Chapter 39

644 95 19
                                    

WARNING! HARSH WORD!

Ada yang kangen Tuan Jeon?

_____

"ANAK IBLIS!"

"Yahh!"

"Pak Jung, kau urus pembuangan marganya!"

"AYAAAAHHH!"

Melihat bagaimana Jeon Jungkook berusaha mengekori sang ayah yang tengah mengamuk padanya, Pak Jung pun sontak berkedip beberapa kali sebelum kemudian bergegas untuk menahan Jungkook agar berhenti mengikuti Tuan Jeon. Sudah bisa dipastikan bila pemuda itu tengah bertingkah saat ini.

Untuk sosok Jeon Jungkook yang dingin, kejam, dan kasar, orang lain tidak akan percaya bahwasanya dia akan menjadi kelinci bila di rumah alih-alih singa jantan yang biasa mereka temui.

"Ini yang terakhir, oke," rayu Jungkook seraya mengikuti sang ayah memasuki ruang kerjanya.

Tuan Jeon sendiri pun buru-buru duduk di kursinya seraya menatap Jungkook dengan tajam.

"Ayah tidak tahu di mana letak otakmu itu! Sudah hilang atau terjatuh? Sepertinya Ayah harus membelikanmu otak dan kepala baru alih-alih mobil."

Astaga! Kejamnya.

Tetapi bahkan keinginan Jungkook kali ini sungguh membuat Tuan Jeon benar-benar kebakaran.

Sungguh.

Apakah itu cara Jungkook untuk mengirim Ayahnya pada Tuhan dengan perlahan? Menyisksanya dengan semua keinginan mengerikannya itu?

Mengapa ulahnya kian menjadi-jadi semenjak mengenal Joan Rena? Setelah membeli rumah, membeli sepeda, dia juga menginginkan mobil yang begitu mahal?

Memang, sih. Seharusnya tidak ada kata 'mahal' jika itu untuk darah dagingnya. Tetapi bahkan, Jeon Jungkook itu benar-benar 'sesuatu' sekali.

Tidak, tidak. Tuan Jeon tidak akan menyalahkan Joan Rena, sebab ia tahu bahwasannya yang gila di sini adalah putranya sendiri, Jeon Jungkook. Ya, Jungkook tergila-gila pada Joan Rena hingga seringkali mendadak bodoh dan bertingkah pada sang ayah.

Mendengar kata-kata kasar yang bahkan tak berpengaruh pada hatinya, Jungkook pun sontak menghela napas panjang, lekas menatap sang ayah dengan nanar.

"Ayah, kumohon! Ini yang terakhir, aku hanya meminta izinmu, kau tahu bahwa aku akan menggunakan uangku sendiri seperti sebelumnya," ujarnya pelan seraya menyatukan kedua tangannya untuk memohon.

"Izin, izin, dan izin. Selalu alasan itu yang kau pakai. Kau pikir apakah Ayahmu ini memberimu uang untuk kau buang-buang? Kau ingin jatuh miskin suatu hari nanti?" Tuan Jeon pun berdiri, lekas meletakkan kedua tangannya di pinggang seraya menatap remeh. "Kalau Ayah, sih, tidak," sambung Tuan Jeon seraya kembali duduk.

"Lhoh?! Memangnya siapa yang mengajak miskin bersama?" sahut Jungkook dengan spontan.

Pak Jung yang mendengar itu pun buru-buru menyenggol lengan Jungkook dan sukses membuat pemuda itu menoleh padanya. "Tuan Muda, Anda diam saja!" bisiknya seraya meringis ketakutan.

Jungkook sendiri pun sontak melipat bibirnya ke dalam dan menunduk, diam-diam merutuki situasinya. Apakah saat ini bukan waktu yang tepat untuk meminta izin ayahnya?

Helaan napas panjang terdengar manakala kini Tuan Jeon kembali bangkit dari duduknya, lekas menatap Jungkook dengan nanar. "Kau anak Ayah bukan, sih?"

"Hm?" sahut Jungkook spontan seraya mengangkat kepalanya kembali untuk menatap sang ayah.

"Entah kenapa aku selalu bertanya-tanya saat kau bertingkah seperti ini, apakah kau benar-benar anakku?"

THE REASONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang