Bismillahirrahmanirrahim....
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh....
Andra & Zaida, comback!
Afraz & Rachel 🍁Masih ada yg nungguin ni cerita?
Ana sadar tidak punya hak untuk melarang kalian tidak menunggu cerita ini. Tapi klo boleh jujur, ana ingin kalian tetap bersama Andra dan Zaida. Walaupun ana jarang update lagi. Kesehatan ana naik turun kondisinya.
HAPPY READING. Al-Quran menjadi bacaan paling utama. 🍁
~Jangan salah, saat rindu disambut dengan temu, rasa damai bersemi kembali.
Tio mondar-mandir tidak jelas di tepi ranjang. Jari-jarinya digigit olehnya. Ia memutar otak. Sungguh dirinya sangat gugup saat ini. Bagaimana tidak, nanti tepat pukul 1 siang dirinya dan keluarga akan datang ke rumah Sabita.
Setelah proses mencari tahu data Sabita dengan susah payah akhirnya dirinya memutuskan untuk meminang. Tio juga sudah memberikan CV pada Sabita, ya, walaupun belum di balas. Tapi kemaren sore, Sabita memberikan kabar bahwa Tio dan keluarga boleh ke rumah.
Abah dan juga ibuk Tio yang dari Aceh sudah sampai di jakarta tadi malam, setelah menerima telpon dari Tio. Keluarganya sangat senang dengan keputusan Tio. Bahkan kakaknya dan iparnya yang masih melakukan perjalanan bisnis ke malang, tanpa pikir panjang langsung kembali ke Jakarta.
"Rileks," ujar Rio yang tak lain adalah kakak kandung Tio.
Tio melirik kakaknya sekilas. "Gimana kalo keluarganya nggak setuju?" tanya Tio, cemas.
"Ssttt. Jangan berfikir seperti itu, nggak baik," imbuh Rio.
"Gimana kalo gue nggak sesuai tipe menantu idaman mereka. Gimana kalo mereka tau masa lalu gue yang buruk itu?"
Rio menepuk pelan bahu Tio. "Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, baik di masa lalu maupun masa sekarang. Tapi setiap orang memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri."
Segaris senyum terukir di bibir Tio. Rio dari dulu selalu mampu menjadi pencerahan nya, tapi dulu Tio selalu mengabaikan nya. Ah, Tio menyesal karena sudah bertindak seperti itu.
Tio memeluk tubuh Rio begitu kuat, sampai dirasa leher Rio tercekik.
"Dek, lepasin. Kakak susah nafas," cicit Rio. Nafasnya tetsengal-sengal.
Tio melepaskan pelukan persaudaraan nya itu. Rio menghela nafas panjang. "Untung nggak kehabisan nafas," gerutu Rio menatap Tio tajam. Tio hanya terkekeh.
"Aduh, ada apa ini main pelukan-pelukan seperti teletabis saja," gurau seseorang dari arah pintu. Rio dan Tio menoleh ke sumber suara dan mendapati Zahra-istri Rio, kakak ipar Tio. Baru akhir-akhir ini Tio sadari, ternyata kakak iparnya itu sangat humoris dan asyik jika menjadi lawan bicara.
Rio tersenyum menggoda, beberapa detik kemudian dia berhamburan memeluk tubuh Zahra, begitu agresif. "Ciee, cemburu ya?" goda Rio berbisik tepat pada telinga Zahra, membuat bulu roma sang empu meremang.
"Apa sih?!" Zahra mendorong tubuh Rio menjauh darinya. Dan jangan lupakan sebuah cubitan yang di hadiahkan Zahra pada suaminya, tepat pada pinggang Rio.
"Awh!" ringis Rio yang di buat-buat sangat berlebihan. Zahra acuh tidak memperdulikan kemanjaan suaminya.
Zahra melihat ke arah Tio, yang masih terkekeh geli, melihat adegan suami-istri secara GRATIS. Zahra hanya geleng-geleng menutup wajahnya. Sungguh ia sangat malu. Zahra merilekskan kembali rautan wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halal Dan Haram Bagimu {END}
אקראיBertemu kembali dengan mantan yang sudah merenggut kehormatan Zaida, pertemuan berlatar belakang pondok pesantren. Di mana, Zaida menjadi ustadzah, sedangkan sang mantan adalah muridnya. Berkisahkan, seorang mantan badgirl yang ditakdirkan masuk pe...