53. The Answer is Love

858 137 166
                                    


Baling-baling helikopter berputar sangat kencang di tengah lahan  kosong seluas tiga hektar itu. Mengayun-ayunkan dahan pohon di sekelilingnya sementara seorang wanita cantik dengan setelan rapi dan kacamata hitam, turun disambut oleh sang sekretaris lapangan yang sudah menantinya sejak tadi di bawah.

Wajahnya nampak kusut akibat masalah yang belum juga selesai sejak berbulan-bulan yang lalu itu. Young-Ae sedikit berteriak di antara suara bising helikopter. "Masih belum selesai juga sengketanya?"

"Sedang kami usahakan, sajang-nim. Lawyer kami---"

Young-Ae seketika merebut dokumen yang dipegang gadis sekretarisnya seraya berdecak kesal. "Pemilik lahan ini tidak akan goyah meski kita menggunakan jasa lawyer terhandal sekalipun. Sekarang waktunya aku melawannya sendiri!"

Gadis itu mengangguk sambil membungkuk hormat.

"Jangan pergi kemana-mana. Tetaplah berjaga di sini dan tunggu instruksiku selanjutnya!" Young-Ae kembali pada helikopternya dengan langkah buru-buru, tak sampai melepas aura keanggunan dan ketegasan dalam dirinya. Semua orang yang ada di sana tidak akan pernah tahu betapa bising isi kepalanya oleh letupan amarah dan umpatan.

Dia sudah bertekad akan melakukan perlawanannya hingga titik darah penghabisan hari ini. Sekarang atau tidak sama sekali.

Setelah mendapatkan informasi keberadaan sosok yang ingin ia cari, kendaraan itu mulai bergerak ke sisi barat, pada sebuah padang golf yang luas, dan mendarat dengan tiba-tiba di sana. Cukup mengagetkan seorang pria yang hendak memukulkan stiknya pada bola di bawah kakinya.

Pria itu memberi aba-aba pada rekannya untuk sejenak menunda permainan, sementara ia menunggu sampai Young-Ae turun dari helikopter dan benar-benar berdiri di hadapannya.

"Apa yang sebenarnya kau inginkan, Jay?!" Seru wanita itu dengan teriakan tertahan sambil membuka kacamatanya. Dadanya yang naik turun mengisyaratkan bahwa wanita itu sedang dilanda amarah. "Kenapa kau begitu mempersulitku akhir-akhir ini?!"

"Apa?" Jae-Han menunjukkan raut bingung atas pertanyaan Young-Ae yang tiba-tiba itu.

"Tidak usah pura-pura tidak mengerti. Kau paham jelas sengketa apa yang terjadi di antara kita!"

Jae-Han mendengus lalu tertawa menyebalkan. "Lahan itu memang batal aku serahkan padamu. Tapi bukankah kau masih bisa berusaha mencari lokasi lainnya, mengingat betapa mesranya kau dengan CH Group sekarang. Kuyakin mereka bisa membantumu."

Kedua tangan Young-Ae di sisi tubuhnya mengepal kuat sementara ia menggeram kesal. "Kau tahu betul white truffle yang akan menjadi trobosan produkku paling bagus ditanam di lahan milikmu. Perusahaan kita sudah bekerja sama selama bertahun-tahun untuk mengembangkannya dan kau sekarang yang justru membatalkannya? Jangan katakan kalau ini soal dendam pribadimu padaku! Kau mulai bermain kotor dengan mencampurkan urusan pribadi dan bisnis. Harus kukatakan dengan jujur bahwa kau sama sekali tidak profesional!"

"Katakan saja begitu." Jae-Han mengetuk-ngetukkan stik golfnya ke tanah, berbicara dengan santai. "Aku tidak peduli lagi dengan label itu. Kalau perlu aku bisa melepaskan seluruh saham sekaligus modal pembangunan laboratorium-mu karena aku tidak membutuhkannya. Selama ini aku begitu menghargaimu dengan tetap menjalin hubungan baik denganmu tapi sekarang apa yang aku tuai? Aku tidak mungkin meneruskan ini setelah apa yang kau lakukan pada putriku. Kau bisa membuat keputusan. Begitu juga aku." Setelah berkata seperti itu Jae-Han memukul bolanya dengan stik, membuatnya melambung tinggi dan jauh.

Captain CasanovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang