2 Betapa gelapnya aku

10.7K 908 3
                                    

3

Flashback on ( 7 tahun lalu)

Germelap lampu disko berkelap-kelip, menjadi saksi, sorak ria dari insan-insan  yang tengah menari di bawahnya. Ditambah dengan Alunan Dj yang diputar keras, menggema. Aroma minuman keras menyeruak di setiap sudut ruangan

Itu bukanlah clubbing biasa, karena hanya orang-orang kelas atas yang bisa menginjakkan kaki di sana. Hal itu dikarenakan, sang pemilik ingin mempertahankan nama dan kualitas yang ada di tempatnya.

Clubbing yang dibangun di tengah-tengah kota itu, sangat ketat menyeleksi pengunjung yang pantas. Bahkan pengunjung harus memiliki kartu khusus untuk akses masuk. Dan untuk mendapatkan kartu itu bukanlah hal yang mudah, karena prosesnya sangat lama.

Di salah satu sudut, terlihat seorang laki-laki yang hampir hilang kesadaran. Namun masih mampu menompang tubuhnya, akibat pengaruh alkohol. Satu botol minuman Wine, ia cengkram erat. Sedangkan di tangan nya yang sebelah, terlihat satu batang rokok terletak di seluh jemarinya.

Sesekali ia hisap asap dari rokok itu. Matanya sudah memerah, tapi tetap redup. Bibirnya yang merah pucat mengeluarkan asap berterbangan di udara. 

"Woy, Andra," sapa seseorang terdengar dari belakang Andra.

Andra, iya dia laki-laki yang sedang dimabukkan minuman haram itu. Dia memutar badan, melihat siapa yang memanggilnya. Benar saja, ia bisa melihat seorang laki-laki berjalan santai ke arahnya.

Tio Rajeskar, yang biasa dipanggil wiro sableng, oleh teman-temannya. Tio adalah salah satu dari genk andra yang juga pencinta dunia malam.

Tio menghampiri Andra, mengambil alih kursi tepat di sebelah Andra. "Wih Broo, lo emang yah, nggak pernah absen di tempat ini."

Andra berusaha mengontrol pengaruh alkohol. "Lu sendirian ke sini?" tanya Andra. Ia menaikkan sebelah alisnya.

"Nggak, tadi gue bareng Rian ama Gisel. Lo tau sendiri kan kalo Rian udah sampai di sini pasti nyari-nyari tante-tante girang seksi di panggung dance." Tio terkekeh. "Terus kalo si Gisel, katanya tadi mau ke toilet dulu," kata tio lagi.

"Dasar Rian, tipenya di bawah minus," ucap Andra terkekeh mengingat Rian, sahabatnya itu. Tangannya memainkan gelas yang berisi minuman.

"Btw, udah berapa botol?" tanya Tio.

Andra mengangkat tangannya ke udara, menunjukkan jari-jemarinya tiga. Ia berkata tanpa mengalihkan pandang ke arah lawan bicara.

"Dikit banget Broo, nambah dong," ucap Tio semangat. Tio melambaikan tangannya pada pelayanan.

"Satu botol, yang seperti biasa, yang paling menenangkan," pinta Tio pada seorang pelayanan laki-laki.

Tio beralih membawa pandang ke arah Andra. "Lo bawa rokok nggak?" tanya Tio.

Tidak banyak berkata, Andra menggeser sebungkus rokok yang ada di meja depannya ke arah Tio. "Dasar nggak modal."

Tio tersenyum sumringah. Matanya masih melirik ke arah meja depan Andra menatap benda yang ada di sana. "Koreknya?"

"Kere!" dengus Andra.

"Bukannya gitu. Lo tau sendiri kan nyokap, bokap gua. Semua fasilitas gua disita sampai kartu kredit, ATM, semua diambil. Gue merasa jadi anak pungut," ujar Tio berusaha membuat nada bicaranya iba.

Andra mendengus. Bukannya kasihan dengan nasib sahabatnya, ia justru merasa jijik.

"Hai.. Brothers!!" sapa seorang gadis, Andra dan Tio secara otomatis melihat siapa yang menyapa.

Halal Dan Haram Bagimu {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang