WARNING!!!
3,5K WORDS!
----
Tatkala pintu dibuka dengan lebar, menampilkan tiga orang yang telah menunggu dengan seksama, seorang pelayan yang telah melakukannya tersebut pun lekas mengernyit. Kedua irisnya pun lekas bergerak untuk memperhatikan dari atas hingga bawah, bagaimana ketiganya sanggup membuatnya mendadak berpikir dengan kebingungan.
"Siapa--"
"Kami datang untuk memperbaiki AC."
"AC?"
Siapa yang menghubungi mereka?
"Ah, kalian sudah datang. Silahkan masuk."
Mendengar suara yang menyapa telinganya, pelayan itu pun sontak berbalik, buru-buru menunduk manakala mendapati Jinyoung di belakangnya.
"Aku yang menghubungi mereka, AC di kamarku dan ruangan kerja Ayah tiba-tiba mati, kupikir perlu diperbaiki. "
Ber- "oh" ria dalam hati, pelayan itu pun sontak mengangguk dengan pelan, "Maafkan saya, Tuan Muda. Kalau begitu, saya akan mengantar mereka."
"Tidak perlu. Buatkan mereka minuman saja. Aku yang akan mengantarkan mereka. Mereka adalah tukang servis andalan di sekolah, kami cukup dekat untuk," imbuh Jinyoung pelan seraya mengulas senyumnya.
Mendengar jawaban yang diberikan Jinyoung tersebut, pelayan itu pun turut mengulas senyumnya seraya mengangguk, "Baik, Tuan." Sebelum kemudian melangkah pergi.
Ketiga tukang servis tersebut pun lekas masuk seusai Jinyoung mengangguk ke arah mereka, berjalan ke arah ruangan Tuan Park.
Manakala pintu ruangan kerja Tuan Park dibuka dengan hati-hati, ketiga tukang servis tersebut pun lekas memasuki ruangan Tuan Park, sedang tiga lainnya yang mendadak muncul sengaja dialihkan untuk memasuki kamar Jinyoung. Melihat itu, Jinyoung pun perlahan menghela napasnya, terdiam sejenak sebelum kemudian turut memasuki ruangan kerja ayahnya.
Pintu lekas ditutup dengan pelan, sengaja dikunci kemudian. Pun beberapa saat setelahnya, Jinyoung lekas berbalik dan menemukan Jungkook, Rena, dan Taehyung mulai melepaskan topi dan masker yang mereka kenakan sebelumnya.
"Perhatikan keadaan! Kabari aku jika keadaan mendadak menjadi darurat!" ujar Jinyoung pada penjaga kepercayaannya di seberang panggilan.
Melihat itu, Jungkook pun lekas berseru, "Ayo mulai letakkan barang itu!"
Semua orang pun lekas bergerak untuk meletakkan alat penyadap suara ke beberapa titik di ruangan itu seusai Jinyoung mengangguk tanda mengizinkan, menyembunyikannya sejeli mungkin agar tak mudah untuk tertangkap iris. Dan beberapakali pula Jungkook dapat menemukan bagaimana Jinyoung menatap Rena dengan sendu tak jauh di belakang gadis itu.
"Apakah dia akan menyadari barang ini?" tanya Taehyung seraya mencari tempat untuk menyelundupkan alat sadapnya.
"Untuk sementara ini, sepertinya tidak. Biasanya, setiap seminggu sekali, atau bahkan paling sering dua kali sehari, sekretaris Shim akan memeriksa ruangan ini demi keamanan. Tetapi dia tidak akan sempat melakukannya kali ini ketika kalian sudah bergerak."
Manakala mereka telah selesai meletakkan alat penyadap pada titik-titik tertentu di ruangan itu, Jungkook, Rena, dan Taehyung pun lekas berjalan menghampiri Jinyoung.
"Kupikir ini akan sulit sebelumnya," ujar Taehyung seraya kembali memasang topi dan maskernya.
"Tidak. Ayahku memiliki pertemuan penting kali ini, dan ibuku tidak akan bangun dengan cepat."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE REASON
FanfictionDari sekian banyak hal yang telah Jungkook temukan di sepanjang hidupnya, ada satu titik di mana ia ingin menyesali apa yang telah terjadi padanya kendati rasanya mustahil. Setidaknya, ia akan mengutuk Joan Rena yang berhasil mendobrak bentengnya...