19 biang rusuh

6.2K 663 14
                                    

"Ya Allah Zai, kamu nggak kenapa-kenapa kan?" tanya Zulaikha, sesampainya di ndelem. Zulaikha membalik-balikan badan Zaida, mengecek kondisinya.

"Nggak pa-pa kok," jawab Zaida sambil senyum di balik cadarnya, yang masih setia menutupi setengah wajahnya.

Ridwan yang datang bersama Zulaikha, melihat ke arah sofa yang lain, dan mendapati Andra dan kawan-kawannya di sana.

"Andra kamu juga tidak apa-apa?"

"Nggak pa-pa."

"Syukurlah." Ridwan mengusap wajahnya mengucap terimakasih pada Allah SWT.

"Maafkan saya, seharusnya saya tidak ceroboh. Saya saja bingung kenapa kebakaran itu bisa terjadi, padahal saya sudah mengecek segala sesuatu yang bahaya dan semuanya aman," ungkap Ridwan.

Ridwan menoleh ke arah Gisel dan Rian secara bergantian. "Rian dan Gisel boleh minta tolong? kalian tolong bantu para santriwati yang terluka, kalian kan dokter," pinta Ridwan.

"Segera!" Jawab semangat Rian, sedangkan Gisel hanya mengangguk. Inilah tugas seorang dokter, harus selalu siap walaupun dalam keadaan tidak bertugas.

"Tugas saya apa?" Tanya Tio, dengan tatapan polos.

"Tukang masak, mau lo? " timpal Gisel, dengan kekehan.

"Boleh juga! "jawab Tio.

"Kamu jagain Andra saja," usul Ridwan.

"Andra udah gede pak ustadz, nggak usah di jagain lagi," kata Tio.

"Iya, yaudah, serah lo deh," pungkas Rian.

"Yaudah, Gisel, Rian, kalian ke UKS pondok sekarang. Jika ada lukanya yang parah, bawa saja ke rumah sakit. Ini tengah malam susah untuk mencari mobil, jadi nanti telpon saja ambulan," kata Ridwan.

Segera Gisel dan Rian, beranjak dari duduknya, hendak melangkah pergi. Namun langkah mereka terhenti kala–

"Tapi ingat Rian, gunakan sarung tangan, usahakan tidak menyentuh kulit lawan jenis yang bukan muhrim," peringkat Ridwan.

Rian mengangkat tangannya ke udara lalu hormat pada Ridwan, "siap pak ustadz!" Lalu beranjak pergi, di susul Gisel di belakang, karena begitulah adab berjalannya dalam islam dengan lawan jenis, biarkan yang laki-laki berjalan di depan.

Sepeninggalnya Rian dan Gisel, Ridwan pamit, untuk mengurus semua hal yang terjadi tadi. Tinggalah Zulaikha, Andra, Tio, dan Zaida, di dalam ruangan itu.

"Emm, sebaiknya, Andra di bawa ke asrama santri. Saya takut nanti terjadi fitnah," usul Zulaikha.

Tio mengangguk, lalu mendekat ke arah Andra, untuk menompang tubuh Andra, yang masih lemah. Namun niat baik tidak selalu di Terima baik, karena Andra menepisnya.

"Gue bisa sendiri," ucap Andra, Tio hanya menurutinya. Saat sampai di dekat pintu keluar, langkah mereka terhenti karena, Zaida mengucapkan sesuatu.

"Afraz Terima kasih," kata Zaida, Andra hanya tersenyum tipis, lalu melanjutkan langkahnya.

                           🕊🕊🕊

"Kok lo bisa sama Zaida sih?" Sesampainya Tio dan Andra di kamar asrama, Andra di todong begitu banyak pertanyaan dari Tio.

"Pajang ceritanya," sahut Andra sekenanya.

"Ya lo cerita kek!" desak Tio.

"Nggak penting," kata Andra.

"Terus apa dong yang penting?"

"Rolan," ucap tajam Andra.

Tio yang tengah merapikan tempat tidur untuk rebahan, tak terlalu fokus apa yang di ucapkan Andra.

Halal Dan Haram Bagimu {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang