Jungkook kembali pada jam terakhir, sengaja memaksakan diri untuk memasuki kelas dan mengikuti sisa waktu kegiatan pembelajaran hanya untuk menuruti keinginannya nanti. Taehyung tentu saja terheran-heran, pasalnya Jungkook jarang sekali melakukan itu. Ketika ia memilih untuk membolos di jam pelajaran, maka ia akan melakukannya hingga akhir, terkecuali pada beberapa saat tertentu seperti ulangan harian dan dimana guru tegas yang tengah mengajar.
Selama sesi pembelajaran itu berlangsung, tidak ada kegaduhan lagi yang tercipta. Jungkook hanya diam, mencoba memerhatikan guru di depannya kendati beberapa kali melirik gadis yang duduk manis di depannya itu. Jujur saja, ada sekelumit rasa bersalah di dalam dirinya tatkala mengingat bahwa ia telah membentak gadis itu hingga ia kesal dibuatnya. Pemuda itu pun tidak tahu sejak kapan ia berpikir demikian. Tak mengelak, ada gelenyar aneh yang menderanya begitu ia tersadar pada siapa ia meletakkan rasa tersebut. Dan, mengapa bisa begitu?
Ini gila!
Mengapa Joan Rena?
Mengapa gadis itu berhasil menarik atensinya? Hei, ia bahkan sangat menyebalkan!
Penampilannya memang terlihat sangat feminin sekali, jauh dari kesan bar-bar seperti Rheya yang sempat ia sukai dulu. Cara bicaranya juga lembut, terdengar begitu elegan. Semua yang ada pada dirinya benar-benar tipe gadis feminin. Hanya saja, Jungkook lupa. Sejatinya tidak ada seorang manusia pun yang hanya memiliki satu sifat di dalam dirinya, ia dapat berubah seiring waktu mendesak, menjadi berbeda—bahkan terkesan jauh dari dirinya yang biasa.
Sejauh ini, Rena hanya mengumpatinya. Itu saja sudah cukup membuktikan bahwa gadis itu tidak memiliki rasa takut padanya. Dan entah mengapa, Jungkook menyukainya.
Sudut bibirnya tertarik, Jungkook dapat merasakan gelitik di dalam sana tatkala Rena berbalik dan sejenak menatapnya sebelum kemudian berbicara pada Taehyung. Dilihat dari sisi manapun, Rena memang cantik. Ya Tuhan! Jungkook bahkan dapat merasakan degub jantungnya mulai berdetak abnormal hanya karena terpaku pada bibirnya. Sial!
Pemuda itu sontak terkesiap manakala Taehyung dengan sengaja menyikut lengannya, Jungkook pun menoleh dan dapat menemuka bagaimana senyuman yang terang-terang menggodanya itu mengembang, lantas terkekeh geli kemudian. "Berhenti menatapnya seperti itu! Kau ini benar-benar, ya?"
Tak menjawab, Jungkook hanya melipat bibirnya ke dalam sembari melengos. Hal itu sontak membuat Taehyung mati-matian menahan diri agar tak tertawa terbahak-bahak hanya karena mendapati Jungkook yang menahan rasa malunya dengan bersikap sok acuh tak acuh padanya. Padahal jelas sekali, Taehyung kembali memergokinya menatap Rena. Serius, pemuda itu sudah lama sekali tak mendapati Jungkook yang malu-malu seperti ini, benar-benar menggemaskan—jauh dari kata menyebalkan seperti biasanya.
Setelahnya, Jungkook benar-benar berusaha menjaga pada arah mana ia akan meletakkan pandangnya hingga bel pulang berbunyi kendati diam-diam masih mencuri pandang dan membuat Taehyung benar-benar harus menahan tawanya. Untuk yang satu itu, Jungkook tak ambil pusing karena ia memang malu. Ia bahkan dapat mendengar bahwa He Young tengah berpamitan dengan Rena, dan gadis itu mengatakan bahwa ia akan pulang terlambat.
"Rena!"
Kepala Jungkook sontak spontan terangkat tatkala seseorang memanggil nama gadis itu dan mendapati Jang Hyun Jae sebagai pelakunya, lantas berusaha bersikap abai sembari kembali membereskan alat tulisnya, diam-diam mempertajam pendengarannya.
"Ah, ya?"
"Mau pulang bersama?
Tunggu!
Jungkook pun lantas berbalik, masih berusaha memperlihatkan sikap abainya kendati benar-benar ingin menyobek mulut pemuda itu. Taehyung yang mendengarnya pun tak mengelak jika ia penasaran, pemuda itu melirik Jungkook yang seolah tengah bersiap untuk melahap habis-habis Hyun Jae. Begitu pun dengan Jimin yang sedari tadi memerhatikan dari jauh, pemuda itu lekas menyunggingkan senyumnya sebelum kemudian bangkit seraya menyambar jaketnya dan berjalan mendatangi Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE REASON
FanfictionDari sekian banyak hal yang telah Jungkook temukan di sepanjang hidupnya, ada satu titik di mana ia ingin menyesali apa yang telah terjadi padanya kendati rasanya mustahil. Setidaknya, ia akan mengutuk Joan Rena yang berhasil mendobrak bentengnya...