13 ajaib bin aneh

6.4K 684 5
                                    

Semua yang terjadi kemarin, di luar kendali Andra. Sungguh, ia tak mengerti ada apa dengan dirinya, kenapa semenjak kejadian kemarin membuat dirinya ingin selalu bersama perempuan aneh itu. Perempuan yang dulu sangat ia benci karena berpakaian anehnya.

Andra sangat anti dengan perempuan bercadar, lalu kenapa sekarang? Ah sulit dimengerti.

Saat ini, Andra, Rian, Tio, sedang mengantri dengan antrian yang lumayan panjang, untuk mengambil sarapan. Namun, bukan hal itu yang membuat Rian dan Tio menggerutu kesal, melainkan karena Andra, sahabat mereka itu dari kemarin sering kedapatan, melamun dan terkadang tersenyum kecil sendiri tidak jelas. Dan parahnya Andra tak memperdulikan orang sekitar.

Aneh?  Oh jelas. Andra yang notabene nya jarang bicara apalagi mau senyum, sekarang justru menjadi seperti orang gila. Kenapa secepat itu Andra berubah?

" Lo stress ya? "Tanya Rian, seraya menepuk bahu Andra berada di sebelahnya.

Andra tidak merespon. Tatapannya kosong, mengarah ke depan. Indra pendengarannya bahkan seolah tidak menangkap adanya suara dari sekitar.

" Lo gila ya? Dari tadi gue perhatiin lo senyum-senyum mulu. Apa lagi tu mata lo nggak pernah berhenti mengarah ke perempuan bercadar itu. " Tio menujuk ke arah seorang perempuan berpenutup wajah, yang tengah melayani para santri dan santri wati mengambil makanan di stan makanan.

"Kok gua ngerasa familiar ama tu orang."  Rian mengetuk-ngetuk jari telunjuknya di dagu. Beberapa detik kemudian, Rian membulat, ia baru menyadari jika perempuan itu yang beberapa hari belakangan selalu bersama Gisel, dan mengawasi mereka berempat.

"Eh iya, ntu pan cewek yang di bilang Andra memergoki kita waktu mau kabur kemaren,"timpal Tio. Jangan heran kenapa Tio bisa tau dengan perempuan itu? Padahal perempuan bercadar di pondok pesantren ini sangat banyak. Entahlah, sejak masuk pondok pesantren ini Tio merasa ada gelagat aneh dengan perempuan itu. Hingga Tio dapat mengenali perempuan itu dengan sangat baik.

Sebenarnya saat Tio berada di dekat perempuan berpakaian aneh itu, ia merasa akan sosok Rachel sedang bersamanya. Ya pada awalnya Tio tak terlalu menghiraukan, namun, semakin kesini ia semakin perasaan itu kentara.

" Yang mana? " Tanya tiba-tiba seseorang dari belakang. Dengan serempak Andra, Rian, Tio, menoleh ke belakang dan mendapati Gisel di sana.

Sebagai informasi sebenarnya barisan Akhwat dan Ikhwan di pisah, untuk mengantri mengambil makanan.

"Ngapain lo di sini? Please deh sel lo jangan buat masalah lagi, kalo sampai ketahuan lo kesini bisa-bisa poin lo di kurangi lagi," cerocos Rian. Ia takut jika ada ustadz atau ustadzah yang melihat gisel berada di antrian ikhwan, bisa membuat semuanya terancam.

"Terserah gue lah! " kata Gisel menatap acuh Rian. "Eh btw, yang mana yang kalian bilang memergoki kita malam itu? " Tanya gisel penasaran.

"Tu yang itu! " Tunjuk Rian pada orang yang di maksud.

"Owh, yang Andra bilang namanya Zaida? " Tanya Gisel lagi.

Semalam setelah Andra mengatakan nama perempuan itu, Gisel sempat berfikir kalau Zaida itu adalah Rachel, mengingat ia merasa sangat dekat dengan perempuan itu dari awal masuk pondok pesantren. Jarang sekali Gisel bisa mempunyai teman yang dekat selain tiga sahabat laki-laki, tentunya. Gisel nyaman dengan Zaida, walaupun selama itu Gisel tidak pernah menanyakan nama perempuan itu.

"Gua makin nggak yakin kalau dia itu Zaida-Rachel sahabat kita. Mungkin namanya saja yang sama, lagi pula banyak nama orang yang sama di atas dunia ini," ujar Rian dengan expresi dirubah serius. Semalam ia menimang-nimang apa mungkin Zaida itu Rachel?  Tapi setelah di pikir-pikir, itu tidak mungkin. Rian sangat kenal betul dengan Rachel,  Rachel sangat membenci orang yang menggunakan cadar, sedangkan Zaida itu perempuan bercadar.

Halal Dan Haram Bagimu {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang