"Insiden penculikan, delapan tahun silam."
Seusai ucapan Jinyoung mengudara, ketiga pemuda yang berada di situ pun kompak terdiam, terlebih dengan Taehyung dan Jimin yang kemudian saling menatap dengan gusar sebelum kemudian kompak beralih menatap Jungkook yang hanya menunduk.
"Apa Lydia harus tahu?" ujar Jungkook tiba-tiba seraya menatap penuh tanya pada Jinyoung.
Jinyoung pun sontak menggeleng, "Tidak. Akan lebih baik jika Rena yang memberitahunya sendiri. Berhadapan dengan Lydia bukanlah suatu hal yang baik, terlebih jika itu menyangkut Rena yang tidak baik-baik saja."
Jinyoung tidak berbohong, menghadapi amarah Lydia tidak akan pernah setenang yang mereka bayangkan. Dia akan melakukan apa pun, diluar praduga orang lain. Lydia adalah benteng Joan Rena yang paling kokoh.
Taehyung pun sontak bergidik ngeri. Mengapa orang-orang di zaman ini begitu mengerikan?
Mendengar penuturan Jinyoung tersebut, Jungkook pun lekas mengangguk. Dia setuju. Dan dia pun mengakui bahwasanya berhadapan dengan Lydia tidak setenang yang ia bayangkan. Tadi pagi saja ia sempat gemetar ketika ditatap begitu tajam, seolah berusaha mengkuliti tubuhnya hingga habis tak tersisa, Jungkook dapat merasakan seolah-olah wanita itu berusaha menanamkan ancaman padanya, jika ia menyakiti Rena sedikit saja, maka wanita itu akan membuat nyawanya melayang. Wanita itu sungguh luar biasa--menyeramkan.
"Kau benar. Akan lebih baik jika Rena yang menenangkannya."
"Apa dia semenyeramkan itu?" sahut Jimin yang penasaran.
Jungkook pun sontak mengangguk, lantas menatap Jimin dengan tatapan ngeri miliknya. "Bersikap baiklah saat bertemu dengannya," saran Jungkook.
"Kenapa begitu? Jika bisa menghindari maut, kenapa harus mendekatinya?" balas Jimin seraya turut bergidik ngeri dan menatap Jungkook dengan horror.
Jinyoung pun sontak menghela napas, lekas menatap Jungkook kemudian. Sebenarnya, ia ragu apakah ia harus mengatakan ini atau tidak, tetapi bahkan, Jinyoung merasa sedikit tidak rela. "Bisakah aku percaya padamu, Jeon?"
"Apa?"
Jinyoung tak langsung menjawab, hal itu pun sontak membuat Jungkook, Taehyung, dan Jimin menatapnya dengan penasaran.
"Apa yang kau katakan?" ulang Jungkook.
"Kupikir kau begitu dekat dengan Rena sekarang. Jadi... aku ingin kau menjaganya dengan baik."
Jungkook sedikit bingung dengan apa yang pemuda itu katakan, ah tidak, bukan sedikit, melainkan benar-benar bingung. Tak mengerti.
Sebelum Jungkook kembali membuka suara, Jinyoung pun buru-buru kembali menambahi, "Maksudku, aku telah mendengar apa yang terjadi pada Rena akhir-akhir ini, dari vas bunga yang mendadak terjatuh, dan juga kejadian ini. Maksudku, kau tahu bahwa dia tidak seperti gadis yang lainnya. Dia--"
"Kau masih menyukainya?" potong Jungkook yang sontak membuat Jinyoung terdiam.
"Ya! Bukankah kau sudah berkencan dengan gadis itu? Kenapa kau mengkhawatirkan pacarku?"
Tunggu!
Serangan mendadak.
Taehyung dan Jimin yang mendengarnya pun sontak melongo seraya mengerjap tak percaya, mengapa Jungkook bisa diterima dengan mudah? Hei! Padahal mereka berdua ingin melihat Jungkook menderita karena cintanya yang digantung Rena. Jahat memang. Tetapi, itu memang sangat menghibur dan menarik.
Tak berbeda jauh dengan kedua pemuda di atas, Jinyoung sendiri pun terkejut. Tidak, dia tidak terkejut atas sikap blak-blakan Jungkook. Melainkan tentang fakta yang disuguhkan. Rena menerima pemuda itu? Sungguh?
KAMU SEDANG MEMBACA
THE REASON
FanfictionDari sekian banyak hal yang telah Jungkook temukan di sepanjang hidupnya, ada satu titik di mana ia ingin menyesali apa yang telah terjadi padanya kendati rasanya mustahil. Setidaknya, ia akan mengutuk Joan Rena yang berhasil mendobrak bentengnya...