21 kecewa

6.1K 641 22
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Pertama, ana mau minta maaf, karena sejauh ini tidak ada scenenya yang romantis dan bikin baper. Ana bingung cara buatnya karena Andra dan Zaida yang belum menikah, dan nantinya akan menimbulkan zina. Sekali lagi maaf, cerita ini sangat membosankan.

                  ԅ( Ơ∀ Ơԅ✿)❤

Raga lelah, sudah menyerah. Namun sang ilahi tak pernah berhenti memberi arah, menerangi setiap langkah.

                           ❄❄❄

Zaida terus saja melafalkan asma Allah, dan juga berdzikir, memohon pertolongan pada yang maha kuasa agar Allah memberi kesembuhan untuk Sabita yang saat ini sedang berjuang di dalam sana.

Zaida saat ini tengah berada di dalam bangunan serba putih, dengan aroma obat di mana-mana. Zaida duduk di kursi tunggu, dengan hati yang cenat-cenut cemas akan kondisi Sabita.

Andra tadi pamit untuk mencari makan. Rian duduk tak jauh dari Zaida.

Tio yang berada di sebelahnya gelisah tidak tenang. Ada rasa takut dan khwatir akan kehilangan gadis yang bernama Sabita itu.

"Lo berdoa aja ya." Rian memegang bahu Tio. Sahabatnya itu baru pertama kali merasakan jatuh cinta, jadi wajar saja dia menjadi seperti orang gila, saat orang yang dicintainya berperang nyawa.

"Yan, lo tau gue udah lama banget pengen ketemu ama Sabita. Masa kita ketemunya saat kondisi dia seperti ini." Tio mencurahkan semua yang ada di dalam benaknya.

"Gue tau, dan gue juga khwatir," ujar Rian.

"Hm, tapi gue seneng akhirnya bisa ketemu sama Sabita lagi, dan bisa tau namanya," ungkap Tio menatap sendu ke arah pintu di depannya yang masih tertutup rapat.

Derap langkah mendekati arah Rian dan Tio berada. Merasa ada yang menghampiri, mereka mendongak dan terlihat Andra dengan kresek makanan di tangannya.

"Nih makan." Andra menyodorkan dua kresek pada Rian dan Tio.

Dengan semangat Tio menerimanya. Senyum merekah di bibirnya saat melihat isi kresek itu."Tau aja lu gue lapar."

Rian mendengus. "Padahal tadi galau, liat makanan aja langsung goodmood."

"Aee lo, galau juga butuh tenaga. Dan tenaga gue udah habis gegara tonjok-tonjokan tadi," serka Tio. Benar apa yang dikatakan Tio, dari tadi pagi mereka belum memakan apa-apa, karena tadi niatnya sehabis beres-beres asrama yang kebakar, mereka mau sarapan, eh justru harus adu jotos.

"Semerdeka lu deh yo," kata Rian. Lalu mengambil makanan yang di sodorkan. "Eh Btw, dapet uang dari mana lo?" tanya Rian pada Andra.

"Iya-iyalah, cogan mah bebas!" kata Tio, dengan begitu bangganya memperlihatkan wajahnya yang penuh lebam. Rian memutar bola matanya.

"Eh ndra, lo belum balas pertanyaan gue, " kata Rian, penasaran.

"Holkay mah bebas," jawab Andra meniru gaya bicara Tio, lalu melenggang pergi menuju tempat Zaida duduk.

Rian dan Tio tercengang mendengar penuturan Andra yang terdengar aneh di telinga mereka.

Seperkian detik, Rian dan Tio tertawa terbahak-bahak. "Hahaha, wanjir!!"

"Itu beneran si Andra pan? hahaha."

"Astagfirullah."

Andra tidak terlalu memperdulikan dua sahabat gebleknya itu. Andra melirik Zaida yang sangat khusyuk, dengan manik-manik tasbih di tangannya. Andra berdeham pelan, lalu duduk di kursi yang sama dengan Zaida, tapi dengan jarak yang lumayan jauh.

Halal Dan Haram Bagimu {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang