SRAAAKK!
"Akhhh... "
Pemuda itu pun lekas bangkit dari duduknya, menatap dingin pada Hyun Jae yang mulai ketakutan di bawah.
Kesal. Kesal sekali rasanya.
Tak mengelak, Hyun Jae terkejut, benar-benat terkejut. Namun jauh lebih terkejut karena ia tidak terpikirkan sebelumnya. Jungkook masih menyukai Rena?
Jika benar, maka mungkin ia bisa saja babak belur hari ini.
Seisi kelas spontan menjadi hening manakala menyadari bahwa Jungkook tengah dibalut emosi. Jimin sendiri mulai bangkit dari kursinya dan mulai berjalan menuju Jungkook, turut merasa kesal. Terlebih lagi dengan Kim Taehyung yang alih-alih berusaha menghentikan Jungkook, malah mencoba menemukan posisi ternyamannya untuk menyaksikan apa yang akan Jungkook lakukan setelah ini. Dasar Sinting!
Tatapan Jungkook kian menggelap, rahangnya mengeras, ada kebencian terlampau banyak yang ditunjukkan, ada kekesalan yang tergambar dengan jelas pada kedua irisnya. Benar-benar kesal.
Rena miliknya. Jungkook menyukainya.
Eh, miliknya?
Iya tidak, sih?
Manakala Jungkook mulai merangsek maju, Hyun Jae pun sontak turut merangsek mundur. Ia ingin mengatakan banyak hal, ingin meminta maaf atau bahkan memaki, tetapi, hanya dengan menemukan bagaimana wajah tampan itu terlihat begitu menakutkan—seolah berhasil memenjarakannya, menyudutkannya, dan mengintimidasinya, Hyun Jae pun memilih menelan kembali semua kalimat yang nyaris dikeluarkannya. Tidak, tidak. Berbicara pun percuma, bisa-bisa ia salah bicara dan kian memperbesar amarah Jungkook.
Tatkala Jungkook hendak menarik kerah Hyun Jae dan membuat pemuda itu berdiri, si Jeon tersebut mendadak menghentikan pergerakannya.
Jimin nyaris menarik bahu pemuda itu, namun tak juga ia lakukan tatkala menemukan cengkeraman yang menguat di ujung seragam Jungkook, Rena pun kian menariknya lebih kuat. Deru napas terdengar memenuhi ruangan, terlebih milik Hyun Jae dan beberapa siswi yang juga mulai ketakutan. Namun, hal tersebut tak berlaku bagi Rena. Gadis itu bahkan terlalu tenang dengan tatapan teduhnya yang mana membuat Taehyung mengulas seringaian miliknya.
Perlahan, manik Jungkook pun bergerak turun, menemukan bagaimana jemari lentik itu mencengkeram erat ujung bajunya.
"Jungkook, aku punya alasan mengapa kita tidak boleh memiliki perasaan satu sama lain."
Kenapa?
Agar dia bisa didekati pemuda lain?
Kekesalan itu menguat, Jungkook tak mengelak, perasaannya kian memburuk tiap detiknya. Benar-benar buruk.
"Jung, jangan menghajarnya!" ujar Jimin yang merasa was-was di belakangnya.
Pemuda itu pun meraih tangan Rena, mencoba melepaskan cengkeraman itu dengan pelan dan menatap gadis itu dengan sendu. Tatapan Rena sendiri masih begitu tenang, teduh, dan nyaris meluluhkan Jungkook seperti biasa. Seolah sanggup membuatnya menghentikan sisi liarnya, sanggup membuat Jungkook menahan diri agar tidak bertindak brutal. Hanya dengan tatapan lembut dan senyum teduhnya, Joan Rena berhasil mengendalikan Jeon Jungkook. Seolah mencoba mengatakan banyak hal untuk menenangkan pemuda itu lewat tatapannya.
Ia menatap dengan lembut, begitu hangat.
Apa dia tidak menyadarinya? Apa Rena benar-benar tidak dapat melihat seberapa kacau dirinya?
Atau, apa dia sengaja?
"Kau... " Jungkook menjeda ucapannya, mencoba menelisik manik yang belum juga merubah tatapannya. Menghela napasnya, mencoba setidaknya menyingkirkan satu dari sekian banyak kekesalannya, Jungkook pun kembali melanjutkan dengan pelan," benar-benar membuatku muak, Sialan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE REASON
FanfictionDari sekian banyak hal yang telah Jungkook temukan di sepanjang hidupnya, ada satu titik di mana ia ingin menyesali apa yang telah terjadi padanya kendati rasanya mustahil. Setidaknya, ia akan mengutuk Joan Rena yang berhasil mendobrak bentengnya...