18 kebakaran

6.9K 671 16
                                    

Dua bulan sudah berjalan, begitu juga lamanya, Andra, Rian, Tio dan Gisel, hidup di penjara suci. Mereka belajar banyak hal. Mereka sungguh sangat tertarik akan pesona ajaran, yang di terapkan di dalam islam. Seandainya dari dulu mereka tau islam seseru itu, sudah lama mereka ingin dekat denganNya. Mereka dulu berfikir islam itu terlalu mengekang, ketinggalan jaman, dan lain sebagainya.

Asap rokok mengepul di udara, satu botol minuman alkohol bermerek terletak di atas meja. Di bawah langit yang kelam, dengan terangan rembulan, yang menjadi penerang tongkrongan Andra, Rian, Tio, dan Gisel, saat ini berada di belakang pondok pesantren, lebih tepatnya di depan gudang tua.

Hanya Rian dan Tio, yang menikmati rokok dan minuman haram itu. Sedangkan dua teman yang lainnya sibuk dengan urusan masing-masing, Andra sibuk dengan ponselnya, Gisel sibuk dengan lamunannya.

Rasanya sudah lama mereka terpisah dari barang-barang seperti itu. Untung saja tadi Rian mempunyai ide, membuat alasan meminjam ponsel Ridwan untuk menelpon orang tua, padahal aslinya ia menelpon anak buah Andra untuk mengantarkan barang-barang yang mereka butuhkan, dan alhasil, anak buah Andra mengantarkan pesanan melalui jalur darurat, yaitu pagar belakang.

"Ndra, lo seriusan nggak mau nyobain ni minuman? Ntar habis nih sama kita-kita," kata rian, setelah itu kembali menghisap asap tembakau dari gulungan kertas, yang bernama rokok. Asap rokok mengepul di udara, lambat laun menghilang di telan angin.

"Hmm," sahut Andra singkat.

Ntahlah, perempuan kepompong bernama Zaida, mampu membuat Andra sedikit demi sedikit berubah. Dengan memberikan petuah-petuah agama, salah-satu nya, hukum meminum minuman terkutuk di hadapan mereka sekarang. Setelah mendengar penjelasan dari Zaida, membuat nafsu Andra pada minuman itu menjadi hilang.

"Lu juga sama nggak mau, kek Andra?" Tio menimpuk bahu Gisel, dan itu sukses membuyarkan lamunan Gisel.

Gisel memainkan liontin bulan sabit dan bintang, yang menggantung di lehernya, itu adalah kalung yang mengobati rindunya pada Rachel. Liontin yang di desain khusus untuk Gisel dan Rachel.

Kejadian beberapa minggu yang lalu, masih membekas di pikiran Gisel, saat ia melihat wajah Zaida, wajah yang tenang, cantik, putih. Tapi sayang, Gisel mendapati ada sebuah bekas cambukan yang masih baru di pipi sebelah kiri Zaida, bukan hanya itu, Gisel juga melihat begitu banyak luka sayatan di tangan dan kaki Zaida.

Mengingat hal itu membuat Gisel meringis, jujur saja ia kecewa dan sedih karenanya. Namun bukan hal itu yang mendominan, tapi semua harapannya pupus karena sebelumnya ia sedikit yakin bahwa Zaida itu adalah Rachel, sahabatnya yang sangat ia rindukan.

"Ada yang di sembunyikan oleh Zaida," batin Gisel.

"Bengong mulu lo. Kenapa, banyak masalah?  Atau lo rindu pacar lo?  Eh tapi nggak mungkin, pan pacar lo Rian ada di sini," cerocos Tio, yang tanpa sadar membuat Rian menatap tajam dirinya.

Plak...

Gisel menampol bahu Tio dengan sedikit kasar.

"Aww. Asu lu!" upat Tio.

"Salah lo sendiri!"

"Lagian lo, kenapa melamun mulu perasaan?" tanya Rian.

"Kepo lu ya!" Gisel menunjuk ke arah Rian, lalu tersenyum mengejek.

"Idih, nggak sudih!" Rian mengalihkan pandangan ke sembarang arah.

"Ih, yaudah!"

Andra tidak terlalu menggubris temen-temennya itu, iya hanya fokus pada layar ponselnya. Andra tengah mencari biodata Zaida, dari mulai instagram, Facebook, twitter, bahkan sampai dia mencari pada mbah goggle, tapi tetap saja ia tak mendapatkan informasi.

Halal Dan Haram Bagimu {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang