34 tolong Terima lamarannya

5.9K 637 110
                                    


Bismillahirrahmanirrahim....

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh....

Andra & Zaida, comback!
Afraz & Rachel 🍁

Menjawab salam itu wajib 😄

Maafkan aku 😭 karena nggak nepatin janji up tadi Sore. Ngga tau kenapa part ini tiba-tiba ilang ntah kemana. Jadi, aku harus nulis ulang dari awal dan ngumpulin ide-ide. Inipun bnyk yg ngga ingat alurnya.

Challenge, 100 komentar, 30 vote untuk lanjut. Aku up habis dzuhur.

Happy Reading 😍

Pintu cafe terbuka, lonceng kecil di atasnya berkerincing. Sepasang suami-istri bergandengan tangan  masuk. Itu Rama dan Dira.

Zaida mengangkat wajahnya untuk melihat siapa yang datang. Itu adalah dua orang yang ingin menemuinya. Rama dan Dira berjalan ke arahnya.

Pagi tadi Zaida mendapatkan sebuah pesan yang mengatakan bahwa mereka ingin bertemu dengannya di kafe ini. Zaida tidak tahu siapa pengirimnya, tapi setelah itu ia mendapat pesan lagi yang berisi sebuah nama yang ia tahu adalah nama Rama.

Rama dan Dira melangkah semangkin mendekat ke arah meja yang Zaida tempati. Dira tersenyum hangat ke arah Zaida.

Zaida menyalimi Dira, dan menelungkupkan tangannya pada Rama. Rama hanya mengangguk, dan memilih duduk di bangku meja hadapan mereka. Dira pun ikut duduk.

"Kami mengajakmu kesini kar–" Ucapan Rama yang terlalu to the poin terhenti dengan teguran Dira.

Dira menepuk paha suaminya pelan. "Pa. Mm, kita pesan makanan dulu ya?" Zaida hanya mengangguk. Rama menghembuskan nafas sedikit kasar.

"Zaida, kalu mau pesan apa?" tanya Dira. Zaida menggeleng, karena jus alpukat yang ia pesan tadi belum habis.

Akhirnya setelah memesan dan pesanan datang, mereka hening menikmati makanan yang terhidang.

Zaida sangat canggung berada di posisi saat ini, untuk bergerak saja dia merasa bersalah. Diam adalah pilihan Zaida saat ini, walau hatinya tidak karuan berteriak ingin pulang.

"Khmm.." Rama berdehem, seraya mengelap bibirnya setelah makanannya tinggal sedikit dan dia sudah tidak nafsu makan.

"Gini nak Zaida, kamu pasti bingung kenapa tiba-tiba kami mengajakmu ke sini?" ucap Rama menegakkan punggungnya.

"I-ya pak," jawab Zaida ragu-ragu. Tatapan Rama sama tajamnya dengan Andra. Sebelas duabelas, ayah dan anak ini.

"Papa, kamu boleh panggil papa aja," ujar Rama dengan tenang seolah perkataannya adalah hal yang biasa.

"Kamu juga bisa manggil saya mama, sama seperti Andra dan Ares," timpal Dira.

Zaida semakin gelagapan dibuatnya. Apa dua orang ini sedang bercanda? Zaida hampir saja tersedak minuman yang baru menyapa lehernya.

"Zaida, saya tau kamu adalah orang yang bijak, sehingga bisa mengambil keputusan yang bijak pula. Tapi sebelum itu, saya mohon dengarkan apa yang saya katakan." Rama menghentikan ucapannya, lalu menarik nafas sebentar. "Andra memang laki-laki yang buruk di masa lalu, bahkan jauh lebih buruk dari yang semua orang pikirkan."

Zaida menyatukan kedua alisnya, orang tua mana yang menjelekkan anaknya di depan calon istri anaknya. Eh, ralat Zaida belum menganggap bahwa dia adalah calon istri mantannya itu.

"Iya dia buruk, dan itu semua adalah salah kami," sambung Dira.

"Kami mendidiknya dengan cara yang salah. Terlalu keras padanya sehingga dia tidak betah dengan kekangan kami dan lebih memilih hidup bebas di luar sana."

Halal Dan Haram Bagimu {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang