51. Warmness Heart

871 128 173
                                    

I hate to turn up out of the blue uninvited
But I couldn't stay away, I couldn't fight it
I'd hoped you'd see my face and that you'd be reminded
That for me it isn't over

✈✈✈✈✈

Pagi masih menyisakan kemuraman dari hujan semalam. Udara terasa basah dan berat saat Nenek Soon-Hwa tengah berjalan mengendap-endap membawa ponsel dengan cahayanya yang maksimal, terpantul berkedip-kedip di wajahnya. Kepalanya berputar ke sana kemari seperti memindai situasi sebelum ia kembali menjawab panggilan video itu.

"Halo, Dayana." Sapanya sumringah begitu wajah Ily memenuhi layar.

"Hai, Nek. Apakah sinyalnya sudah lebih baik kali ini?"

"Ah, ya. Maaf kalau tiba-tiba sambungannya terputus. Beginilah kalau tinggal di hutan. Padahal sudah kukatakan pada Cil-Du agar membeli satu tower pemancar sinyal di dekat sini biar aku bisa leluasa meneleponmu." Nenek melihat ke arah layar sambil memperbaiki letak kacamatanya. "Tenang saja. Ji-Hun sudah berangkat kerja pagi-pagi buta tadi. Aku hanya khawatir dia masih berkeliaran di sekitar sini. Sampai dimana pembicaraan kita tadi... Ah ya, kau mau pulang ke Jepang pagi ini?"

"Ya. Aku baru selesai mengepak barang-barangku." Ily menutup mulutnya, menguap. "London sekarang masih pukul 12 malam. Mungkin aku baru bisa menelepon Nenek begitu tiba di Jepang nanti."

"Ah, ya ya .. jagalah kesehatanmu. Jangan sampai lelah. Jepang dan Jeju tidak begitu jauh jaraknya. Kau harus sempatkan pulang ke sini kalau sudah senggang. Ya? Sebentar-sebentar..."

Wajah Nenek menghilang dari layar beberapa saat sebelum muncul lagi. "Belakangan rumah ini menjadi ramai sekali. Banyak kerabat jauh yang datang hanya untuk menjenguk Sky."

"Oya? Apakah mereka bertanya hal macam-macam?"

"Tidak sama sekali. Mereka hanya menduga kalau kalian menikah diam-diam dan Nenek tidak mau menjelaskan apapun."

Suasana yang semula sunyi berubah sedikit riuh oleh beragam suara yang saling bersahutan. Nenek tampak bertanya pada sosok lain di belakang kamera. "Apakah sarapannya sudah siap semua?.... Ya, ya... Tolong sajikan di meja semua. Mereka semua sudah lapar karena cuaca sangat dingin..." Suara Nenek kemudian berubah melengking. "Omo, omo. Sepertinya Ha-neul juga tidak sabar makan masakan Bibi Min-Jee. Lihatlah..." Kali ini giliran wajah menggemaskan Sky yang tampak. "Katakan halo pada Ibu. Halo Ibu kapan pulang?"

"Mmo-Mma..." Sky menyapa. Dan saat Ily baru akan mengajaknya bicara, seseorang lain tiba-tiba datang  menyajikan mangkuk kecil di atas kursi makan Sky. "Ini bubur abalone untuk anak cantik."

"Terimakasih, Min-Jee. Ayo, ayo. Berkumpulah sekarang. Dong-Min, tolong panggil Kakek agar cepat-cepat makan sarapannya."

Kedua alis Ily mengerut melihat itu semua. Siapa Min-Jee? Apakah chef baru di rumah Nenek?

"Apakah Sky butuh disuapi?" Gadis muda itu menyahut lagi.

"Tidak, jangan. Biar babysitter yang melakukan tugasnya." Kata Nenek menolak. "Kau sudah bekerja keras hari ini."

"Tapi saya benar-benar sedang menganggur dan ingin mencoba menyuapinya."

"Ah begitu. Tidak apa kalau kau benar-benar tidak keberatan."

Captain CasanovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang