50. Try to Find Another One

946 141 141
                                    

It's possible
I may have finally found my dream come true
There could never be another you
There could never be another you

✈✈✈✈✈

Kelopak mata Lionel perlahan terbuka menghadapi pagi yang lain. Bukan, pikirnya. Ini bukanlah pagi yang biasa. Begitu didapati ranjang sebelahnya telah kosong, pagi ini terasa sama sesaknya seperti sebulan lalu. Seolah hal-hal yang telah ia lalui belakangan ini hanyalah ilusi dan angan belaka yang ia bangun sendiri.

Matanya memejam sesaat, berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa hari lalu bukan mimpinya. Ia masih ingat betul bagaimana suara gerung motornya menuju sebuah hotel untuk bertemu Ily setelah sekian lama, pelukannya eratnya, segala jenis pertikaian, anak yang telah terlahir dan segala janji yang disuarakan ke angkasa. Semuanya terasa nyata dan apa adanya. Lionel yakin betul dia tidak sedang mengalami mimpi panjang atau semacamnya.

Tubuhnya seketika bangkit. Dengan buru-buru ia segera berlari keluar mencari satu-satunya seseorang yang bisa menguatkan keyakinannya.

Pintu rumah utama terbanting dan terbuka lebar. Ia masuk ke dalam, ruangan demi ruangan ia susuri. Kosong. Tak ada kehidupan di sana. Hanya terdengar sayup-sayup suara riuh yang semakin jelas saat ia berjalan ke arah taman belakang. Seperti piknik kecil-kecilan beralaskan tikar kuning kotak-kotak, latar kebun serta kolam, ia melihat Sky duduk di pangkuan Nenek Soon-Hwa, tersenyum ceria pada seorang fotografer yang menyorot mereka dipadu sorak sorai tiga perawat dan beberapa asisten keluarga yang mengelilingi.

Napas Lionel seketika terhembus lega.

"Hei, Soon-Hwa..." Ikut menyaksikan di sana, dengan wajah mengerut Kakek kontan berteriak. "Kenapa justru wajahmu yang lebih banyak difoto? Menyingkirlah sebentar biar Ha-Neul foto sendiri." cerutunya kembali ia hisap sambil menggumamkan kata tidak jelas.

"Dia akan menangis kalau tidak bersamaku." Nenek berkilah. Ia semakin tersenyum lebar pada kamera. "Ayo fotografer, sekali lagi. Baru nanti kita pindah ke pacuan kuda."

Melihat keseluruhan pemandangan itu, secara tidak langsung sudah mengonfirmasi bahwa cerita Ily dan Sky bukan hanya sekedar mimpinya. Kemarin itu, Ily memang benar-benar datang untuk memulihkan porak-poranda hidupnya meski hanya singgah untuk sementara.

Dan Lionel baru menyadari bahwa kepergian Ily yang kedua kali sama seperti menelan rasa sakit yang baru, kendati lebih ringan bila dibanding perpisahan yang lalu. Kehadiran putri kecil merekalah yang menjadi satu-satu alasannya untuk terus melanjutkan hidup dengan baik. Ada alasannya untuk terus pergi bekerja setiap hari, sementara lelahnya segera sirna begitu kepulangannya disambut oleh gelak tawa Sky.

Hari-hari terus berganti. Jantungnya memang tetap berdetak meski Ily tak di sisinya. Namun tak lagi memiliki arti.

"Good morning, Captain..." Beberapa pramugari menyapanya begitu Lionel melangkah masuk ke dalam flop bandara dengan berseragam rapi seperti biasa.

"Morning, babies.. You all look good today..." balasnya dengan senyum menawan kemudian matanya melebar perlahan saat mendapati salah satu cabin crew yang baru ia temui setelah sekian lama. "Oh, Jennie, i miss you... Kapan kembali dari holiday-mu? Getting back into routine, huh?"

Yang ditanya langsung tersipu-sipu malu. "Baru pulang kemarin. Ini ada sedikit bingkisan untuk kapten."

Lionel menerima sebuah paper bag cokelat bertuliskan Tale of Thailand yang diangsurkan. "Oh wow. Thank you so much, babe. Kuyakin kau selalu mengingatku sepanjang liburan."

Captain CasanovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang