Chapter 10

2.8K 374 114
                                    

Jeon Jungkook tengah merajuk dengan ayahnya.

Pasalnya, Tuan Jeon tak membolehkannya untuk menaiki sepeda menuju sekolahnya. Jungkook sendiri tak mengatakan alasan mengapa ia menginginkan itu karena terlalu malu, bisa-bisa ayahnya akan mengejeknya habis-habisan jika tahu bahwa alasannya hanya karena seorang gadis. Bukan apa-apa, Tuan Jeon itu nyaris menyerupai Jimin kedua jika berurusan dengan romansa yang terjadi pada putranya.

Ia bahkan menolak untuk diantar sopir dan memilih untuk berangkat bersama Taehyung. Dan kekesalannya tak berhenti di situ saja manakala kedua irisnya dapat menemukan bagaimana sosok gadis yang tengah duduk tenang di belakang, sedang si pemuda tengah mengayuh santai sepedanya itu di jalan. Jungkook ingin sekali rasanya membakar sepeda itu!

Seharusnya ia yang berada di sana!

Astaga!

Mengapa harus Jungkook yang menyukainya? Mengapa bukan Rena saja?

Saat di kelas pun, Jungkook hanya diam, ia tak membolos dan mengikuti kegiatan pembelajaran seperti biasa kendati fokusnya hanya berada pada gadis di depannya. Rena beberapa kali menoleh ke belakang untuk saling bertanya dengan Taehyung perihal materi, dan Jungkook akan menatapnya dengan tajam. Gila! Kesal sekali rasanya.

"Ada apa denganmu? Kau diam sedari tadi, mulutmu bermasalah?" bisik Taehyung tiba-tiba.

Jikalau Taehyung yang bertanya, Jungkook tak bisa mengelak. Kendati pun ia tak mengatakannya pada pemuda itu, Jimin nanti pun akan mengetahuinya. Ia sendiri terkadang merasa keheranan, berpikir apakah merasa berasal dari rahim yang sama kendati memiliki wajah yang berbeda-beda? Ia sempat menanyakan itu dengan sang ayah dan dihadiahi pukulan cukup kuat pada kepalanya. Mengapa mereka saling mengetahui kondisi masing-masing kendati tak mengatakannya?

Jungkook tahu, Taehyung hanya basa-basi. Untuk itu ia lantas menggerakkan dagunya ke depan—seolah memberitahu bahwa penyebabnya adalah gadis di depannya, dan Taehyung paham akan itu. Ia pun melihat Rena dan Jinyoung tadi, pun tahu perihal alasan mengapa Jungkook meminta berangkat bersamanya.

"Tenang saja! Kau bilang dia akan segera patah hati, bukan? Tunggu saja sebentar lagi!"

"Tetapi kau tidak tahu bagaimana perasaanku sekarang! Ini gila! Aku berniat menghajar keduanya setelah ini," balas Jungkook geram, pun berusaha menahan suaranya agar tak kelepasan lantang.

Taehyung mati-matian menahan diri agar tak meledakkan tawanya. Astaga! Berhubungan dengan kisah cinta Jungkook tak pernah membuatnya gagal tertawa, terlebih sejak ada Rena. Pemuda itu seolah mendadak bodoh dalam sekejap dengan membuang rasa malunya hanya untuk mendekati si gadis. Padahal jelas sekali bahwa si gadis tak menyukainya, bukannya menyerah, pemuda itu semakin tertantang kendati tahu hatinya akan sakit.

Apa ini sebuah balasan karena seringnya ia mematahkan hati para gadis?

"Kenapa tidak mencari yang lain, sih?" goda Taehyung.

Jungkook ingin sekali berdecak dan menampar mulut si Kim itu, entah mengapa mendengar itu membuatnya merasa kesal sementara ia hanya berdesis lirih dan melirik tajam. "Akan kupotong lidahmu itu nanti!"

Untuk beberapa saat, Taehyung termangu. Jelas sekali jawaban yang dilontarkan Jeon tersebut bukan asal-asalan semata seperti biasa, ia bahkan dapat menemukan bagaimana raut itu kembali ditekuk masam setelahnya. Benar-benar, ya, ternyata?

Kembali mendekatkan diri kepada Taehyung, Jungkook menelan saliva lebih dulu sebelum kemudian berbisik, "Omong-omong, nanti kupinjam Rheya sebentar, ya?"

"Apa maksudmu?" Taehyung jelas saja menatap tak suka sembari menghindari Jungkook, membuat jarak.

Memutar bola matanya malas, Jungkook mati-matian menahan diri dan merutuki Taehyung di dalam hati. "Aku hanya akan meminjam bakatnya. Kau boleh ikut jika tidak percaya."

THE REASONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang