Andra tersenyum saat pertama kali membuka matanya, yang dia lihat adalah wajah pulas istrinya. Senyum itu semakin mengembangkan saat Zaida sedikit terganggu dengan usapan lembut tangan Andra, tapi tetap memilih untuk melanjutkan tidurnya.
Andra melirik jam yang berada di atas nakas, sekarang waktunya untuk sholat tahajjud. Dengan mudahnya Andra bangun dari aktivitas memandangi Zaida. Setelah itu ia putuskan untuk mandi dan mengambil air wudhu, sebelum nanti ia membangunkan Zaida.
Tiga puluh menit kemudian, Andra keluar dari kamar mandi dengan wajah yang tampak lebih segar. Ia sudah mengenakkan baju koko dan sarung. Sisa air wudhu masih membekas pada wajah dan rambut Andra.
Andra mendekat ke arah Zaida yang masih terlelap. Sebenarnya Andra tidak tega membangunkan istrinya, tapi mereka harus segara menemui sang maha pencipta dengan bersujud di atas sajadah.
Andra mengusap rambutnya yang masih sedikit basah, lalu dengan penuh kasih sayang ia menyipratkan air sisa wudhu ke arah wajah Zaida.
"Mmhh."
Bukannya bangun Zaida justru menggeliat, dan kembali tertidur.
Andra tidak kehilangan cara. Dengan tangan yang masih tersisa air wudhu tadi, ia mengurut pelan kedua kelopak mata Zaida menggunakan kedua jari jempolnya. Andra juga meniup-niup wajah Zaida, membuat bulu mata Zaida bergerak.
"Sayang, ayo bangun. Kita sholat tahajjud," ucap Andra.
Akhirnya setelah beberapa menit bersabar dan setia mengurut kelopak mata Zaida, Andra mendapat hasil yang baik, karena Zaida sedikit terusik tidurnya dengan aksi yang dilakukan suaminya.
Zaida menggeliat. Ia berusaha membuka matanya yang terasa begitu nyaman dengan belaian yang diberikan. Lalu, ia menggeliat sebelum membangunkan tubuhnya dan menyandarkan pada kepala ranjang.
Hal pertama kali yang Zaida lihat adalah senyum Andra yang menyambutnya. Zaida juga tersenyum melihat penampilan Andra yang sepertinya sudah siap untuk menunaikan sholat.
"Sholat tahajjud yuk," ajak Andra.
Zaida hanya mengangguk.
"Tapi mandi dulu," kata Andra.
Lagi-lagi Zaida mengangguk. Ia merentangkan tangannya. "Gendong," kata Zaida.
Andra tidak menolak dan tidak juga bertanya, langsung saja ia menggendong Zaida ala bridal style. Zaida mengaitkan kedua tangannya pada leher suaminya.
Sebenarnya Andra merasa ada yang aneh dengan sikap Zaida akhir-akhir ini, istrinya itu sangat manja dan menjadi sedikit cengeng. Contohnya saat beberapa hari yang lalu, Andra telat pulang karena memang di kantor pekerjaannya banyak dan mengurus urusan yang lain. Karena keterlambatan Andra, Zaida menjadi merajuk selama dua hari, dan menangis mengurung diri di kamar. Akhirnya dengan segala rayuan yang dilakukan Andra, Zaida luluh juga.
*****
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." Andra menoleh ke kanan lalu ke kiri.
Zaida sebagai makmum juga melakukan pergerakan yang sama dengan Andra lakukan. Setelahnya Zaida meraih tangan Andra, lalu menyalaminya.
Desiran masih sama seperti pertama kali mereka melakukan itu saat akad satu bulan yang lalu. Andra pun mengecup penuh sayang ubun-ubun Zaida, lalu dengan senantiasa mendoakan kebaikan atas istrinya.
"Mas, ngga kerasa ya udah satu bulan aja kita nikah," ujar Zaida, setelah menjauh dari Andra.
Andra mengangguk dan tersenyum. Ia bingung harus mengeluarkan kalimat apa, iapun tidak percaya dan menyangka bahwa mereka sudah menikah sebulan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Halal Dan Haram Bagimu {END}
RandomBertemu kembali dengan mantan yang sudah merenggut kehormatan Zaida, pertemuan berlatar belakang pondok pesantren. Di mana, Zaida menjadi ustadzah, sedangkan sang mantan adalah muridnya. Berkisahkan, seorang mantan badgirl yang ditakdirkan masuk pe...