43 Password

6.4K 550 36
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Marhaban ya ramadhan, temen-temen ku semua.

Bagaimana puasanya hari ini? Lancar? Atau ada yg udah batalin tadi pas dzuhur? 😆

Maaf banget karena aku udah lama nggak update. Ya, alasan sangat klise yaitu sibuk. But, aku beneran sibuk guys, soalnya aku lagi nyelesain naskah 3 sekaligus.

Okeh, aku ngga mau banyak bacot lagi, mari sapa Zaida dan Andra.

Sayup-sayup terdengar lantunan asma Allah, membuat Andra terbangun dari alam mimpinya. Ia menggeliat, merasa nyaman dengan posisinya saat ini. Dengan berat Andra membuka kelopak matanya, dan memfokuskan pandangannya.

Yang pertama kali Andra lihat adalah hidung mancung dan bibir mungil dari posisinya saat ini. Andra mengingat bahwa dia masih di pangkuan istrinya.

Andra kasihan dengan Zaida yang tertidur dengan posisi memangku nya, dan bersandar pada kepala ranjang.

Andra menolehkan kepalanya dan langsung di sambut perut Zaida yang tertutup gamis. Andra menyusup lebih dalam, menenggelamkan wajahnya di sana.

Kelopak mata Zaida mengerjap, saat merasakan sesuatu yang bergerak-gerak di perutnya membuatnya geli. Zaida menundukkan kepalanya dan ia melihat Andra di sana.

"Haha... Mas, geli."

Mendengar reaksi Zaida, Andra semakin menggerakkan kepalanya membuat Zaida merasakan geli.

"Mas, ud–ah hahaha... Mas." Zaida mencoba menghentikan, dengan menahan kepala suaminya. Namun, itu tidak berhasil. Zaida tidak putus asa sampai di sana. Ia menggelitik pinggang Andra, tentu hal itu mengganggu kenyamanan Andra.

Andra menjauhkan wajahnya dari perut Zaida. "Hahaha. Mau balas dendam ni ceritanya. Haha." Andra mencoba menghentikan tangan Zaida, tapi tidak bisa.

Zaida menunduk melihat wajah suaminya yang tersiksa tawa, karena ulahnya. Entah kenapa itu membuat Zaida senang.

"Hahaha udah..." Andra tidak menerima dengan pasrah, ia kembali mendekatkan kepalanya pada perut istrinya.

Zaida menggeliat. "Hahaha, ampun mas.  Ampun." Zaida masih belum melepaskan pinggang Andra dan menggelitik, walaupun tidak sempurna karena dia juga menahan geli.

"Hahaha... Udah, udah. Haha," lirih Zaida, perutnya sakit karena tertawa dan matanya berair.

Andra terkekeh. "Kamu duluan yang lepasin mas. Jangan hahaha di gelitik, nanti mas nggak nafsu makan lagi hahaha." Andra menangkap tangan Zaida yang begitu lincah menggelitik pinggangnya.

Andra menjauhkan wajahnya dari perut istrinya. Andra tersenyum memandang wajah Zaida yang mulai tenang mengatur nafasnya. Andra lalu mencium jemari Zaida dengan lembut.

Seketika bulu roma Zaida meremang. Darahnya berdesir hangat. Perilaku Andra membuatnya dirinya lama-lama meleleh. Zaida menundukkan kepalanya, melihat Andra yang masih di pangkuannya.

Tangan Andra terangkat, ia mengusap ujung mata Zaida yang berair. "Gimana kalo aku manggil kamu adek?" Andra meminta izin terlebih dahulu. Ia merasa nyaman dengan memanggil itu pada istrinya.

"Hah?" Zaida terkesiap dengan yang di tanyakan Andra.

"Adek, sayang." Andra tersenyum hangat, lalu kembali mengecup tangan Zaida.

Zaida mengerjapkan matanya beberapa kali, apa tadi Andra memanggilnya sayang? Kenapa Zaida merasakan hal yang begitu berbeda, padahal dulu Andra juga sering memanggilnya 'sayang'. Memang benar, bahwa ketika sudah halal kenikmatan berkali-kali lipat.

Halal Dan Haram Bagimu {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang