Risih.
Ingin sekali rasanya Rena berbalik dan memaki Jungkook. Bukan sekali dua kali Jungkook tertangkap basah tengah menatapnya, bukan sehari dua hari pula, melainkan sejak kepindahannya seminggu yang lalu. Jika saja itu tatapan ramah yang dilayangkan, barangkali gadis itu pun akan membalas lebih ramah. Alih-alih begitu, tatapannya berbeda-menyebalkan, seolah-olah Rena memiliki segudang masalah dengannya.
Namun, seolah ditanam dalam kepalanya-diukir pada ingatannya. Hanya mendapati manik Jungkook bertubrukan dengannya, nyali Rena seolah menciut dalam seketika. Umpatan yang tersusun rapi, kalimat makian yang berjejer dalam kepalanya mendadak sirna. Terlalu menakutkan. Dan, ya, sedikit keren, sih.
Rena tidak mencoba untuk mengelak dari kenyataan, sebab, kebenarannya memang mutlak. Jeon Jungkook terlalu berbeda dan mencolok dari lainnya hingga membuat gadis itu mau tak mau menaruh perhatian lebih padanya.
Gadis itu buru-buru bangkit dari kursinya setelah menaruh alat tulis di kolong mejanya, sebisa mungkin segera menghindari Jungkook untuk pergi ke kantin menyusul He Young dan lainnya. Namun, suara Taehyung lebih dulu menghentikannya.
"Rena!"
Taehyung melemparkan senyumnya manakala Rena telah menatapnya, ia pun berjalan mendekat pada gadis itu yang mendadak mengusap tengkuknya, mendadak merasa gamang dalam seketika.
"Ya?"
Bukannya tidak tahu, ia dapat menemukan Jungkook menatapnya dari singgasananya, tatapan yang seolah tengah mengintimidasi Rena. Benar-benar pemuda itu! Namun Rena ingat, ia harus menjauhkan dirinya dari Jungkook kendati ditatap rasanya tidak nyaman sama sekali. Setidaknya, begitulah caranya.
"Aku bingung cara menyampaikannya dengan benar, pada intinya aku ingin meminta bantuanmu."
Rena tertawa canggung, tidak begitu dekat dengan pemuda itu untuk sekadar melemparkan tawanya. Entahlah, rasanya sukar saja mengakrabkan diri dengan pemuda di kelas selain kepada siswa yang memang ramah padanya sedari awal. Terlebih pada tiga pangeran-pembuat onar yang kerap mengubah suasana kelas menjadi gelap.
Namun, ya, Taehyung tidak seburuk apa yang ia pikirkan, barangkali.
Gadis itu sempat menoleh dan mendapati bahwa Jungkook benar-benar menatapnya. Buru-buru ia kembali pada Taehyung, melemparkan senyum ramahnya kemudian.
"Katakan saja! Aku akan membantumu jika aku bisa."
"Kau akan ke kantin, bukan?"
Rena mengangguk. "Kebetulan, iya."
"Nah, bisa kau bilang pada Hwang Rheya siswi kelas sebelas, suruh untuk datang ke kelasku. Aku ada urusan setelah ini, aku tidak bisa mengatakan sendiri padanya."
"Tapi-"
"Kau bisa bertanya pada He Young atau siapapun nanti, dia cukup terkenal, kok."
Sial!
Sungguh. Jungkook benar-benar menyebalkan! Pemuda itu menatapnya seakan-akan tengah mengawasi keduanya. Sedang, Rena tentu saja merasa kikuk dibuatnya.
Ada apa dengannya?
Gadis itu pun buru-buru pergi ke kantin sendirian. Cepat-cepat menghilangkan diri dari Jungkook. Rasa-rasanya memang ia seperti terlampau percaya diri. Namun, ditatap begitu lama dengan tatapan mengintimidasi tentu bukan hal yang barangkali seperti sekadar iseng, bukan?
Entahlah, Rena mulai berpikir jika mungkin ia sedikit menarik perhatian pemuda itu.
Gadis itu belum begitu mengenal murid di sekolah ini kendati nyaris seminggu ia pindah. Rasanya masih asing, jauh berbeda dengan suasana di sekolahnya sebelumnya. Ia pun mencoba bertanya pada kumpulan para siswa di kantin tersebut setelah mencoba menemukan presensi He Young dan tidak menemukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE REASON
FanficDari sekian banyak hal yang telah Jungkook temukan di sepanjang hidupnya, ada satu titik di mana ia ingin menyesali apa yang telah terjadi padanya kendati rasanya mustahil. Setidaknya, ia akan mengutuk Joan Rena yang berhasil mendobrak bentengnya...