1. Dia Terpuruk

16.9K 1.1K 12
                                    


Benar kata orang, jangan menilai sesuatu dari luar, karena belum tentu itu akan menjamin yang di dalamnya juga akan sama.

Di gedung tua, gedung bekas perkantoran yang terlihat begitu kumuh itu, sudah tidak layak untuk dihuni. Namun siapa sangka, justru di dalamnya sangat kontras dengan bagian luar.

Markas itu sangat memanjakan orang-orang di dalamnya dengan fasilitas yang sangat mewah. Bahkan ada sebuah salon, khusus untuk anggota perempuan di sana.

"Woy lo, seriusan nggak mau pulang? Makanan dah habis di sini, cuman buat nampung hidup lo yang penuh beban," kata Rio Rajeskar. Ia hanya sekedar bercanda, bahkan untuk menampung Andra seumur hidup makanan di markas tidak akan pernah kehilangan stok.

Tio hanya kasihan melihat hidup temannya, bagaimana tidak? Sahabatnya itu sudah seperti tidak memiliki rumah, sudah hampir enam bulan lamanya dia tinggal di markas.

"Males gue pulang," jawab laki-laki yang diajak Tio berdialog. Dia hanya menatap lawan bicara dengan datar, lalu kembali ke aktivitasnya yaitu menghisap asap rokok, lalu menghembuskannya ke udara.

Rambut pemuda itu terlihat basah, matanya memerah, bau alkohol menjadi ciri khasnya. Laki-laki berpenampilan kacau itu diberi nama Afraz Sebastian Rendra. Atau lebih akrab dipanggil Andra.

Andra, tidak banyak kata untuk mendeskripsikan pemuda itu, seorang laki-laki pencandu dunia malam, suka berfoya-foya dengan temannya, tidak suka bermain dengan seorang wanita. Namun, Andra juga bukanlah pria suci hanya karena tidak berminat bermain dengan seorang wanita, karena pada dasarnya dia menyadari bahwa dia jauh lebih hina.

Dan tentu, seorang Andra lebih banyak menghabiskan waktunya di luar dari pada di rumah karena alasan yang tidak bisa ia beritahukan. Tidak bisa dijabarkan, karena terlalu rumit.

"Lo udah kek anak pungut," timpal suara seorang gadis. Sosok itu berada tidak jauh dari Andra, duduk tenang di sofa kebanggaan anggota inti Tiger.

"Yaudah, gue pulang dulu," lanjut gadis itu. Ia tiba-tiba berdiri, namun tidak seimbang, hampir kembali jatuh jika saja tidak ada laki-laki yang menyanggahnya.

"Hati-hati dong, Beb. Nanti jatuh gimana, gimana dengan anak kita?" tanya pemuda yang masih modus memeluk tubuh gadis itu.

Peristiwa barusan, mampu mengalihkan pandangan orang-orang yang ada di dalam ruangan tersebut.

"Rian, lepasin gue. Jangan modus lo!"

Gadis itu memberontak, hingga dirinya bisa melepaskan diri. Dengan berdiri tidak seimbang, tangannya masih setia menggenggam sebotol wine.

"Tapi, Gisel. Lo itu lagi mabuk! Jadi jangan banyak tingkah." Laki-laki yang dipanggil Rian itu kembali mendekat, setelah tubuhnya terhempas akibat dorongan kuat Gisel.

Rian adalah laki-laki yang menyelamatkan Gisel yang hampir mencium lantai tadi, kini lagi-lagi menerima penolakan.

"Lo mendekat, gue kasih piring cantik." Ancam Gisel, nada suaranya penuh penekanan.

"Gue nggak butuh piring cantik, tapi kalo lo mau ngasih tupperware, masih bisa diperundingkan," ujar Rian. Bukan tidak tahu, jika Gisel sedang mengancamnya, tapi memang dari situ sifat Rian yang pelawak.

"Diem lo toples cabe," timpal Gisel lagi.

Rian menatap sendu ke arah gadis di hadapannya, dia sedikit takjub karena Gisel sudah menegak begitu banyak minuman, tapi dia masih bisa berada di atas kesadaran.

"Sel mau gue antar pulang?" tawar Rian. 

"Nggak ah, ntar yang ada gue lo jatuhin lagi. Kan lo masih terpengaruh alkohol," tolak Gisel, membuat gelak tawa dari Andra dan Tio. Di mana, Tio lah yang paling dominan.

Halal Dan Haram Bagimu {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang