Chapter 24

1.2K 210 29
                                    

"Kim Ji Hwan. Usia 45 tahun, asal Daegu."

Lydia pun sempat mengernyit mendengarnya, tampak tengah berpikir sejenak sebelum kemudian mengangguk. "Lanjutkan!" titahnya.

Danny, pemuda yang dimaksud pun mengangguk patuh dan lekas kembali membacakan informasi mengenai pria yang menjadi incaran wanita itu sekarang.

"Sebelumnya, dia adalah seorang petani yang kehilangan anak dan istrinya karena dibunuh oleh salah satu anggota mafia di lingkungannya. Dan setahun setelahnya, ia memutuskan untuk bergabung dalam mafia tersebut sehingga banyak orang menganggapnya sebagai dalang dibalik kematian anak dan istrinya. Tetapi, dia tidak ditahan atau bahkan diperiksa kembali oleh kepolisian. Dan dia baru saja kembali dari luar negeri satu minggu yang lalu."

"Jadi, apa maksudnya mengincar Nona Joan dengan menyelundup ke sekolah tersebut sebagai petugas kebersihan?" gumam Lydia.

"Ada dua kemungkinan mengapa ia melakukannya," sahut Rena yang baru saja memasuki ruang kerja wanita itu dengan santai.

Lydia dan Danny pun sontak membungkuk hormat untuk menyapa, dan dibalas senyuman oleh gadis itu. "Nona, kau belum tidur?" tanya Lydia yang segera menghampiri gadis itu.

Rena pun tersenyum dan menggeleng. "Yang pertama, dia melakukan itu atas perintah pimpinannya. Jadi, dia tidak benar-benar melakukannya."

"Apa maksudmu? Dia jelas-jelas melakukannya dengan sengaja!" sahut Lydia tidak setuju.

Gadis itu pun membawa tubuhnya untuk duduk di sofa dengan anggun sembari mengulas senyumnya. "Dan yang kedua, musuh kita memiliki koneksi dengan mafia tersebut."

"Apa?"

"Kau benar, Nona. Geng mafia ini didirikan pada tujuh tahun yang lalu, yang berarti mereka tidak pernah terlibat dengan Tuan Justin dan Nyonya Ruth sebelumnya. Jadi, tidak mungkin jika mereka tiba-tiba menyerang Anda sementara kita tidak pernah bermasalah dengan mereka sebelumnya," jelas Danny.

"Itulah kenapa mereka bergerak untuk mengincarku sekarang," imbuh Rena. 

"Kau sudah mengirim Pak Waren dan Lucy ke tempatnya?"

"Sudah, Nona. Mereka sedang dalam perjalanan menuju ke sana sekarang."

Rena pun mengangguk sebelum kemudian bergerak maju dan meraih pisau beserta buah apel di dalam piring buah tersebut, lekas mengupas dengan tenang, sesekali terkekeh tatkala menyadari bahwa Lydia tengah kebingungan.

"Tunggu! Apa maksudmu mafia tersebut bekerja sama dengan musuh kita?" 

Danny pun mengangguk membenarkan. Sedang, Lydia menggeleng tak habis pikir. "Lalu, 'dia' memerintahkan untuk membunuh Nona Joan yang berusaha untuk mengungkap kasus kematian orang tuanya."

"Benar, Mrs."

"Apa ini? 'Dia' benar-benar telah bergerak mendekat? Mereka begitu dekat dengan kita sekarang." 

Menyadari itu, Lydia pun sontak menatap Rena dengan keterkejutannya. "Nona, kau harus berhati-hati dengan--"

TAKK

PYARR...

Belum sempat ia menyelesaikan ucapannya, Rena lebih dulu mendadak berbalik dan melemparkan pisaunya hingga mengenai pintu pada ruangan tersebut. Bunyi yang dihasilkan pun cukup kuat sebelum kemudian ditambahi dengan suara nyaring dari luar.

"Masuklah!" seru Rena tiba-tiba.

Danny yang menyadari itu pun segera memperingati para bodyguard dengan handy talkie miliknya. "Guards, hurry to the room. Room number 15. Check the path leading to the pond, and check the path leading to Shein and Shaun's stable. Close the path to the hallway and keep everyone in position."

THE REASONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang