(BELUM REVISI)
Derap langkah terdengar berpadu dengan gesekan di lantai. Zaida menuntun jalan untuk gisel, tio, rian dan andra. menuju asrama yang akan mereka tempati.
Tak berselang lama, langkah mereka berhenti di depan pintu sebuah ruangan. sepertinya itu adalah kamar asrama yang akan di tempati Andra dan kawan-kawan.
Zaida memberikan kunci kamar itu pada tio. "Ini kuncinya, oh iya kamar ini belum di bersihkan, jadi sebelum istirahat kamar ini perlu di bersihkan" Ungkap zaida ragu, ia tau pasti bahwa teman-temannya ini tak bisa bersih-bersih karena sudah terbiasa di rumah segala sesuatu yang berkaitan dengan rumah akan di kerjakan pembantu.
"Ngapa lo liat gue, tenang aja kita pada bisa kok kalo cuma bersihin kamar kecil doang" Kata rian, lalu membuka pintu.
"Syukurlah," Zaida menghembuskan nafas lega, setidaknya khawatiran nya berkurang.
Clekk...
Pintu sebuah kamar gelap penuh debu,samar-samar cahaya dari sela-sela lubang ruang itulah yang menjadi sumber penerangan. Tatkala pintu pun terbuka setelah susah payah rian, mencoba membukanya, sepertinya lobang kunci itu sudah karatan. Maklum saja kamar ini sudah lama tak di gunakan.
"Yaudah, gue mau istirahat " Rian berlalu masuk pada kamar itu, meninggalkan teman-temannya.
Andra dan kawan-kawan nya, termasuk zaida. Hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Rian.
"Aggrrr... " Sebuah teriakan, dari dalam membuat Andra dan yang lainnya tersentak kaget dan mengundang keempat orang di depan kamar itu, menghampiri sumber suara.
Saat mereka melangkah kan kaki mereka memasuki ruang itu, mata mereka tertuju pada rian yang terlihat seperti cacing kepanasan.
"Uhukk... Uhukkk.. " Rian susah bernafas karena debu yang menyelimuti ruang tempatnya berada sekarang.
"Lo kenapa broo" Tio menghampiri rian menepuk-nepuk punggung rian.
"Gue tadi ke sandung kayu nih sampai gue ke jedot ke dinding. Bengkak nih jidat gue" Jelas rian, rian memperlihatkan dahinya yang sedikit memerah pada tio, tentunya dengan gaya bermanja pada tio.
Zaida yang kasihan pada rian, mencoba mencari keberadaan jendela. Ia mengedarkan pandangannya menyusuri ruangan.hingga ia mendapati keberadaan jendela yang tak jauh dari nya, tapi jendela itu tertutup oleh triplek hingga membutuhkan tenaga yang lumayan untuk membukanya.
Zaida berusaha melepaskan triplek itu. Andra yang melihat zaida kesusahan untu membuka jendala pun membuatnya terdorong untuk membantu. Andra menghampiri zaida.
"Biar gue bantu" Tawar dingin Andra. Membuat zaida tersentak kaget, mendapati andra di sebelahnya.
"Tak usah, biar saya saja" Tolak zaida. dia sebenarnya ingin sekali di bantu, tapi dia kasihan dengan jantungnya, yang serasa ingin melompat saat berada di sebelah andra, oh entah lah mungkin ini adalah perasaan benci dan penyesalan.
Bukannya mendengar ucapan zaida, andra keukeuh untuk membantu.
Samar-samar cahaya cukup membantu mereka berdua melihat objek yang mereka pegang,namun entah dari mana asalnya, yang jelas hal ini mampu membuat zaida tersentak dan meluncur satu tetes air mata.Saat tangannya terasa hangat oleh benda yang baru saja memegang tangannya.
Andra kaget, saat tangannya meraba sebuah tangan dingin yang baru saja ia pegang. Andra menoleh pada pemilik tangan tersebut, begitupun sebaliknya z
Zaida, mengarahkan pandangannya pada Andra.hingga mata mereka bertabrakan, menciptakan sebuah memori kelam di masa lalu, terlintas kembali, di pikiran Zaida.

KAMU SEDANG MEMBACA
Halal Dan Haram Bagimu {END}
RandomBertemu kembali dengan mantan yang sudah merenggut kehormatan Zaida, pertemuan berlatar belakang pondok pesantren. Di mana, Zaida menjadi ustadzah, sedangkan sang mantan adalah muridnya. Berkisahkan, seorang mantan badgirl yang ditakdirkan masuk pe...