Maria baru keluar toilet usai mencuci tangannya, saat tahu-tahu seseorang menarik bajunya kemudian menabrakkan punggungnya ke dinding cukup keras.
Dia tengah mengadu kesakitan ketika ia melihat seorang pria feminim yang ia kenal sebagai sahabat Ily yang ternyata pelakunya. "Oh hei, Banci.. kau punya masalah denganku?"
"Hai Nenek Sihir." sapanya dengan senyum aneh. Dia masih menahan leher Maria agar tidak bergerak kemanapun sementara mulutnya terlihat tengah mengunyah permen karet. "Pertama-tama harus kukatakan bahwa sebenarnya aku malas berurusan denganmu kalau bukan karena terpaksa mencari informasi soal Ily dan apa yang sedang perempuan itu sembunyikan dari kami, sahabatnya."
Maria mendengus. "Tidak ada informasi yang akan kubagi dengan gratis." balasnya sengit.
"Kau!!" Julio ingin memuntahkan emosinya kalau dia tidak ingat betapa terseok-seoknya ia mencari keberadaan Maria sekaligus pekerjaan wanita itu, hingga akhirnya dipertemukan di sini. Tak ingin kelepasan emosi lagi, Julio melepas tawanannya kemudian menghela napas dalam-dalam. "Oke, biar aku jelaskan... Aku sebenarnya tidak tahu apa yang terjadi dengannya karena belakangan ini dia membatasi komunikasi, tak lagi terbuka dan selalu berkata bahwa ia sedang baik-baik saja meski aku cukup tahu ada masalah yang berusaha ia tutupi. Jadi sekarang, tolong ceritakan padaku sedetail-detailnya karena aku yakin kau tahu sesuatu."
Menarik napas dan menghelanya dengan kasar, Maria mencoba mengalah dan berkompromi dengan pria itu. "Dia dan Lionel memang sedang ada masalah." jelasnya, masih enggan untuk terbuka.
Kedua alis Julio bertaut. Dia mulai tenang dan mendengarkan. "Okay. Semua rumah tangga pasti punya masalah. Lalu?"
"Aku tidak mau menjelaskan secara gamblang dan detail, karena... Itu sensitif. Dan rahasia. Bisa kupastikan kau mungkin akan menyuruh mereka berpisah sementara aku tidak menginginkannya."
Kali ini Julio tercenung dan membeku. "Itu berarti... Masalahnya separah itu."
"Ya. Aku sama sekali tidak mau ikut campur soal itu dan membiarkan mereka yang menyelesaikan berdua. Hanya saja, ada sesuatu yang ingin aku lakukan sekarang..." tatapan Maria menjadi tajam dan penuh rahasia. "Aku ingin membantu Ily mencetak skor satu sama."
Meski samar, Julio mulai tahu apa itu maksudnya. "Ya... mungkin kita harus berbuat sesuatu. Apakah itu dimulai dengan... Mencari pria lain untuk membuat Lionel cemburu? Kau tahu pepatah yang mengatakan, anger love can be renews their love?"
Setelah berkata begitu, mereka berdua tahu-tahu saling berpandangan dengan tatapan panik. Daripada memikirkan mencari pria lain, lebih baik mereka menjaga Ily dari mangsa pria lain yang mungkin saat ini berada di sekitarnya.
"Tapi semua menjadi fatal kalau kau menuangkan bumbu kemarahan terlalu banyak."
Sedetik kemudian, keduanya kompak berlari tunggang langgang mencari keberadaan Ily di tempat duduk VIP.
✈✈✈✈✈
Ily's POV
Alih-alih menonton konser, aku lebih suka melihat pemandangan pria di sampingku ini. Irisnya hijau olive, kulitnya yang biasanya putih kemerahan kini sedikit kecokelatan (entah, apakah belakangan dia rajin berjemur?). Kelopak matanya terasa sangat pas dan hidungnya pun setinggi harapanku, meski tidak seruncing milik Lionel. Aku selalu suka melihat laki-laki berhidung mancung karena aku sendiri tidak memilikinya.
Ketika aku kepergok mengamatinya, Charlie serta merta terlihat kikuk. "Hei.. apa yang kau lihat? Kau tahu, bukan aku artisnya."
"Oh Carlos..." Karena dia malu-malu, aku makin berani bertopang dagu untuk mengamatinya. "Aku hanya penasaran kenapa kau bisa tiba-tiba mendadak berada di belakangku saat aku tengah makan bersama ayah? Kapan kau tiba di Seoul? Ada pekerjaan di sini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Captain Casanova
Romance(21+ | FF MinGo) Lionel Juno seorang kapten pesawat yang casanova, dipertemukan kembali dengan Iliana Jung, seorang junior co-pilot-nya yang banting setir menjadi seorang selebgram, dalam romantisnya malam Maldives. Seiring terkuaknya cara kerja tak...