If I told you stay here
And let you feel let you fear
Would your doubts disappear
'Cause I used to✈✈✈✈✈
Setiap harinya, secara otomatis, Lionel sudah punya program terlatih di otaknya untuk bangun pagi-pagi sekali, bersiap dengan penampilan rapi dan wangi dengan setelan olahraga tidak peduli bagaimana buruk moodnya hari itu. Selanjutnya, dia akan melakukan peregangan ringan sebelum lari pagi menuju ke tempat gym langganannya namun rasanya kondisi akhir-akhir ini tidak memungkinkan untuknya melakukan itu.
Karena begitu ia sudah bersiap pergi, ia melihat bayi kecilnya ikut bangun, tahu-tahu duduk dan diam-diam memperhatikan dirinya berlalu lalang. Merasa senang karena telah menemukan teman satu frekuensi yang menemaninya di awal hari, ia pun berjalan menyongsong Sky yang seketika menyambutnya dengan gelak tawa. "Hai, Bayi. Pagi sekali bangunnya? Mau jalan-jalan sebentar dengan Appa?"
Sky tidak menyahut. Hanya wajahnya yang tiba-tiba berkerut samar dan berubah semakin dalam dan kusut, tahu-tahu terlihat seperti sedang mengejan.
"Oh astaga. Kau kebelet?" Sekilas Lionel menoleh panik pada Ily yang masih asyik berlayar ke pulau kapuk, kemudian kembali menghadapi bayinya sendiri dan buru-buru menggendong Sky menuju kamar mandi. Dia ingat, kemarin Ily sempat mendudukkan Sky di toilet yang sudah dilapisi potty seat tiap kali bayi itu terlihat mengejan. Meski ragu apakah ini benar atau salah, Lionel tetap melakukannya. Ia membiarkan bayi itu duduk di toilet, memastikan Sky aman, kemudian menghiburnya dengan mainan dan bernyanyi.
Namun karena nyanyian sumbangnya, Sky jadi tidak fokus dan justru tertawa-tawa. Karenanya ia memutuskan untuk diam, membiarkan bayi itu berkonsentrasi mengumpulkan tenaga dalam.
Ketika ia mulai bosan, Lionel pun merenung memikirkan banyak hal yang telah ia rencanakan sejak kemarin namun juga yang belum pernah ia diskusikan lagi dengan Ily. Yakni membeli sebuah rumah yang layak untuk mereka bertiga tinggali di pusat kota agar Ily tak lagi menginap di hotel seperti ini. Menurutnya, apartemen rasanya tidak lagi relevan menjadi tempat tinggal yang aman untuk anak kecil.
Lionel berandai-andai ingin mewujudkannya, namun ada kendala lain yang cukup menghambatnya.
Ia sama sekali tak punya cash. Uangnya telah terlanjur ia bekukan dalam beberapa produk keuangan berjangka sehingga untuk saat ini, ia sama sekali tidak memiliki pegangan apapun. Di sisi lain ia tidak mungkin menjual satu persatu apartemennya karena itu tidak cukup efektif dan pasti membutuhkan waktu lama.
Tapi bukan Lionel kalau tidak punya solusi dan alternatif lain.
Sambil tetap memegangi Sky di atas toilet, Lionel merogoh ponsel di kantong, menelepon sang ayah.
"Halo... Ayah." Sapanya begitu panggilan tersambung.
"Oh, Ji Hun-ah." Terdengar suara dari seberang. "Apa kabar? Kau darimana saja? Kemarin ibumu meneleponku dan mengira kau sedang di Busan. Benar kau pergi dari rumah?" Jin-Hee langsung memberondongnya dengan rentetan pertanyaan.
"Ah itu .. Ceritanya panjang. Sebenarnya ada hal genting lain yang ingin aku bicarakan."
"Soal apa?"
Tanpa ragu lagi, Lionel menjawab. "Aku sedang butuh dana dan ingin meminjam sejumlah uang pada Ayah untuk membeli sesuatu. Tenang saja, aku janji akan langsung membayarnya begitu depositoku cair."
"Uang?" Suara Jin-Hee terdengar heran. "Berapa?"
"Seharga rumah di Seoul. Aku yakin Ayah punya. Jangan mengelak. Tolong bantu aku kali ini saja."
"Tunggu-tunggu. Kita bisa bertemu setelah ini dan jelaskan kenapa kau butuh uang sebanyak itu. Ayah kebetulan sedang menginap di hotel Signiel---"
"Signiel?!" Lionel berseru bertepatan dengan bunyi jatuh dari dalam toilet disusul pekikan senang Sky. Tangan Lionel otomatis menekan flush. "Aku juga sedang menginap di Signiel. Kenapa ayah tidak bilang dari kemarin?"
"Kenapa Ayah harus melaporkan jadwal ayah padamu? Kalau begitu... bagaimana kalau kita bertemu di coffee shop setelah ini?"
"Yup. Aku akan tiba di sana dalam setengah jam..."
✈✈✈✈✈
Lee Jin-Hee tidak tahu apa yang tengah menyerang saraf otak putranya sehingga tak pernah bisa berpikir jernih dalam membuat setiap keputusan setelah berpisah dengan kekasihnya. Secara impulsif, anak itu menjual semua kendaraan yang ia miliki baik pesawat maupun mobil dan menggantinya hanya dengan sebuah motor sport. Tak hanya itu, ia pun membekukan seluruh tabungannya dalam bentuk saham, reksadana, dan deposito berjangka panjang.
Jin-Hee sudah mengatakan padanya agar setidaknya, dia harus punya uang tunai untuk berjaga-jaga, namun tetap saja Lionel tak mau mendengarkan. Ia beralasan tabungan yang ia miliki sudah tak lagi berguna dan memberi manfaat sedikit pun untuknya, karena segala impian yang ia rancang dengan matang telah hancur berantakan. Dia merasa tak memerlukan uang lagi dan memilih hidup seadanya dengan menumpang bergiliran di rumah orangtuanya.
Di sebuah coffee shop hotel yang buka 24 jam, Jin-Hee mendorong pintu kacanya dan serta merta melihat Lionel duduk di dekat jendela, sedang membaca koran dengan serius. Anak itu tampak sedikit lebih rapi ketimbang hari-hari lalu, dan Jin-Hee bersyukur dengan perubahannya.
Langkah Jin-Hee terus mendekatinya, dan ketika akhirnya ia duduk di hadapan Lionel, koran yang menutupi wajahnya seketika turun, menampilkan Lionel dan sosok bayi perempuan duduk di pangkuan yang tersembunyi di baliknya.
Lee Jin-Hee sontak tertegun.
To be continued....
✈✈✈✈✈
Buat yg penasaran kehidupan pernikahan Ily dan Benji... Dan gimana struggle-nya perjuangan Lionel buat dapetin Ily lagi, sila Baca lanjutannya bab 37-49 telah tersedia di karya karsa..
1. Download karyakarsa di playstore
2. Buat akunnya
3. Search hazelianataKamu bisa beli dengan harga satuan per bab.
4. Disarankan beli dengan menggunakan shopeepay atau gopay biar tidak kena biaya admin
Silakan beli buat yg ketinggalan baca, atau buat pembaca ongoing yg pengen mengulang kisah sendu mereka.
Yg berbayar adalah salah satu masterpiece yg mungkin aku ga akan bs bikin cerita seperti itu lagi. Aku bakal jamin alur ceritanya ga terduga dan sedihnya sampe ke tulang.
It's so worth it
KAMU SEDANG MEMBACA
Captain Casanova
Romance(21+ | FF MinGo) Lionel Juno seorang kapten pesawat yang casanova, dipertemukan kembali dengan Iliana Jung, seorang junior co-pilot-nya yang banting setir menjadi seorang selebgram, dalam romantisnya malam Maldives. Seiring terkuaknya cara kerja tak...