23 kamu Rachel!

8K 702 25
                                    

Bismillahirrahmanirrahim....

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh....

Andra & Zaida, comback!
Afraz & Rachel 🍁

Menjawab salam itu wajib 😄

Seperti yang ana janjikan ☺untuk part ini silahkan sediakan hati ananda semua untuk tidak nyesek...

                             🍁🍁🍁

Gisel masih sesegukan, tapi tetap ia pertahankan untuk berlari. Gisel ingin menemui Zaida, ia ingin memeluknya, mungkin untuk yang terakhir kalinya. Gisel saat ini sudah berdiri di depan pintu ber cat coklat. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Gisel menyosor masuk.

Gisel celingukan mencari Zaida, dia tidak ada di ruang utama. Apa Zaida di dapur? Gisel memutuskan untuk melangkah menuju dapur dengan langkah tergesa-gesa, tapi hasilnya masih sama, tidak ada Zaida di sana.

Kamar!  Ruang itu terlintas di pikiran Gisel, tapi apa iya harus masuk ke kamar. Walaupun Gisel sudah tidak sopan menyelinap masuk tadi, tapi dia cukup tau diri, kamar adalah ruang yang penuh dengan privasi.

Gisel berhenti sejenak di ruang tengah sebelum menentukan pilihan. Perbincangan yang tidak sengaja di dengar Gisel, kini terdengar kembali, bahkan terngiang di dalam kepalanya.
Percakapan wali santri tadi.

Gisel sudah tidak mampu lagi menahan sesak di dadanya, dan matanya sudah memerah, ia butuh pelukan. Dengan sedikit keberanian, Gisel mulai mengambil langkah. Ia sendiri bingung, kamar Zaida yang di sebelah mana, di rumah itu terdapat dua buah kamar.

Gisel membuka pintu kamar di hadapannya, dan tidak ada orang di dalam.

Sekarang fiks Zaida ada di kamar yang satunya lagi. Gisel berjalan ke kamar itu. Gisel memberhentikan langkah di depan pintu, mungkin kali ini ia akan mengetuk pintunya terlebih dahulu.

Tapi urung ia lakukan, karena saat dia memegang pintu, pintu itu terbuka, sepertinya tidak terkunci. Gisel masuk tidak lupa mengucapkan salam, karena mungkin Zaida ada di dalam.

Setelah berada di dalam ruang kamar itu, Gisel masih tetap tidak menemukan Zaida. Gisel mengecek ke kamar mandi, tapi kamar mandinya tidak di kuci dan tidak ada juga orang di dalamnya.

Gisel capek, karena sedari tadi ia terus berlarian. Gisel mengedarkan pandangnya, lalu melangkah menuju ranjang yang tidak terlalu besar tapi cukup untuk dua orang.

Gisel duduk di tepian kasur, rasanya ia ingin menangis sejadi-jadinya. Mengapa saat dia sudah nyaman, masalah ini datang. Gisel tidak ingin kembali hidup seperti dulu, tanpa seorang sahabat perempuan yang dapat mengerti perasaannya, selain Rachel dan Zaida.

Dulu Gisel sudah kehilangan Rachel, lalu sekarang dia harus berjauhan juga dengan Zaida. Kurang menyiksa apa lagi dirinya.

Gisel memainkan liontin kalung bulan bintangnya, ia merindukan Rachel. Dia membutuhkan sosok itu di saat dia di hadangkan dengan masalah seperti sekarang.

Gisel mengedarkan pandangnya, keseluruh sudut kamar. Gisel terpaku, raganya seketika memanas, darahnya berdesir hebat, saat ia mendapati sebuah kalung di atas meja rias. Gisel menajamkan penglihatannya, sudah tidak salah lagi, itu adalah kalung yang sama, seperti yang ia pakai.

Beberapa saat kemudian, saat Gisel kembali kesadarannya, dari keterpakuanya, Gisel berdiri berjalan mendekat pada meja rias itu.

Tes..

Air mata Gisel menetes dengan begitu deras, ia sesegukan, tangannya meraba kalung itu. Kalung berliontin bulan bintang.

"Rachel Alesya Zaida," ucap lirih Gisel. Beberapa detik setelah itu, ia menggenggam erat kalung itu, mendekapkan kalung itu pada dadanya. Gisel luruh pada dinginnya lantai, ia sesegukan, air matanya masih menggila membanjiri pipinya.

Halal Dan Haram Bagimu {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang