Awan sudah meredup bahkan sudah berwarna hitam kelam. Untungnya ada sang bulan yang menjadi penerang. Lampu-lampu jalanan begitu cantik kala malam. Banyak orang-orang yang berlalu lalang, lebih dominan mereka yang membawa pasangan dan mungkin hanya sekedar hang-out sama teman-teman. Setelah begitu lama di kurung covid 19 yang tak kunjung hilang.
Saat ini, Andra dan Zaida berada di alun-alun kota yang cukup ramai, mengingat malam ini adalah malam minggu.
"Dek," panggil Andra pada Zaida yang duduk di kursi penumpang sebelahnya.
Zaida menoleh. "Iya."
"Malam ini malam ahad?" tanya Andra.
Zaida mengangguk. "Kenapa mas? Apa ada yang kelupaan?"
Andra mengangguk lalu tersenyum begitu hangat. Zaida jadi salah tingkah jika Andra tersenyum semanis itu.
"Mas lupa kalo malam ahad sekarang-" Andra menggantung ucapannya. Zaida menautkan kedua alisnya, menunggu kelanjutan ucapan Andra.
"Karena, kalo sama adek, rasanya malam ahad terus." Andra melanjutkan ucapannya. Ia tidak ada niat untuk bergombal tapi kalimatnya tadi membuat pipi Zaida kemarah-merahan di balik cadarnya karena blushing.
Tanpa sadar Zaida menipuk pelan bahu Andra dengan manja. Andra terkekeh sampai deretan gigi rapihnya terlihat.
"Aduh, diabetes," ujar Zaida.
Karena gemes, Andra mencubit hidung mancung Zaida. "Istri siapa sih ini?"
"Ngga tau," jawab Zaida.
Senyum Andra makin berkembang. "Istri mas, dong," ralat Andra.
Zaida mengalihkan pandangannya, lalu mengusap dadanya yang terasa berdegup kencang. Seharusnya Zaida tidak terlalu kaget dengan perlakuan Andra, karena beginilah sifat asli Andra pada pasangannya saat Rachel masih menjadi pacar haramnya.
Namun, tetap saja Zaida tidak menyangka sikap Andra masih seperti dulu, setelah bertahun-tahun. Padahal Andra terkenal sangat dingin dan kaku di luar sana.
Saat Zaida kembali menoleh ke arah Andra berada, ia sudah tidak mendapati suaminya. Namun saat Zaida mengedarkan pandangnya, ia bisa melihat Andra berjalan keluar dan mendekati pintu masuk tempat duduknya.
Andra tidak lepas dari senyum. Ia membukakan pintu untuk sang istri tercinta. "Mari tuan putri," ujar Andra. Ia mengulurkan tangannya pada Zaida.
Lagi-lagi Zaida tersipu malu. Dengan malu-malu tapi mau Zaida menerima uluran tangan Andra.
Setelah Zaida keluar dari mobil, Andra kembali menutup pintu mobil. Setelah itu Andra kembali mengamit tangan Zaida.
Zaida memperhatikan tangan mereka yang saling bertautan. Lalu menatap Andra lagi, suaminya itu tersenyum hangat padanya. Jantung Zaida seakan di pompa begitu kencang, sampai ia mendengar degup nya.
Andra juga ikut memperhatikan tangan mereka. "Kita pacaran yuk!"
Zaida berpikir, apa benar yang di sebelahnya ini adalah suaminya Andra yang dingin, atau justeru dedemit romantis. Ah, sikap Andra sangat manis, Zaida tidak menjamin dirinya akan terhindar dari penyakit diabetes jika sampai tua hidup bersama dengan Andra.
"Ayo," ajak Andra mulai melangkah. "Mau kemana dulu nih?" tanya Andra.
Karena tangan mereka saling bergandengan, otomatis tubuh Zaida juga ikut melangkah. "Kita makan aja dulu, habis itu jalan-jalan," pinta Zaida.
Andra hanya mengangguk menuruti keinginan Zaida. Sebenarnya Andra sudah mengajak Zaida untuk makan di restoran bintang lima, karena bagaimanapun ini adalah kencan pertama mereka. Namun, Zaida menolak dan bersikukuh ingin ke sini dan makan makanan jajanan kaki lima. Andra baru teringat akan kesederhanaan istrinya itu.
Andra semakin menggenggam tangan Zaida, seolah takut akan pergi.
Tiba-tiba saja Zaida berhenti berjalan, lalu menoleh ke arah suaminya. "Mas, kita ke sana dulu ya?" Zaida menunjuk ke satu arah.
Andra mengikuti arah tunjuk Zaida, ia bisa melihat seorang penjual gelembung sabun tengah meniup dagangannya agar menarik pembeli.
Zaida menarik tangan Andra. "Boleh, mas?" ia memperlihatkan puppy eyes-nya.
Andra hanya mengangguk. Setelah itu ia sudah di tarik oleh Zaida ke arah gelembung sabun berterbangan seolah mengurung mereka berdua di sana.
Mata Zaida bersinar-bersinar. Ia tersenyum di balik cadarnya. Sesekali ia memecahkan gelembung yang mendekat ke arahnya.
"Neng, mau?" Tiba-tiba saja bapak penjual itu memberikan Zaida botol air sabun dan alat gelembung nya.
Zaida melihat ke Andra sebentar, guna meminta izin. Andra yang paham maksud istrinya, berkata, "boleh."
Ingin Zidan bersorak riang tapi ia tahan. Zaida mulai meniup-niup gelembung. Namun tidak bisa sempurna angin yang keluar dari mulutnya karena terhalang oleh kain cadarnya.
Andra yang melihat apa yang di lakukan Zaida, menjadi terkekeh gemas. Andra mengacak-acak khimar Zaida di pucuk kepala istrinya.
Zaida menatap suaminya tidak terima dengan kekehan Andra. Ia mengerucutkan bibirnya di balik cadar.
Andra mengambil gerakan mendekat ke tepat di samping wajah Zaida. Matanya tanpa disengaja bertabrakan dengan manik mata Zaida nan teduh. Beberapa saat kemudian, Andra mengalihkan atensi pandangannya pada tangkai gelembung yang masih dipegang erat Zaida.
Andra mulai meniup gelembung itu. Namun mungkin karena terlalu lama hingga membesar gelembung itu bukannya terbang ke udara, justru pecah pada bingkainya. Air sabun gelembung itulah yang terciprat ke udara, dan juga mengenai Andra dan Zaida.
Refleks Zaida memejamkan matanya agar air sabun itu tidak mengenai matanya. Sedangkan Andra terpelongo di tempatnya.
"Kenapa gelembung nya tidak terbang?" guman Andra. Ia merasa sudah betul.
Zaida melirik suaminya yang masih diam. Beberapa saat kemudian saat ia mencerna apa yang terjadi, Zaida tertawa terpingkal-pingkal.
"Mas, bukan gitu niup nya," kata Zaida.
Andra menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Lalu ia menyengir ke arah Zaida.
"Ih gemes. Suami siapa sih?" tanya Zaida dengan suara gemas.
hingga terombang di udara lambat laun ada yang menghilang dan juga pecah karena bersenggolan dengan benda padat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halal Dan Haram Bagimu {END}
Ngẫu nhiênBertemu kembali dengan mantan yang sudah merenggut kehormatan Zaida, pertemuan berlatar belakang pondok pesantren. Di mana, Zaida menjadi ustadzah, sedangkan sang mantan adalah muridnya. Berkisahkan, seorang mantan badgirl yang ditakdirkan masuk pe...