Warning!
PART INI PANJANG!
SILAHKAN BACA ULANG PART SEBELUMNYA UNTUK YANG SUDAH LUPA :)
———
Jeon Jungkook dapat kembali merasakan kepanikan luar biasa tatkala ia mendadak terbangun di tempat asing, yang mana ia menyadari bahwasanya ia tengah diculik kala itu.
Sebuah gudang yang menjadi saksi atas kerusakan hidupnya, Jungkook bersumpah, hal tersebut adalah bagian yang paling buruk setelah kematian ibu dan kakaknya.
Kedua irisnya berpendar ke segala arah seusai ia tersadar, kepanikan luar biasa tak terelakkan. Jungkook pun buru-buru bangkit bersama dengan isi kepala yang berkecamuk, dengan detak jantung yang kian berdegup kencang, bocah itu pun lekas menghentikan maniknya pada sosok gadis yang tengah duduk termenung tak jauh darinya.
Gadis bersurai hitam setengah punggung tersebut sukses menarik atensinya.
Tak hanya gadis tersebut, Jungkook juga dapat menemukan sosok bocah laki-laki lain yang belum tersadar di sisi kanannya. Apa yang sebenarnya telah terjadi?
Menelan saliva dengan susah payah, berusaha menahan ketakutan di dalam sana, pada pening yang mulai mengikat kepalanya dengan kuat, pada rasa panik yang tak kunjung mereda, Jungkook pun sontak berjalan mendekat pada gadis itu dengan takut-takut.
"P-permisi? A... apa yang terjadi?" tanyanya terbata-bata dengan gugup.
Tetapi bahkan si gadis tak langsung menjawab, ia hanya terdiam sebelum kemudian memilih untuk menghela napas beratnya dan memilih untuk mengeratkan pelukannya dengan lesu. Melihat itu, Jungkook pun mati-matian menahan rahangnya agar tidak merosot begitu saja.
Apa-apaan gadis itu?
Tidakkah dia panik dan ketakutan?
Rasa-rasanya, Jungkook bahkan bisa kencing di celana saat ini juga karena begitu takut, ia bahkan berusaha menahan tangisnya sedaritadi hanya untuk memastikan bahwa ia akan baik-baik saja.
Ya.
Dia akan baik-baik saja, kan?
Jungkook pun kembali menelan saliva dengan susah payah, ia berusaha mengingat kapan terakhir ia berada, dan apa yang ia lakukan sebelum kemudian ia tersadar di tempat ini.
"Jeon Jungkook, Ibu akan menunggumu. Daa~ putra Ibu."
"Sekilas info, Penerbangan 803 Maskapai Korean Air yang berangkat dari Bandara Internasional Incheon menuju Bandara Internasional Zurich telah terjatuh di landasan Bandara Internasional Zurich pukul 07. 15."
Tunggu!
Apakah kecelakaan itu benar-benar terjadi?
"I-ibu? Kakak?" gumamnya panik kemudian.
Mencoba menahan diri sekali lagi, menatap gadis tersebut kembali, Jungkook pun lekas menurunkan tubuhnya, memilih merangkak untuk kian mendekat dan berhenti di samping gadis itu. Menelan saliva gugup, mencoba menahan isakan akat rasa takutnya di dalam sana, bocah itu pun mengulurkan jari telunjuknya untuk menyentuh lengan si gadis dengan pelan. "P-permisi? Kau... kau mendengarku, kan?"
"I-ini... apa kita sedang diculik? A-atau... " Lidahnya kelu, Jungkook benar-benar kalut saat ini.
Apa Ibu dan Kakaknya benar-benar telah meninggal?
Hei, dia bahkan belum menyaksikan pemakaman Ibu dan kakaknya itu.
"Haah? Haah? Jung-Jungkook... Ibumu... "
KAMU SEDANG MEMBACA
THE REASON
FanfictionDari sekian banyak hal yang telah Jungkook temukan di sepanjang hidupnya, ada satu titik di mana ia ingin menyesali apa yang telah terjadi padanya kendati rasanya mustahil. Setidaknya, ia akan mengutuk Joan Rena yang berhasil mendobrak bentengnya...