33. Another Path

850 133 57
                                    

Why does love hurts?
Because we assume
it's meant to be perfect.

✈✈✈✈✈

Senja tidak seindah biasanya. Namun setidaknya cuma ini hiburan di tengah pelarian hatinya yang lara dan sesak. Kerapuhan yang membuatnya lari karena ia tak yakin hatinya akan selamat jika sekali lagi bertemu dengan orang yang menyakitinya.


Mata sendunya kini berkaca mengawang ke hamparan sungai Han yang tenang. Angin musim panas meniup rambutnya. Terasa hampa. Ia seperti tak lagi bisa merasakan angin yang menyentuhnya. Saraf-saraf di sekujur tubuhnya seperti telah mati.

Perlahan ia bangkit, kaki jenjangnya mengikis jarak dengan pagar pembatas. Mencengkeram besinya. Mengira-ngira sedalam apa sungai itu dan sedingin apa airnya.

Apakah kesakitannya bisa berakhir setelah ia terjun di sana? Dia hanya perlu mendorong tubuhnya sekali saja, jatuh tenggelam, membiarkan paru-parunya terisi banyak air hingga ia tak bisa bernapas lagi. Benar seperti itu. Semuanya pasti selesai.

Tetapi sebuah gerakan halus di perutnya membuat tubuhnya kian bergeming. Menahannya kaku di tempat.

Seperti baru diingatkan lagi bahwa ada satu nyawa di perut yang baru saja ia dengar detak jantungnya, dan siluet tubuhnya yang telah terbentuk sempurna, air matanya kembali menetes.

Manusia kecil itu butuh kehidupan.
Kalau Ily lemah, lantas siapa lagi yang akan melindunginya?

Pagar besi itu kembali ia cengkram hingga buku-buku jarinya memutih. Merasakan sebuah dorongan ajaib yang mengisi kekuatannya. Perlahan menurunkan kakinya dari pagar pembatas itu bersamaan dengan seseorang yang menarik lengannya kuat hingga tubuhnya berputar.

"Ben..." Pekik Ily membelalak. Ia tak menyangka akan bertemu Benji di sini dan dalam keadaan seperti ini.

"Apa yang kau lakukan?!" Tanyanya sedikit keras. Khawatir bercampur marah terlihat jelas dalam raut wajahnya.

"Aku..." pandangan Ily kembali kosong. "Aku tidak tahu."

"Semua orang mencarimu, Lily. Teman-teman kita, semuanya berpencar bahkan mereka akan lapor polisi jika saja malam ini kau masih juga tidak diketemukan." Susah payah Benji menormalkan jantungnya sendiri, apalagi setelah menduga apa rencana Ily berada di tempat ini. "Kau bisa ceritakan semuanya pada saya. Jangan memendamnya sendiri."

"Sulit. Tidak ada yang bisa menyelesaikan masalahku selain aku sendiri yang menghadapinya." Ily kembali duduk di kursi panjang, merenungi entah apa.

"Tidak ada masalah yang tidak punya solusi." Benji mengikuti Ily, duduk di sisinya. "Kau bisa ceritakan apa saja masalahmu. Sememalukan apapun. Saya janji tidak akan menghakimimu."

"Kurasa kau pun tidak akan mau mendengarnya."

"Tidak. Sama sekali tidak. Tolong katakan apa. Saya pasti bisa membantu."

Ily masih diam.

"Lily, dengar. Saya bersumpah, saya tidak peduli apakah kau sebenarnya putri Pablo Escobar, pembunuh berantai, putri duyung, sampai kura-kura nin-----"

"Aku hamil, Ben." Ily memotongnya cepat.

Benji terdiam. Sangat berharap ia salah dengar, dan ia tidak mau mendengarkannya lagi.

"Aku hamil. 18 minggu." Ulang Ily sekali lagi.

Kaku, Benji memaksakan senyum tawarnya mengembang. "Kalau begitu... Selamat. Saya senang mendengarnya."

Captain CasanovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang