya, hampir seisi kelas melayangkan sikap keberatan mereka karena anggota kelompok yang dibuat oleh Tuan Shin benar-benar diluar dugaan, tidak ada yang boleh memilih. Tidak seperti biasanya, siswa bebas menentukan kelompok mana yang ia inginkan, di sini mereka dibuat tidak berkutik. Terutama He Young, gadis itu berada satu kelompok dengan Jungkook yang notabene siswa paling mengerikan-yang seharusnya jauh-jauh dari hidupnya itu kini berada di depan matanya, tengah menatap malas pada tugas yang diberikan. Sialnya lagi ada Jimin, dan gadis itu benar-benar menjadi pendiam sekarang.
Beruntung bahwa pemuda itu masih mau mengerjakannya, turut menyumbangkan pikirannya. Tidak seperti Jungkook, tentu saja. Sedang Rena berada satu kelompok dengan Taehyung. Tidak buruk juga. Pemuda itu hampir sama seperti Jimin, mau berpikir.
Dari jarak yang terbentang cukup jauh, Jungkook berada di bagian depan sedang Rena tetap di bangkunya-diam-diam ia memperhatikan. Pada jari yang sibuk menggores kertas, pada paras yang tenggelam dalam kesibukan, juga pada bagaimana si gadis berhasil menyedot nyaris seluruh atensinya hanya untuk memaku pandang.
Rena. Joan Rena.
Jungkook bahkan tidak tahu mengapa ia bisa menghafal nama itu. Jujur saja, kendati nyaris tiga tahun ia duduk di bangku sekolah ini, pemuda itu bahkan tidak hafal atau lebih tepatnya tak ingin tahu perihal orang lain yang menurutnya membosankan-tidak menguntungkannya. Ya, tentu saja ada pengecualian khusus untuk beberapa gadis yang menarik atensinya, juga pada beberapa laki-laki yang bermasalah dengannya.
"Saya tunggu di kantor. Jika kalian tidak menyelesaikannya dan mengumpulkannya, saya tidak akan memberikan kalian nilai meskipun mengerjakan setengah. Berhati-hatilah, ya!"
Selepas mengatakan itu, Tuan Shin lekas menarik tungkainya untuk keluar kelas. Umpatan mulai dilayangkan ke udara, bersama dengan gerutuan samar-seisi kelas nyaris menyerupai pasar, kata orang.
"Apa yang guru itu pikirkan? Ia kira otak kita ini mesin?"
"Menyebalkan! Kenapa dia suka sekali membuat kita menderita?"
"Aku tidak tahu apa salahku di masa lalu padanya."
"Kau benar, dia memang tidak berperasaan!"
Saat yang lainnya sibuk menggerutu, mengumpat, dan mulai menunjukkan kekesalannya, Taehyung hanya mengendikkan bahunya acuh, lekas melebarkan tawa congkaknya kemudian. "Peduli setan! Punyaku hanya tinggal satu nomor," katanya yang lekas mengundang tawa Rena dan dua lainnya.
"Rena, kau mengerti yang ini?"
"Aaa, aku tahu. Aku suka yang ini."
Kedua iris Taehyung sontak berbinar tatkala mendengarnya. Benar-benar, memiliki Rena di dalam kelompoknya merupakan sebuah keberuntungan baginya. Tidak salah lagi. Selain cantik, gadis itu juga pintar. Ah, pantas saja mengapa Jungkook seringkali menatapnya diam-diam. Tertarik, mungkin?
Bahkan sekarang, pemuda itu kembali memergoki sahabatnya itu kini tengah menatap gadis di depannya, lekas tersenyum diam-diam seraya mendekatkan diri pada Rena, pun berbisik lirih kemudian. "Hati-hati! Kau punya Singa sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE REASON
FanficDari sekian banyak hal yang telah Jungkook temukan di sepanjang hidupnya, ada satu titik di mana ia ingin menyesali apa yang telah terjadi padanya kendati rasanya mustahil. Setidaknya, ia akan mengutuk Joan Rena yang berhasil mendobrak bentengnya...