*
*
*Setelah menceritakan semua kepada jisoo, chaeyoung memilih tinggal sementara dikediaman tuan Kim. Mengingat jisoo juga menetap disana sekarang, tidak diapartemen lagi karna kondisi ayahnya yg sering kambuh sakitnya.
Dari semua yg diceritakan chaeyoung, jisoo dapat menarik kesimpulan bahwa dibalik rasa takut dan panik sepupunya itu adalah Jungkook. Chaeyoung lebih mengkhawatirkan jungkook dibanding dirinya, apalagi setelah tau peneror itu masih berkeliaran diluar sana. Tidak menutup kemungkinan dia akan menyakiti jungkook sesuai ancamannya. Hal itu yg sangat menganggu pikiran chaeyoung. Seperti yg jisoo lihat saat ini, sepupunya terlihat gelisah.
"Chae.. Tenanglah.."
"Aku tidak bisa tenang eonni.. Bagaimana jika peneror itu nekat menyakiti jungkook? Aku harus memghubunginya, tapi tidak.. Dia pasti tidak akan menggubrisku seperti tadi dikantor."
"Aahh.. Jimin-ssi, aku akan menghubunginya dan menanyakan keadaan jungkook, aku akan meminta jimin-ssi untuk menjaga dan memastikan jungkook aman." lanjutnya.
"Chaeyoung-ah.. Tidak perlu melakukan itu. Jungkook aman chae. Kau ingat bagaimana ketatnya penjagaan diagency, dorm bahkan apartemennya. Aku yakin dia aman."
"Kau benar eonni, hanya saja jungkook kadang bandel dan nekat keluar sendiri tanpa penjagaan."
"Tapi chae, walaupun begitu, jungkook pasti bisa menjaga dirinya. Dia laki2 chae. Dia juga tidak mungki keluar sendiri jika merasa dirinya tidak aman."
Baiklah.. Saat ini Chaeyoung pasrah. Dia hanya bisa berdoa agar peneror itu segera ditemukan agar tak ada yg mengusik hidupnya lagi dan jungkook.
Setelah menenangkan chaeyoung, jisoo mengajak sepupunya itu untuk menemui ayahnya, tuan Kim. Seperti yg diminta sang Ayah, dia ingin berbicara hal penting dengan Chaeyoung.
"Paman memanggilku? Bagaimana keadaan paman? Ada yg sakit?" tanyanya menghampiri tuan Kim yg sedang duduk bersandar diranjangnya.
"Paman baik2 saja nak, duduklah.. Ada yg ingin bicarakan denganmu."
Chaeyoung pun duduk di tepi ranjang, sedangkan jisoo duduk disofa kecil yg ada dikamar itu.
"Ada apa paman?"
"Chae.. Kau lihat paman sudah mulai menua, penyakit paman juga sudah sering kambuh akhir2 ini."
Chaeyoung mengangguk membiarkan tuan Kim melanjutkan ucapannya.
"Paman ingin kau menyiapkan diri untuk memegang perusahaan itu sendiri nak."
"Tapi paman, kau bisa menyuruh orang kepercayaanmu, lagipula ada jisoo eonni yg lebih berpengalaman, kurasa dia bisa memimpin perusahaan, aku tidak bisa paman, aku tidak punya ilmunya."
"Kau sudah dewasa chae, sudah sepantasnya kau yg memimpin perusahaan ayahmu, kau sudah memimpin butik dan sekolah musikmu, itu termasuk pengalaman nak."
"Tapi tetap saja beda paman, mengelola butik dan sekolah musik tentu berbeda dengan mengelola perusahaan besar. Aku takut paman, aku tidak yakin."
"Paman tidak menyuruhmu sekarang nak, paman hanya menyuruhmu menyiapkan diri."
"Maksud paman?"
"Kau akan melanjutkan kuliahmu chae, kuliah tentang bisnis dan manajemen. Orang2 ku akan mengurus semuanya, kau hanya perlu mengikutinya dan belajar nak. Bagaimana kau setuju?"
"Sebenarnya aku masih ragu paman, tapi jika untuk belajar aku pasti setuju. Aku akan melanjutkan kuliahku."
"Baiklah, orang2ku akan mengurusnya, kau akan kuliah di Amerika, disalahsatu kampus yg terkenal disana, kampus tempat pebisnis besar didunia belajar."
"A...Amerika?? Apa harus disana paman? Kenapa tidak disini saja? Lagipula bagaimana dengan butik dan sekolah musikku jika harus pindah kesana."
"Ini hanya sementara nak, hanya dua tahun. Setelah kuliahmu selesai kau bisa pulang dan paman pastikam saat itu kau sudah siap memimpin perusahaan menggantikan paman. Dan tentang butik dan sekolah musikmu, paman akan menyuruh orang kepercayaan paman untuk mengurusnya. Kau tenang saja nak."
"Dua tahun bukan waktu yg sebentar paman, aku harus hidup terpisah jauh dari kalian."
"Chae.. Ini keinginan terbesar orangtuamu nak, sebelum meninggal mereka berpesan pada paman untuk menyekolahkanmu tinggi2, besar harapan mereka untuk melihatmu sukses dan mandiri dimasa depan sayang. Mereka pasti bangga melihatmu memimpin perusahaan yg dibangun susah payah oleh ayahmu dulu."
Mendengar orangtuanya disebut membuat airmata chaeyoung jatuh. Tak bisa menolak lagi, dia hanya bertekad untuk memenuhi impian orangtuanya itu. Walaupun tak akan melihatnya langsung, setidaknya mereka pasti bangga melihatnya dari sana.
"Baiklah paman.. Aku mau."
Tuan Kim tersenyum senang.
"Tapi paman, jika nanti aku memimpin perusahaan, aku tidak ingin sendirian. Aku ingin jisoo eonni mendampingiku."
"Tentu saja sayang. Itu pasti."
Chaeyoung tersenyum lalu memeluk pamannya itu.
"Terimakasih paman, selalu menjaga chae sejak ayah dan ibuku tiada. Aku sangat menyayangimu dan juga jisoo eonni, hanya kalian yg kumiliki paman."
Hal itu sontak membuat semua mata berkaca2. Tuan kim dan jisoo tal bisa membendung air matanya. Jisoo berjalan mendekati chaeyoung dan mengusap pundaknya.
"Kami juga menyayangimu chae."
Mereka bertiga berpelukan.
*
*
*Sudah tiga hari ini jungkook masih memikirkan kata2 jimin. Dia mengalami pergulakan batin. Disatu sisi rasa egonya yg tinggi menganggap semua tuduhannya ke chaeyoung benar, disisi lain apa yg dikatakan jimin benar, dia bahkan tak memberi chaeyoung kesempatan untuk menjelaskan.
Sibuk dengan pikirannya, tiba2 Namjoon menghampirinya yg sedang berdiri dibalkon dorm.
"Jungkook-ah, sedang memikirkan apa? Terlihat sangat serius"
"Aahh.. Tidak ada hyung."
"Oiya.. Sepertinya kita akan ke Amerika"
"Haa??"
"Iya.. Aku baru dikabari oleh sejin-nim. Kita akan menghadiri acara penghargaan musik lagi disana. Kita masuk nominasi."
"Kapan hyung?"
"Aku tidak tau pastinya kapan. Sejin-nim pasti akan membicarakannya dengan kita, yg jelas dalam waktu dekat ini."
Jungkook mengangguk paham.
"Intinya persiapkan dirimu saja. Aku akan mengabari member lain." ucap namjoon lalu diangguki jungkook. Namjoon pun beranjak dari tempat itu.
Setelah mendapat kabar dari namjoon, jungkook kembali memikirkan tentang permasalahannya dengan chaeyoung. Dia yakin dia tidak bisa terus diam seperti ini, dia harus meminta penjelasan chaeyoung. Hanya saja itu sedikit sulit karna jungkook sedikit gengsi menghubungi chaeyoung duluan. Hingga muncul dibenaknya untuk menghubungi jisoo.
"Yahh jisoo nuna.. Dia pasti tau semuanya, chae pasti menceritakan semua padanya. Aku akan menghubungi jisoo nuna dan menanyakan semuanya."
Jungkook meraih ponselnya, dan hendak mencari kontak jisoo. Tapi belum juga dapat tiba2 semua member mendekatinya.
"Jungkook-ah, bersiaplah.. Kita disuruh ke Agency sekarang, meeting dadakan. Sepertinya akan membahas persiapan kita ke Amerika." seru namjoon.
"Aahh.. Baiklah hyung.. Tunggu lima menit aku akan bersiap2 dulu." ucapnya lalu beranjak kekamar untuk bersiap2 lebih dulu.
Saat selesai bersiap dia menyusul hyung2nya yg sudah lebih dulu ada diparkiran dorm menunggunya. Jungkook mempercepat langkahnya, namun tiba2 berhenti.
"Bukankah tadi aku harus menelpon jisoo nuna.. Aahh.. Nanti akan kutelpon. Biarkan meeting ini selesai dulu." gumamnya dalam hati.
"Jungkook-ah, kenapa diam disana. Cepatlah.." seru jimin membuyarkan lamunannya.
"Aahh.. Iya hyung.." serunya mendekati mobil yg akan ditumpanginya dengan jimin.
*
*
*Next..
KAMU SEDANG MEMBACA
Love To Hate Me
FanfictionCerita cinta jeon jungkook member boygrup BTS yg menyakitkan dimasalalu dan muncul kembali saat masa suksesnya sekarang.