67. ILY

1.4K 158 195
                                    


Lionel seharusnya menjadi orang yang paling mengenal Ily semenjak perempuan itu membuka hati dan memberi ruang di hidupnya. Dia harusnya sudah memahami bahwa wanita itu selalu berani bertindak gila---lebih sering impulsif dan tidak bisa diterima akal sehat. Setidaknya ia sudah memahami bagaimana cara kerja pikiran wanita yang ekstrem itu setelah dengan kejamnya Ily memilih menikahi pria lain hanya karena Young-Ae tidak memberi restu. Jadi kalau Lionel bahkan dengan sadar dan sengaja meninggalkannya tanpa kabar, tidak mengherankan kalau Ily bisa berbuat apa saja.

Dan semenjak kejadian kemarin, ia  tidak pernah merasa setakut ini akan kehilangan seseorang. Apalagi jika itu diakibatkan oleh kesalahannya sendiri.

"I miss you, Lion." Di atas dadanya, Ily berucap tiba-tiba seraya merapatkan pelukan. Atap mobil terbuka dengan latar deru ombak di bawah tebing sana, cukup berhasil mengurai kusutnya pikiran keduanya.

"Aku sangat rindu sampai-sampai aku ingin menjadi bakteri yang hidup di kulitmu." lanjut Ily. "Tapi tolong jangan mandi. Nanti aku mati."

Kontan tertawa, Lionel otomatis mengecup puncak kepala Ily dengan rasa gemas. "Kau tidak hidup di kulitku. Kau hidup selamanya di hatiku."

"Benarkah?" Perempuan itu mengangkat kepala memandangnya. "Kau bilang begini juga pada perempuan lain?"

Pria itu menggeleng. Dia sudah berjanji akan terus menghadapi masalah kepercayaan Ily dengan sabar. "Only you." ucapnya seraya mengecup telapak tangan wanitanya.

"Lalu untuk hari ini... Apakah kau tidak punya pekerjaan apapun dan bersedia menemaniku seharian penuh?"

Menghela napas samar, Lionel kembali merenungi langit cerah. "Sebenarnya setelah kemarin, i keep thinking about quitting my job."

Mendengar hal itu, sontak Ily melepas pelukannya dan menatap Lionel dengan kedua alis berkerut. "Keluar dari pekerjaan? Kau bercanda??"

"Tidak. Aku cukup serius."

"Tapi kenapa? Memangnya kau tidak cocok dengan lingkungan kerjanya? Bagaimana kalau kau kembali bekerja dengan ayah saja?"

Tersenyum simpul, Lionel kembali menggeleng. Ia menyibak rambut Ily dan menyelipkan ke belakang telinga. "Alasannya... Aku hanya tidak mau menjadi cemas tiap kali harus pergi jauh meninggalkanmu. Kau tahu sendiri bagaimana jadwalku. Tidak setiap hari aku bisa pulang. Aku bahkan pernah melalui satu minggu penerbangan tanpa jeda. Dulu mungkin terasa mudah tapi sekarang aku hanya tidak bisa membayangkannya. Jadi untuk saat ini... Aku sedang memikirkan pekerjaan apa yang cocok untukku di rumah."

"Di rumah?" Ily mulai bereaksi. "Sama sekali tidak ada pekerjaan yang cocok untukmu di rumah. Kau harus berseragam, kau harus menerbangkan pesawat, kau harus... Harus menggoda pramugarimu atau penumpang wanitamu sampai mereka mengira kau menyukainya, karena itu kau. Kalau kau sampai keluar dari pekerjaan, lalu bagaimana reputasiku sebagai istri Captain Casanova? Kau tidak memikirkanku?"

"Ily... tidak semua hal bisa terus berjalan sesuai ritme yang lalu." keluhnya sabar. "Saat ini aku sudah berada di titik... Aku ingin berubah menjadi lebih baik. Karena aku merasa... Tidak ada satupun hal baik dalam diriku yang dulu. Dan aku ingin kau menemani prosesku."

Ily tertegun. Hanya matanya yang mengerjab berkali-kali. "Tapi aku... Aku tidak keberatan. Aku sepenuhnya sudah bisa menerimamu. Karena itu dirimu... Dan itu yang membuat pribadimu menjadi tidak membosankan. Lagipula jangan khawatirkan aku. Aku bisa melakukan banyak hal sendiri. Aku bisa---"

Captain CasanovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang